Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan

Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan
Stikes ICME Jombang

Tuesday 15 July 2014

Hukum berkumur dan sikat gigi pada bulan puasa

Hukum Menggosok Gigi dan Berkumur Ketika
Berpuasa
Banyak teman atau pasien yang bertanya apakah
menggosok gigi dan berkumur dapat membatalkan puasa?
Kami bisa saja langsung menjawab tidak. Namun, tentu
hal ini perlu didasari oleh pendapat dari ahlinya, yaitu ahli
fiqih yang memang mendalami ilmu tentang tata cara
beribadah.
Berikut adalah pemaparan dari Ustadz Ahmad Sarwat, LC.
dari rumahfiqih.com mengenai hukum menggosok gigi dan
berkumur ketika berpuasa.
Pertanyaan
Assalamu'alaikum w.w.
Pertanyaannya singkat: Berkumur waktu wudhu saat
puasa, mungkinkah air tidak tertelan? Kalau
menurut saya, pasti air kumur waktu wudhu itu
bercampur dengan air liur, dan akhirnya ketelan
juga. Apakah membatalkan puasa? Apalagi kalau
sikat gigi, dengan pasta gigi. Lalu apa solusinya?
Mohon penjelasannya.
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Mungkin saja sebagian kecil dari air yang dikumur-
kumurkan itu tercampur dengan ludah, lalu ketika
seseorang menelan ludah, air itu terminum.
Namun apakah dengan demikian, puasa jadi batal?
Mungkin secara logika boleh saja kita berpendapat
demikian, namun sebelum kita bicara dengan logika,
tidak ada salahnya buat kita untuk merujuk kepada
fatwa dan petunjuk nabi Muhammad SAW. Kita perlu
mendapat keterangan pasti, benarkah menurut beliau
SAW kumur itu membatalkan puasa?
Kalau kita teliti hadits-hadits nabi, kita akan
menemukan beberapa riwayat yang justru
membolehkan seseorang berkumur, asalkan tidak
berlebihan sehingga benar-benar ada yang masuk ke
dalam rongga tubuh.
Riwayatkan bahwa Raslullah SAW bersabda:
Dari Umar bin Al-Khatab ra. berkata, "Suatu hari
aku beristirahat dan mencium isteriku sedangkan aku
berpuasa. Lalu aku datangi nabi SAW dan bertanya,
"Aku telah melakukan sesuatu yang fatal hari ini.
Aku telah mencium dalam keadaan berpuasa."
Rasulullah SAW menjawab, "Tidakkah kamu tahu
hukumnya bila kamu berkumur dalam keadaan
berpuasa?" Aku menjawab, "Tidak membatalkan
puasa." Rasulullah SAW menjawab, "Maka mencium
itu pun tidak membatalkan puasa." (HR Ahmad dan
Abu Daud)
Selain itu juga ada hadits lain yang juga seringkali
ditetapkan oleh para ulama sebagai dalil kebolehan
berkumur pada saat berpuasa.
Dari Laqith bin Shabrah ra. berkata bahwa Rasulullah
SAW bersabda, "Sempurnakanlah wudhu', dan basahi
sela jari-jari, perbanyaklah dalam istinsyak
(memasukkan air ke hidung), kecuali bila sedang
berpuasa." (HR Arba'ah dan Ibnu Khuzaemah
menshahihkannya).
Meski hadits ini tentang istinsyaq (memasukkan air
ke hidung), namun para ulama menyakamakan
hukumnya dengan berkumur. Intinya, yang dilarang
hanya apabila dilakukan dengan berlebihan, sehingga
dikhawatirkan akan terminum. Sedangkan bila
istinsyaq atau berkumur biasa saja sebagaimana
umumnya, maka hukumnya tidak akan membatalkan
puasa.
Maka dengan adanya dua dalil atsar ini, logika kita
untuk mengatakan bahwa berkumur itu membatalkan
puasa menjadi gugur dengan sendirinya. Sebab yang
menetapkan batal atau tidaknya puasa bukan
semata-mata logika kita saja, melainkan logika pun
tetap harus mengacu kepada dalil-dalil syar'i yang
ada. Bila tidak ada dalil yang secara sharih dan
shaih, barulah analogi dan qiyas yang berdasarkan
logika bisa dimainkan.
Bahkan beberapa hadits lain membolehkan hal yang
lebih parah dari sekedar berkumur, yaitu kebolehan
seorang yang berpuasa untuk mencicipi masakan.
Dari Ibnu Abbas ra, "Tidak mengapa seorang yang
berpuasa untuk mencicipi cuka atau masakan lain,
selama tidak masuk ke kerongkongan." (HR Bukhari
secara muallaq dengan sanad yang hasan 3/47)
Juga tidak merusak puasa bila seseorang bersiwak
atau menggosok gigi. Meski tanpa pasta gigi, tetap
saja zat-zat yang ada di dalam batang kayu siwak itu
bercampur dengan air liur yang tentunya secara
logika termasuk ke dalam kategori makan dan minum.
Namun karena ada hadits yang secara tegas
menyatakan ketidak-batalannya, maka tentu saja
kita ikuti apa yang dikatakan hadits tersebut.
Dari Nafi' dari Ibnu Umar ra. bahwa beliau
memandang tidak mengapa seorang yang puasa
bersiwak. (HR Abu Syaibah dengan sanad yang shahih
3/35)
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.

Monday 14 July 2014

Macam-macam ukuran foto

Macam-macam ukuran foto
Macam-macam ukuran foto di aplikasi Adobe
photoshop sebenarnya secara default telah ada.
Begitu pula di dalam dunia cetak mencetak foto
dikenal berbagai jenis dan macam-macam ukuran
foto (ukuran kertas) juga. Namun demikian di dalam
prakteknya ukuran foto standar antara
laboratorium foto yang satu dengan lainnya adalah
berbeda-beda. Mereka mempunyai ukuran standar
foto sendiri sendiri. Coba buktikan hal ini di kota
anda ....
Berbagai macam ukuran foto pada tulisan kali ini
adalah ukuran standar foto yang biasa saya pakai
sehari-hari, yang merupakan ukuran foto standar di
salah satu laboratorium foto terbesar di kotaku.
Panduan jenis-jenis ukuran foto ini dapat kita pakai
untuk mencetak/mengeprint foto sendiri di rumah.
Berapa sih panjang dan lebarnya ukuran foto 2x3
dalam cm? 3x4, 4x6, 2r, 3r, 4r, 5r, 6r, 10r, 11r,
12r, 16r, 22w, 24r, 30r,? ukuran terbesar? yang
terkecil? Ukuran postcard (kartu pos) yang
sebenarnya itu? Macam apa sebenarnya berbagai
jenis-jenis ukuran cetak foto yang ada di negara
tercinta Indonesia ini ? Inilah jawabannya : daftar
macam macam ukuran foto selengkapnya...
Ukuran 2x3 Lab foto tertentu 2,2 x 3,0 cm
Ukuran 2x3 Ukuran foto KTP 2 x 2,7 cm
Ukuran 3x4 Ukuran foto Ijazah 2,8 x 3,8 cm
Ukuran 4x6 Ukuran foto SKCK 3,8 x 5,6 cm
Ukuran 2R 2 x 3,5 inci 5,6 x 8,9 cm
Ukuran 3R 3,5 x 5 inci 8,9 x 12,7 cm
Ukuran 4R 4 x 6 inci 10,2 x 15,2 cm
Ukuran 5R 5 x 7 inci 12,7 x 17,8 cm
Ukuran 6R 6 x 8 inci 15,2 x 20,3 cm
Ukuran 8R 8 x 10 inci 20,3 x 25,4 cm
Ukuran 8R Jbo 8 x 12 inci 20,3 x 30,5 cm
Ukuran 11R 11 x 14 inci 28 x 35 cm
Ukuran 12R 12 x 15 inci 30 x 40 cm
Ukuran 12R Jbo 12 x 18 inci 30 x 45 cm
Ukuran 16R 16 x 20 inci 40 x 50 cm
Ukuran 20R 20 x 24 inci 50 x 60 cm
Ukuran 22R 20 x 29,5 inci 50 x 75 cm
Ukuran 24R 24 x 31,5 inci 60 x 90 cm
Ukuran 30R 30 x 40 inci 75 x 100 cm
Ukuran A4 8,268 x 11,693 inci 21 x 29,7 cm
Ukuran A3 11,693 x 16,535 inci 29,7 x 42 cm
Ukuran B5 6.929 x 9.843 inci 17.6 x 25 cm
Ukuran B4 9.843 x 13.898 inci 25 x 35,3 cm
Ukuran B3 13.898 x 19.685 inci 35,3 x 50 cm
Ukuran 2R = ukuran 6x9
Ukuran 3R = Ukuran kartu pos/
postcard
Ukuran 8R = 10R (Bahasa sehari-
hari)
Ukuran dompet = 7.5 x 5,6 cm
Jbo adalah Jumbo
Angka-angka dalam satuan cm adalah angka
konversi dari inchi dan merupakan angka
pembulatan. Jadi yang lebih tepat adalah angka
yang memakai satuan inchi. Silahkan di setting di
program yang kita pakai. Saya biasanya memakai
Adobe photoshop. Yang mau mengoreksi atau
menambahkan silakan saja ya!!!

Costom ROM SF4MIX-G

~ASSALAMUALAIKUM WR,WB~
Seperti yang saya udah janjikan kemarin ingin
mengupload cusrom nya yang bernama SF4MIX-G,
C usrom ini sama kaya seperti bawaan/stock rom MAX G,
Tampilan yang sangat menarik and juga Smooth cuma di
modding dikit sama ane :v
Feature This ROM.
-Lock screen analog
-Support init.D
-System ui and Fb UI
-Jam Analog
-New apps System
-Battery Bar
-Evolution Ticker
-New Dolby color
-LCD density
-Power Widget
-4 Tab Settings
-Change pict background ui and wallpaper in setting
- List View animation
-Many More
SCREENSHOT
https://www.dropbox.com/sh/o6tyu475vo50gmq/
AADerHwLok_-4qwvIkKi3okLa?m=
Link Download ROM
https://drive.google.com/file/
d/0B6_amly2DSH8SElhSm5XU281Ylk/edit?usp=sharing
How To install ROM vIA Restore.
-Download this Rom.
-Ekstrak rom, sehingga sesudah diekstrak akan keluar
Folder tanggal,
-Kemudian pindahkan folder tanggal tersebut ke folder
cwm/backup/disini
-kalau sudah, masuk ke recovery/cwm, Lalu masuk ke
Backup and Restore, Kemudian pilih Restore yah :)
-D.Y.W.O.R.
Patch & Theme:
SF4MIX-G theme :
Link : https://www.dropbox.com/
s/7glcuwgsdp4b2c0/SF4MIXCthemeVer.2.0.zip (install
lewat CWM)
*(Update) Fwr, Flipper & Slider, List view, Circle image
( FLASH VIA CWM):
https://www.dropbox.com/s/ansi8bqx3k3nynz/
Update_SF4MIX-C-1.zip
* New SystemUI And AOSP RAM LINEAR COLOR BAR, IN
RECENT PANEL : INSTALL VIA CWM (SEBELUMNYA HARUS
SUDAH TERINSTALL UPDATE fwr,flipper & slider )
https://app.box.com/s/lsf6pc5mq63rklw9swca
*Tweak Uninstaller only for SF4MIX-G: masuk cwm,
mount system & data lalu flash from zip
https://www.mediafire.com/?6fxmnogdgwrgchc
Change log:
* Include Full tweak build.prop with PurePerformance
tweak (Agak crash jadi harap di uninstal)
* Please flash tweak unistaller for better performance
* Tampilan & daleman rom silahkan explore sendiri
NEW [TWEAK] NXENGINE
tweak ini gunanya untuk memebersihkan memori/ram
kita yang selalu kita pake agak nyesek, jadi kalo udah
pake tweak ini gak usah khawatir lagi deh kalo ram
nyesek, tinggal di cleaner ram bisa mencapai 200 an DAN
LEBIH, tapi kalo udah berjalan sekitar 160-190. ane
hanya sekedar membantu ajah supaya gak ada yang
ngeluh ram nyesek.
bagi yang udah mengguanakan auto tweaker, langsung
pake tweak ini gak apa" kog, gak akan bertabrakan,
- Nxengine http://forum.xda-developers.com/
showthread.php?t=2529542
cara install : -download nxengine nya, terserah di situ
ada versi RC nya dari yang RC 8 sampai nyang 11,
1. Download Nxengine kemudian extrak d dalam ada: 3 file
berbentuk zip, 2 apk, dan 1 buah poto (bukan bokep)
2. bussybox jgan lupa... biarkan load sampe 100% plih
instal normal.
3. masuk CWM wipe cache, dalvik, oke, instal kernel
loader, oke, kmudian instal nxengine optimezer, ok, dan
nxengine driver, ok, And Reboot....
4. Instal apk smwax buka nxengine memory and clean...
kalo mw cek cpu tnggal buka nxengine cpu spy.
5. Aktifkan Nxengine dngan cara : Su [enter]
nxengine_install [enter] ada pilihan, pilih nmer 1, tunggu
ada pilihan lg pilih nmer 1 lagi, tunggu lg ada plihan, pilih
lagi nmer 1 and otomatis reboot...
Game Tested BY ME :
-clash of clans (C.O.C)
-DEER HUNTER 2014
-Aralon Sword And Shadow HD
-DEAD TREIGER 2
-DINO SAFARI 2
-Virtua tennis 3D
-PES 2012/2013
-Dead trigger
-FIFA 2014
-Frontline Commando.
-Game Yang Lain DiCoba ajah.
BUGS : ALahmdulillah selama ane make belum ketemu,
kalo ada bugs kita Fix bersama :)
THANKS TO :
-ALLAH SWT AND Muhammad Saw
-UM JUN ARDILAH SURYAMAN (pErizinan Port)
-UM MUHAMMAD TEGUH IMANSYAH
-SFA Big Family "No Limit SFA Big Family Forever"
-UM Anang Sunandar buat DS nya,
-UM MICHAEL JOSHUA
- UM KHOLIS (THEMES)
-UM KINEICHI EGI
-YOFIE CONQUEROR.
-WIFI GRATIS DIRUMAH
-XDA DEVELOPER
-Grup andromax G and C
-AND ALL,
@LENAROX@darky@slaid480@pikachu01@zeppelinrox@
Pizza_Dox@Ryuinferno
SPECIAL THANKS TO
- RedAnt for tutorial about linux scripting- Ferry wong
for tester any NxEngine version- Boz Rakun for inspired
me to make a awesome tweaks- All familly The Lounge
Droidindonesia- My familly , and my girlfriend for support
me
Kurang Lebih nya Rom mohon dimaavkan, _/|\_
Wasslamaualaikum wr,wb

Thursday 10 July 2014

Makalah (GGK) Gagal Ginjal Kronk

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Penyakit ginjal kronis  merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan sekarang dikenal sebagai kondisi umum yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan gagal ginjal kronis .
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yakni kronik dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagl ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Pada kedua kasus tersebut, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Meskipun ketidakmampuan fungsional terminal sama pada kedua jenis gagal ginjal ini, tetapi gagal ginjal akut mempunyai gambaran khas dan akan dibahas secara terpisah.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubuls ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginajl) atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). Namun, bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut.
Meskipun penyebabnya banyak, manifestasi klinis gagal ginjal kronik sangat mirip satu sama lain karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan secara sederhana sebagai defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan kombinasi gangguan yang tidak pasti tidak adapat dielakkan lagi.



1.2    Rumusan masalah
1.    Apa yang di maksud dengan gagal ginjal kronik?
2.    Bagaimana etiologi gagal ginjal kronik?
3.    Bagaimana perjalanan klinisnya ?
4.    Apa tanda dan gejalanya?
5.    Bagaimana pendekatan diagnostiknya?
6.    Apa komplikasi  gagal ginjal kronik?
1.3     Tujuan
1. Mengetahui defenisi dari gagal ginjal kronik.
2. Mengatahui epidemiologi, etiopatogenesis, dan klasifikasi gagal ginjal kronik.
3. Mengetahui gambaran klinik dan patofisiologi serta pemeriksaan fisik dan penunjang yang dianggap perlu.
4. Mengetahui diagnosis dan terapi untuk gagal ginjal kronik.
5. Mengetahui komplikasi dan prognosis dar gagal ginjal kronik.











BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1     Definisi
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). (Nursalam, 2006)
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 mL/menit. (Suhardjono, dkk, 2001)
Insufisiensi ginjal kronik atau kegagalan dimulai ketika ginjal tidak bisa memelihara kimia normal cairan tubuh dibawah kondisi normal. Kemunduran secara progresif lebih dari periode bulan atau tahun menimbulkan keanekaragaman klinis dan gangguan biokimia yang akhirnya mencapai puncak dari sindrom klinis disebut uremia. (Whaley & Wong, 2002)
Gagal ginjal kronis aatu penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2000)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ERSD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubulus mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia.
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tak dapat pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia telah dipakai sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad, walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal kronik tidak seluruhnya disebabkan retensi urea dalam darah
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).

Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal(Betz Sowden,2002 )
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996).
Gagal ginjal kronik adalah akibat kerusakan permanen nefron oleh semua penyakit ginjal berat. (John Gibson, 2003)
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persistren dan irreversibel. (Mansjoer, 2000)
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung perlahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksin uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak ada.
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Adapun kriteria penyakit ginjal kronik adalah :
1.  Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LGF), berdasarkan :
•    Kelainan patologik atau
•    Pertanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah atau urin, atau kelainan pada pemerikasaan pencitaraan.
2.   LFG <60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.

2.2    Etiologi
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
•    Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
•    Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
•    Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
•    Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
•    Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
•    Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale
•    Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

Penyebab gagal ginjal kronik yang tersering dapat dibagi menjadi delapan kelas seperti yang tercantum pada tabel dibawah.
Tabel Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik
Klasifikasi Penyakit    Penyakit
Penyakit infeksi tubulointerstitial    Pielonefritis kronik atau refluks netropati
Penyakit Peradangan    Glomerulonefritis
Penyakit Vaskuler hipertensif    Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna, dan Stenosis Arteria renalis.
Gangguan Jaringan Ikat    Lupus eritematosus sistemik, Poliarteritis nodosa, Sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter    Penyakit ginjal polisikistik dan Asidosis tubulus ginjal.
Penyakit metabolik    Diaetes mellitus, Gout, Hiperparatiroidisme, amiloidosis
Netropati toksik    Penyalahgunaan analgesik dan Netropati timah.
Netropati obstruktif    Traktus urinarius bagian bawah, hipertrofi prostat, stiktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra.

Banyak hal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Banyak penyakit ginjal yang mekanisme patofisiologinya bermacam-macam tetapi semuanya sama-sama menyebabkan destruksi nefron yang progresif pada tabel dibawah dapat dilihat dua golongan utama penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.

2.3         Manifestasi Klinik
1. Manifestasi klinik menurut (Long, 1996 : 369) :
•    Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
•    Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2.    Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi)
3.    Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
•    Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital friction rub pericardial, pembesaran vena leher
•    Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
•    Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan kussmaul
•    Gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna
•    Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat kesadaran, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
•    Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang,kelemahan pada tungkai Fraktur tulang, Foot drop
•    Reproduktif : Amenore, Atrofi testekuler
 Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada gagal ginjal kronis, sebagai berikut :
Kardiovaskuler :
•    Hipertensi
•    Pitting edema (kaki, tangan,    sakrum)
•    Edema periorbital
•    Friction rub perikardial
•    Pembesaran vena leher    Gastrointestinal :
•    Napas berbau amonia
•    Ulserasi dan perdarahan pada mulut
•    Anoreksia, mual dan muntah
•    Konstipasi dan diare
•    Perdarahan pada saluran GI
Integumen :
•    Warna kulit abu-abu mengkilat
•    Kulit kering, bersisik
•    Pruritus
•    Ekimosis
•    Kuku tipis dan rapuh
•    Rambut tipis dan rapuh    Neurologi :
•    Kelemahan dan keletihan
•    Konfusi
•    Disorientasi
•    Kejang
•    Kelemahan pada tungkai
•    Rasa panas pada telapak kaki
•    Perubahan perilaku
Pulmoner :
•    Krekels
•    Sputum kental dan liat
•    Napas dangkal
•    Pernapasan kussmaul    Muskuloskeletal :
•    Kram otot
•    Kekuatan otot hilang
•    Fraktur tulang
•    Foot drop
Reproduktif :
•    Amenore
•    Atrofi testikuler
•    Penurunan libido
•    Impotensi
•    Infertilitas     Tulang dan sendi :
•    Hiperparatiroidisme
•    Defisiensi vitamin D
•    Gout
•    Pseudogout
•    Kalsiifikasi ekstra tulang.

Penjelasan gejala-gejala klinik yang lain dari gagal ginjal kronis :
•    Hipertensi. Hipertensi sering ditemukan dan dapat diakibatkan oleh meningkatnya produksi renin dan angiotensin, atau akibat kelebihan volume yang disebabkan olleh retensi garam dan air. Keadaan ini dapat mencetuskan gagal jantung dan mempercepat kemerosotan GFR bila tidak dikendalikan dengan baik.
•    Kelainan kardiopulmoner. Gagal jantung kongestif dan edema paru-paru terjadi akibat kelebihan kelebihan volume. Aritma jantung  dapat terjadi akibat hiperkalemia. Perikarditis uremia mungkin terjadi pada penderita uremia dan juga dapat muncul pada pasien yang sudah mendapat dialisis.
•    Kelainan hematologi. Selainn anemia, pasien dengan gagal ginjal memiliki waktu perdarahan yang lebih lama dan kecenderungan untuk berdarah, meskipun waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, dan hitung trombosit normal. Mukosa gastrointestinal adalah tempat yang paling lazim untuk perdarahan uremia.
•    Efek gastrointestinal. Anoreksia, mual, dan muntah-muntah terjadi pada uremia. Perdarahan gastrointestinal sering ditemukan dan dapat diakibatkan oleh bgastritis erosif dan angiodisplasia. Kadar amilase serum dapat meningkat sampai tiga kali kadar normal karena menurunnya bersihan ginjal.
•    Osteodistrofi ginjal. Hiperparatiroidisme menyebabkan osteitis fibrosa kistika dengan pola radiologik yang klasik berupa resorpsi tulang subperiostial (yang paling mudah dilihat pada falangs distal dan falangs pertengahan jari kedua dan ketiga), osteomalasia, dan kadang-kadang osteoporosis.
•    Efek neuromuskular. Neuropati uremia terutama melibatkan tungkai bawah dapat menyebabkan gejala “restless leg”, mati rasa, kejang, dan foot drop bila berat. Penurunan status jiwa, hiperrefleksia, klonus, asteriksis, koma, dan kejang mungkin terjadi pada uremia yang telah parah.
•    Efek imunologis. Pasien dengan gagal ginjal dapat sering mengalami infeksi bakterial yang berat karena menurunnya fungsi limfosit dan granulosit akibat beredarnya toksin uremia yang tidak dikenal.
•    Efek dermatologis. Pruritus sering ditemukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis.
•    Obat. Banyak obat nefrotoksik dapat memperburuk fungsi ginjal dan harus dihindari (NSAID, aminoglikosida). Dosis obat-obat mungkin terpaksa diatur pada pasien dengan gagal ginjal.
Uremia berkepanjangan merupakan hasil akhir semua penyakit ginjal. Adapun manifestasi sisemik utama pada gagal ginjal kronik dan uremia sebagai berikut :
Cairan dan Elektrolit :
•    Dehidrasi
•    Edema
•    Hiperkalemia
•    Asidosis metabolik    Kalsium Fosfat dan Tulang :
•    Hiperfosfatemia
•    Hipokalsemi
•    Hiperparatiroidisme sekunder
•    Osteodistrofi renal
Kardiopulmonal :
•    Hipertensi
•    Gagal Jantung kongestiv
•    Edema Paru
•    Perikarditis uremik    Gastrointestinal :
•    Nausea dan vomitus
•    Perdarahan
•    Esofagitis, gastritis, kolitis
Neuromuskuler :
•    Miopati
•    Neuropati perifer
•    Ensefalopati     Dermatologik :
•    Warna pucat
•    Pruritis
•       Dermatitis
•    Hematologik :
•    Anemia
•    Diatesis perdarahan   

2.4     Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi lima stadium yaitu:
1.   Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan lewat ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin kapiler.
2.    Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3.  Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi.
4.  Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan hipertensi hampir selalu ditemui.
5.   Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.

Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut :
1.   100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2.   75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3.   25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4.   < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.

2.5    Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium :
Sementara massa nefron dan fungsi ginjal berkurang, ginjal menjadi tidak mampu mengatur cairan, elektrolit, dan sekresi hormon.
•    Natrium. Bila GFR turun di bawah 20-25 mL/menit, ginjal menjadi tidak mampu mengekskresi beban natrium ataupun menyimpan natrium; ini sering menyebabkan retensi natrium dengan akibat edema, hipertensi dan gagal jantung kongestif. Sejumlah kecil pasien (1-2%) menderita nefropati “membuang garam” (salt wasting nephropathy), yang mengakibatkan kekurangan natrium meskipun diet natrium tak dibatasi. Pasien ini biasanya memilki penyakit ginjal interstisial yang mendasari dan mungkin membutuhkan tambahan garam dalam diet untuk mempertahankan keseimbangan natrium.
•    Air. Sementara fungsi ginjal memburuk, kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin menjadi terganggu, dan kadar urin menjadi isotonik. Tetapi, mekanisme rasa haus yang masih utuh biasanya dapat mempertahankan keseimbangan air sampai perjalanan penyakit telah lanjut. Pembatasan air yang berat dapat mengakibatkan hipernatremia, menurunnya ekskresisolut, dan kenaikan BUN dan kreatinin serum; sementara asupan air yang terlalu banyak menyebabkan hiponatremia.
•    Kalium. Keseimbangan kalium dipertahankan oleh peningkatan sekresi di tubulus distal dan peningkatan ekskresi gastrointestinal lewat peningkatan kadar aldosteron. Tetapi, bila GFR turun sampai 10 mL/menit pasien dapat mengalami hiperkalemia kalau sistemnya diberi tekanan oleh beban kalium akibat peningkatan konsumsi buah, sayur-mayur, atau garam kalium (pengganti garam) ; pemberian obat tertentu misalnya antagonis-aldosteron (spironolakton, triamterin) dan penghambat enzim pengubah angiotensin (ACEis); asidosis metabolik; atau asidosis tubulus ginjal tipe IV.
•    Keseimbangan Asam-Basa
    Asidosis hiperkloremik. Asidosis metabolik hiperkloremik tanpa celah anion (nonanion gap) dapat terjadi pada awal gagal ginjal, terutama pada pasien dengan penyakit tubulointestinal yang kronik. Ini terjadi karena ginjal tidak mampu meningkatkan produksi amonia dan ekskresi ion hidrogen.
    Asidosis dengan kenaikan celah anion. Asidosis metabolik celah anion terjadi akibat akumulasi anion fosfat dan sulfat yang tak terukur.
•    Kalsium, Fosfor, dan Mangnesium. Hipokalsemia terjadi akibat menurunnya produksi 1,25-dihidroksikolekalsiferol (vitamin D) oleh ginjal, yang menyebabkan berkurangnya absorpsi kalsium oleh sistem gastrointestinal. Sementara GFR menurun, ekskresi fosfat juga berkurang, mengakibatkan peningkatan fosfor serum. Hiperfosfatemi juga menybabkan kadar ion kalsium dalam serum. Hipokalsemia merangsang absorpsi sekresi hormon patiroid (PTH), yang mengakibatkan penyakit tulang hiperparatiroid (oeteitis fibrosa). Hipermagnesemia biasanya ringan dan asimptomatis. Pemberian laksatif, enema, atau antasida yang mengandung magnesium dapat menyebabkan hipermagnesia simptomatis yang mengakibatkan gejala neuromuskuler (letargi, kelemahan, paralisis, kegagalan pernapasan).
•    Anemia. Anemia terutama terjadi akibat menurunnya sintesis eritropoietein pada ginjal. Sediaan apus darah tepi mengungkapkan anemia normokromik, normostik dengan sedikit sel burr dan sel helmet. Besi, feritin, dan transferin dalam serum biasanya normal kecuali kalau terdapat perdarahan gastrointestinal, atau terjadi kehilangan darah selama dialisis. Terapi penggantian dengan eritropoietin rekombinan manusia dapat memperbaiki anemia.
•    Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
•    Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
•     Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
•    Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
•    Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia. 
•    Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
•    Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
•    Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
•    PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.
•    Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
•    Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
•    Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
•    Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
•    SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.
•    Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
•    Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
Darah :
1.      Hb. : menurun pada adanya anemia.
2.     Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3.      PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.
4.      BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5.      Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6.      Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7.      Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi
8.      Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9.      Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10.  Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
2. Gambaran Radilogis
Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi :
•    Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak.
•    Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati filtrat glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
•    Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai dengan indikasi.
•    Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang menegcil, korteks yang menipis, adanya hidronefritis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
•    Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.(2:1037)
3.Pemeriksaan Lainnya :
DPL, ureum, kreatinin, UL, Tes klirens kreatinin (TTK) ukur, elektrolit (Na, K, Cl, Ca, P, Mg), profil lipid, asam urat serum, gula darah, AGD, SI, TIBC,feritin serum, hormon PTH, albumin, globulin, USG ginjal, pemeriksaan imunologi, hemostatis lengkap, foto polos abdomen, renogram, foto toraks, EKG, ekokardiografi, biopsi ginjal, HbsAg, Anti HCV, Anti HIV.

2.6     Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)

2.7     Komplikasi
1.    Hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan ekskresi asidosis metabolic, Perikardistis efusi pericardial dan temponade jantung.
2.    Hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta malfungsi system renin angioaldosteron.
3.    Anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, dan pendarahan gastrointestinal akibat iritasi.
4.    Penyakit tulang. Hal ini disebabkan retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah, metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
5.    Retensi cairan, yang dapat menyebabkan pembengkakan pada lengan dan kaki, tekanan darah tinggi, atau cairan di paru-paru (edema paru)
Kerusakan permanen pada ginjal (stadium akhir penyakit ginjal), akhirnya ginjal membutuhkan dialysis atau transplantasi ginjal untuk bertahan hidup

2.8     Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi :
•    Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
•    Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid ccondition)
•    Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal.
•    Pencegahan dan teerapi terhadap komplikasi
•    Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Perencanaan tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya, dapat dilihat pada tabel dibawah
Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik Sesuai dengan Derajatnya
Derajat    LFG (ml/mnt/1,73)    Rencana Tatalaksana
1    ≥ 90    Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan (progression) fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler.
2    60-89    Menghambat pemburukan (progression) fungsi ginjal.
3    30-59    Evaluasi dan terapi komplikasi.
4    15-29    Persiapan terapi pengganti ginjal
5    < 15    Terapi penggati ginjal.

Tatalaksana konservatif. Tujuan tatalaksana konservatif adalah memanfaatkan fungsi ginjal yang masih sisa setepat mungkin, menghindarkan faktor-faktor yang memperberat dan mencoba melambatkan progresi gagal ginjal.
Gagal ginjal kronis dapat diobati dengan manajemen konservatif insufisiensi ginjal dan dengan terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi. Pengobatan konservatif terdiri dari langkah-langkah untuk mencegah atau menghambat penurunan yang tersisa fungsi ginjal dan membantu tubuh dalam mengkompensasi kerugian yang ada.
Tatalaksana konservatif gagal ginjal kronik meliputi diet retriksi asupan kalium, fosfat, natrium, dan air untuk menghindari hiperkalemia, penyakit tulang dan hipervolemia. Hipervolemia ringan dapat menyebabkan hipertensi, dan mengarah ke penyakit vaskuler dan hipertrofi ventrikel kiri. Hipervolemia berat menyebabkan edema paru. Tekanan darah yang tidak dapat dikontrol dengan balans cairan ketat seharusnya diobati dengan inhibitor ACE, bloker reseptor angiotensin, β-blocker, atau vasodilatasor. Anemia seharusnya diobati dengan eritropoietin, setelah dipastikan tidak ada perdarahan dari saluran pencernaan atau menstruasi berlebihan serta kadar besi, folat, dan vitamin B12 adekuat. Penyakit tulang diobati dengan mengurangi asupan fosfat, mengomsumsi senyawa pengikat fosfat bersama makanan, dan mengomsumsi vitamin D dalam bentuk 1-hidroksi-vitamin D3 atau 1,25-dihdroksi vitamin D3. Jika gangguan ginjal kronik bersifat berat, dialisis atau transplantasi ginjal biasanya diperlukan selain tata laksana di atas. Kualitas hidup pasien yang menururn dapat diperbaiki dengan tata laksana komplikasi gagal; ginjal kronik, terutama anemia.

Hemodialisis, Peritoneal Dialisis, dan Transplantasi Ginjal.
Gagal ginjal mencapai titik ketika ginjal tidak bisa lagi mengekskresikan air dan ion pada tingkat yang menjaga keseimbangan zat tubuh, juga tidak dapat mengekskresikan limbah produk secepat mereka diproduksi.
 Perubahan diet dapat meminimalkan masalah ini. Sebagai contoh, menurunkan asupan kalium mengurangi jumlah kalium untuk dibuang, tetapi perubahan tersebut tidak dapat menghilangkan masalah. Teknik yang digunakan untuk melakukan fungsi ekskretoris ginjal adalah hemodialisis dan peritoneal dialisis. Istilah "dialisis" umum berarti zat terpisah menggunakan membran.
Ginjal buatan adalah suatu alat yang menggunakan proses yang disebut hemodialysis untuk menghilangkan kelebihan zat dari darah. Selama hemodialisis, darah dipompa dari salah satu arteri pasien melalui pipa yang dikelilingi oleh cairan khusus dialisis. Tabung kemudian melakukan darah kembali ke pasien dengan cara vena. Pipa umumnya terbuat dari plastik yang sangat permeabel untuk sebagian zat terlarut tetapi relatif kedap protein dan benar-benar kedap darah sel-karakteristik cukup mirip dengan kapiler. Cairan dialisis sama dengan konsentrasi larutan garam dengan konsentrasi ion atau lebih rendah dibandingkan dalam plasma normal, dan tidak mengandung kreatinin, urea, atau zat lain untuk benar-benar dihapus dari plasma.
Pasien dengan gagal ginjal akut reversibel mungkin memerlukan hemodialisis hanya untuk beberapa hari atau minggu. Pasien dengan gagal ginjal kronis ireversibel memerlukan pengobatan untuk sisa hidup mereka, bagaimanapun, kecuali mereka menerima ginjal transplantasi. Pasien tersebut menjalani hemodialisis beberapa kali seminggu, sering di rumah. Cara lain untuk menghilangkan zat-zat yang berlebihan dari darah adalah dialisis peritoneal, yang menggunakan lapisan rongga perut pasien sendiri (peritoneum) sebagai membran dialisis. Fluida diinjeksikan, melalui jarum dimasukkan melalui dinding perut, ke dalam rongga ini dan diperbolehkan untuk tinggal di sana selama berjam-jam, di mana zat terlarut berdifusi ke cairan dari darah seseorang. Cairan dialisis ini kemudian dihapus dengan memasukkan kembali jarum dan diganti dengan cairan yang baru. Prosedur ini dapat dilakukan oleh seorang pasien yang secara bersamaan beberapa hari tiap kali melakukan aktivitas normal.
Pengobatan pilihan untuk kebanyakan pasien dengan gagal ginjal permenen adalah transplantasi ginjal. Penolakan dari transplantasi ginjal oleh tubuh penerima adalah potensi masalah dengan transplantasi, tetapi langkah besar telah dibuat dalam mengurangi frekuensi penolakan.

Hemodialisis.Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeabel ( Pardede, 1996 ).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).
      Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
b. Membuang kelebihan air.
c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
e. Memperbaiki status kesehatan penderita.
Proses Hemodialisa
Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :
a) Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.
b) Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.
c) Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat ( Lumenta, 1996 ).

   Frekuensi Hemodialisa.
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
1 ) Penderita kembali menjalani hidup normal.
2 ) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3 ) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4 ) Tekanan darah normal.
5 ) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif ( Medicastore.com, 2006 )
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

Dialisis peritoneal. Dialisis peritoneal menggunakan prinsip yang sama difusi, osmosis ultrafiltrasi, dan yang berlaku untuk hemodialisis. Membran serosa tipis dari peritoneumrongga berfungsi sebagai membran dialisis. Sebuah kateter silastic adalah operasi ditanamkan di rongga peritoneal bawah umbilikus untuk menyediakan akses. Kateter terowongan melalui jaringan subkutan dan keluar di sisi perut. Proses dialisis melibatkan menanamkan dialisis steril solusi (biasanya 2 L) melalui kateter selama jangka waktu sekitar 10 menit. Pada akhir waktu tinggal, cairan dialisis terkuras keluar dari rongga peritoneum oleh gravitasi menjadi steril tas. Glukosa dalam larutan dialisis rekening untuk menghilangkan air. Larutan dialisis komersial tersedia di 1,5%, 2,5%, dan konsentrasi dekstrosa 4,25%. Solusi dengan dekstrosa lebih tinggi meningkatkan tingkat osmosis, menyebabkan lebih banyak cairan untuk dihapus. Metode yang paling umum adalah kontinu rawat jalan peritoneal dialisis (CAPD), prosedur perawatan diri orang yang mengelola prosedur dialisis dan jenis larutan (yaitu, dekstrosa konsentrasi) digunakan di rumah.

Transplantasi. Tingkat keberhasilan sangat meningkat telah membuat transplantasi ginjal menjadi pilihan pengobatan bagi banyak pasien dengan gagal ginjal kronis. Ketersediaan organ donor terus membatasi jumlah transplantasi yang dilakukan setiap tahun. Organ donor yang diperoleh dari mayat dan donor hidup terkait (misalnya, orang tua, saudara). Keberhasilan transplantasi tergantung terutama pada tingkat histokompatibilitas, organ yang memadai pelestarian, dan manjemen imunologi.

     Terapi Nonfarmakologis :
•    Pengaturan asupan protein :
    Pasien non dialisis 0,6-075 gram/kgBB ideal/hari sesuai dengan CCT dan toleransi pasien.
    Pasien hemodialisis 1-1,2 gram/kgBB/hari
    Pasien peritoneal dialisis 1,3 Kal/kgBB/hari
•    Pengaturan asupan kalori : 35Kal/kgBB ideal/hari
•    Pengaturan asupan lemak : 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh.
•    Pengaturan asupan karbohidrat : 50-60% dari kalori total.
•    Garam (NaCl) : 2-3 gram/hari
•    Kalium : 40-70 mEq/kgBB/hari
•    Fosfor : 5-10mg/kgBB/hari. Pasien HD ;17mg/hari.
•    Kalsium : 1400-1600 mg/hari
•    Besi : 10-18 mg/hari
•    Magnesium : 200-300 mg/hari
•    Asam folat pasien HD :5 mg
•    Air : jumlah urin 24 jam + 500 ml (invesible water)
•    Pada CAPD air disesuaikan dengan jumlah dialisat yang keluar. Kenaikan berat badan di antara waktu HD <5% BB kering.

Farmakologis :
•    Kontrol tekanan darah :
    Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin II-> evaluasi kreatinin dan kallium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin >35% atau timbul hiperkalemi harus dihentikan.
    Penghambat kalsium dan diuretik.
    Pada pasien DM, kontrol gula darah -> hindari pemakaian metformin dan obat-obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbAlC untuk DM tipe 1 0,2 di atas nilai normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%.
    Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl
    Kontrol hiperfosfatemi : kalsium karbonat atau kalsium asetat
    Kontrol osteodistrofi renal : Kalsitriol
    Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO320-22 mEq/l
    Koreksi hiperkalemi
    Kontrol dislipidemia dengan target LDL<100 mg/dl, dianjurkan golongan statin
    Terapi pengganti ginjal
2.9     Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP). Terapi diet rendah protein menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi toksik azotemia tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen
Tujuan program diet rendah protein(DRE)
a. mempertahankan kkeadaan nutrisi optimal
b. mengurangi atau mencegah akumulasi toksin azotemia
c. mencegah menbruknyafaal ginjal (LFG) akibat proses glomerulosklerosis
Pasien kelompok GGK dengan LFG ≤ 5 ml per hari dan sindrom nefrotik dapat diberikan diuretika untuk memperlancar diuresis, misal furosemide. Takaran furosemide 40-80 mg per hari, dapat dinaikkan 40 mg per hari (interval 2 hari) sampai jumlah takaran maksimal 3 gram per hari.
Diet Rendah Protein untuk Penyakit Ginjal Kronik:
Selain faktor keturunan, diabetes, hipertensi, infeksi, batu ginjal, gaya hidup dan pola makan juga sangat berpengaruh kejadian penyakit ginjal kronik yang berakibat pada gagal ginjal. Agar kondisi ginjal tidak semakin parah, perlu dilakukan diet khusus bagi pederita penyakit ginjal kronik.
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang menahun disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). Gejalanya biasanya ditandai dengan menurunnya nafsu makan, mual, pusing, muntah, rasa lelah, sesak nafas, edema pada tangan dan kaki serta uremia. Apabila Tes Kliren Kreatinin (TKK) <> 5,5 mEq), oliguria atau anuria. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml)Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C dan vitamin D.
Kebutuhan nutrisi tubuh sangat dipengaruhi dengan berat badan, karenanya diet diberikan disesuaikan dengan berat badan pasien. Berdasarkan Penuntun Diet yang disarankan oleh Instalasi Gizi Perjan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), jenis diet digolongkan menjadi tiga, yaitu diet rendah protein I: Asupan protein 30 g dan diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg. Diet protein rendah II, asupan protein 35 g diberikan pasien dengan berat badan 60 kg. Diet protein rendah III, diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg. Makanan diberikan dalam bentuk makanan cair atau lunak untuk meringankan organ pencernaan.
2.10     Diagnosa
1.    Gangguan Pola nafas berhubungan dengan penurunan PH pada cairan serebrospinal, perembesan cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru dan respon asidosis metabolik
2.    Gangguan penurunan curah jantung berdasarkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, klasifikasi jaringan lunak.
3.    Resiko kelebihan volume cairan berdasarkan penurunana volume urine, retensi cairan dan natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari penurunan GFR
4.    Resiko penurunana perfusi serebral berdasarkan penurunan pH pada cairan serebrospinal sekunder darisidosis metabolic






























BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1     Pengkajian
1.      Identitas klien
2.      Identitas penanggung jawab
3.    Keluhan Utama
Keluhan yang didapat biasanaya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAB, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan, mual, muntah, mulut terasa kering, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
4.      Riwayat kesehatan masa lalu
a.       Penyakit yang pernah diderita
b.      Kebiasaan buruk: menahan BAK, minum bersoda
c.       pembedahan
5.      Riwayat kesehatan sekarang
   Keluhan utama: nyeri, pusing, mual, muntah
6.      Pemeriksaan fisik
a.       Umum: Status kesehatan secara umum
b.      Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
c.       Pemeriksaan fisik
3.2    Teknik pemeriksaan fisik
1)      Inspeksi
a)      Kulit dan membran mukosa
Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tekstur kulit tampak kasar atau kering. Penurunan turgor merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukan cairan.
b)      Mulut
Stomatitis, nafas bau amonia.
c)      Abdomen
Klien posisi telentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya masa atau pembengkakan, kulit mengkilap atau tegang.
d)     Meatus urimary
Laki-laki: posisi duduk atau berdiri, tekan gland penis dengan memakai sarung tangan untuk membuka meatus urinary. Wanita: posisi dorsal rekumben, litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.
2)      Palpasi
a)      Ginjal
Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena akan merusak jaringan.
•    Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan
•    Letakkan tangan kiri di bawah abdomen antara tulang iga dan spina iliaka. Tangan kanan dibagian atas. Bila mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Bila kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan indikasi infeksi. Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal indikasi polisistik ginjal. Tenderness/ lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
•    Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke atas.
•     Lakukan hal yang sama untuk ginjal di sisi yang lainnya.

b)      Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi ditensi urin. Palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilikus. Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.

3)      Perkusi
a)      Ginjal
  Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa
  Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostavertebral (CVA), lakukan perkusi di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.
  Ulangi prosedur pada ginjal di sisi lainnya. Tenderness dan nyeri pada perkusi merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
b)      Kandung kemih
  Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilikus.
  Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.

4)      Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengan bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).

Pemeriksaan Persistem
1)    B1(Breathing). Klien bernapas dengan bau urine (factor uremik) sering didapatkan pada fase ini.Respon uremia didapatkan adanya pernapasan kussmaul.Pola nafas cepat dan merupakan adanya upaya untuk melakukan pembuangan karbondioksaida yang menumpuk di sirkulasi
2)    B2(Blood). Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultasi perawat akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongesif, TD meningkat, akral dingin, CTR>3 detik, palpitasi, nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan curah jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunana usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecendrungan mengalami pendarahan sekunder dari trombositopenia.
3)    B3(Brain) Didapatkan penurunana kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
4)    B4(Bladder)Penurunana urine output <400 ml/hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat.
5)    B5(Bowel)Didapatkan adanya mual muntah, anoreksia dan diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebeutuhan.
6)    B6(Bone)Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki( memburuk saat malam hari ), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam(sepsis, dehidrasi) ,petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak, dan sendi keterbatasan gerak sendi.Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunana perfusi perifer dari hipertensi.
3.3    Pengkajian Laboratorium
•    Natrium. Bila GFR turun di bawah 20-25 mL/menit, ginjal menjadi tidak mampu mengekskresi beban natrium ataupun menyimpan natrium; ini sering menyebabkan retensi natrium dengan akibat edema, hipertensi dan gagal jantung kongestif. Sejumlah kecil pasien (1-2%) menderita nefropati “membuang garam” (salt wasting nephropathy), yang mengakibatkan kekurangan natrium meskipun diet natrium tak dibatasi. Pasien ini biasanya memilki penyakit ginjal interstisial yang mendasari dan mungkin membutuhkan tambahan garam dalam diet untuk mempertahankan keseimbangan natrium.
•    Air. Sementara fungsi ginjal memburuk, kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin menjadi terganggu, dan kadar urin menjadi isotonik. Tetapi, mekanisme rasa haus yang masih utuh biasanya dapat mempertahankan keseimbangan air sampai perjalanan penyakit telah lanjut. Pembatasan air yang berat dapat mengakibatkan hipernatremia, menurunnya ekskresisolut, dan kenaikan BUN dan kreatinin serum; sementara asupan air yang terlalu banyak menyebabkan hiponatremia.
•    Kalium. Keseimbangan kalium dipertahankan oleh peningkatan sekresi di tubulus distal dan peningkatan ekskresi gastrointestinal lewat peningkatan kadar aldosteron. Tetapi, bila GFR turun sampai 10 mL/menit pasien dapat mengalami hiperkalemia kalau sistemnya diberi tekanan oleh beban kalium akibat peningkatan konsumsi buah, sayur-mayur, atau garam kalium (pengganti garam) ; pemberian obat tertentu misalnya antagonis-aldosteron (spironolakton, triamterin) dan penghambat enzim pengubah angiotensin (ACEis); asidosis metabolik; atau asidosis tubulus ginjal tipe IV.
•    Keseimbangan Asam-Basa
    Asidosis hiperkloremik. Asidosis metabolik hiperkloremik tanpa celah anion (nonanion gap) dapat terjadi pada awal gagal ginjal, terutama pada pasien dengan penyakit tubulointestinal yang kronik. Ini terjadi karena ginjal tidak mampu meningkatkan produksi amonia dan ekskresi ion hidrogen.
    Asidosis dengan kenaikan celah anion. Asidosis metabolik celah anion terjadi akibat akumulasi anion fosfat dan sulfat yang tak terukur.
•    Kalsium, Fosfor, dan Mangnesium. Hipokalsemia terjadi akibat menurunnya produksi 1,25-dihidroksikolekalsiferol (vitamin D) oleh ginjal, yang menyebabkan berkurangnya absorpsi kalsium oleh sistem gastrointestinal. Sementara GFR menurun, ekskresi fosfat juga berkurang, mengakibatkan peningkatan fosfor serum. Hiperfosfatemi juga menybabkan kadar ion kalsium dalam serum. Hipokalsemia merangsang absorpsi sekresi hormon patiroid (PTH), yang mengakibatkan penyakit tulang hiperparatiroid (oeteitis fibrosa). Hipermagnesemia biasanya ringan dan asimptomatis. Pemberian laksatif, enema, atau antasida yang mengandung magnesium dapat menyebabkan hipermagnesia simptomatis yang mengakibatkan gejala neuromuskuler (letargi, kelemahan, paralisis, kegagalan pernapasan).
•    Anemia. Anemia terutama terjadi akibat menurunnya sintesis eritropoietein pada ginjal. Sediaan apus darah tepi mengungkapkan anemia normokromik, normostik dengan sedikit sel burr dan sel helmet. Besi, feritin, dan transferin dalam serum biasanya normal kecuali kalau terdapat perdarahan gastrointestinal, atau terjadi kehilangan darah selama dialisis. Terapi penggantian dengan eritropoietin rekombinan manusia dapat memperbaiki anemia.
•    Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
•    Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
•     Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
•    Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
•    Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia. 
•    Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
•    Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
•    Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
•    PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.
•    Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
•    Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
•    Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
•    Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
•    SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.
•    Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
•    Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.

Darah :
1.      Hb. : menurun pada adanya anemia.
2.     Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3.      PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.
4.      BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5.      Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6.      Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7.      Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi
8.      Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9.      Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10.  Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
11. DPL, ureum, kreatinin, UL, Tes klirens kreatinin (TTK) ukur, elektrolit (Na, K, Cl, Ca, P, Mg), profil lipid, asam urat serum, gula darah, AGD, SI, TIBC,feritin serum, hormon PTH, albumin, globulin, USG ginjal, pemeriksaan imunologi, hemostatis lengkap, foto polos abdomen, renogram, foto toraks, EKG, ekokardiografi, biopsi ginjal, HbsAg, Anti HCV, Anti HIV.

3.4     Pengkajian Diagnostik
•    Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak.
•    Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati filtrat glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
•    Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai dengan indikasi.
•    Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang menegcil, korteks yang menipis, adanya hidronefritis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
•    Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.
3.5     Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbanagn cairan elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai beriku
•    Dialisis. Dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjalyang serius, seperti hiperkalamia, perikarditis dan kejang.dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;menghilangkan kecendrungan perdarahan; dan membantu menyembuhkan luka
•    Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiper kalemi dapat menimbulkan kematian mendadak.hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalamia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa
•    Koreksi anemia. Usaha pertama harus ditunjukan untuk mengatasi factor defisiensi, kemudian mencari apakah ada pendarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meningkatkan Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi koroner.
•    Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonatdapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
•    Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natruim.
•    Transplatasi ginjal. Dengan pencangkokan ginjal yang sehat kepasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.




















3.6    Evalusi
Hasil yang diharpkan setelah pasien gagal ginjal kronik mendapatkan intervensi adalah sebagai berikut:
1.    Pola nafas kembali efektif
2.    Tidak terjadi penurunan curah jantung
3.    Tidak terjadi aritmia
4.    Tidak terjadi kelebihan volume cairan
5.    Peningkatan perfusi serebral
6.    Pasien tidak mengalami deficit neurologis
7.    Tidak mengalami cidera jaringan lunak
8.    Peningkatan integritas kulit
9.    Terpenuhinya informasi kesehatan
10.    Asupan nutrisi tubuh terpenuhi
11.    Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
12.    Kecemasan berkurang
13.    Mekanisme koping yang diterpkan positif















BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tak dapat pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia telah dipakai sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad, walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal kronik tidak seluruhnya disebabkan retensi urea dalam darah.
Adapun kriteria penyakit ginjal kronik adalah :
1.      Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LGF), berdasarkan :
•         Kelainan patologik atau
•         Pertanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah atau urin, atau kelainan pada pemerikasaan pencitaraan.
2.      LFG <60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Banyak hal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Banyak penyakit ginjal yang mekanisme patofisiologinya bermacam-macam tetapi semuanya sama-sama menyebabkan destruksi nefron yang progresif pada tabel dibawah dapat dilihat dua golongan utama penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.

4.2    Saran
Sebagai tindakan pencegahan sebaiknya kita banyak melakukan olahraga, menjaga asupan nutrisi yang adekuat serta istirahat yang teratur.
Semoga dengan pembelajaran ini kita sebagai mahasiswa keperawatan, akan lebih mudah mengetahui seluk beluk penyakit Gagal Ginjal Kronik, bagaimana gejala hingga komplikasinya sehingga kita mampu  memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien penderita gagal ginjal kronik kelak.

Daftar Pustaka
Nurarif,Amin Huda.Hardi Kusuma.2013.Aplikasi NANDA NIC-NOC.edisi revisi.Yogyakarta:Media Action Publishing
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.
Jakarta : EGC
Fransisca, Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta : Salemba Medika
Arora P.et al.”Care of Elderly patiens with Chronic KidnyDisease”Int Urol Nephrol.18 Maret 2014/15.30 WIB
satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-penyakit-gagal-ginjal-kronik.html.diakses tgl 18 maret 2014
http://www.academia.edu/5662054/Makalah_Farmakoterapi_GagalGinjal_Kronikdiakses tgl 18 maret 2014
http://wwwnitamelliq.blogspot.com/2010/05/makalah-gagal-ginjal-kronik.html.diakses tgl 18 maret 2014




makalah ISK ( infeksi saluran kemih )

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Ada beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola eliminasi manusia, diantaranya adalah infeksi saluran kemih.Infeksi saluran kemih terjadi karena  adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang  lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif, mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin, hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius.

1.2    Tujuan
1.2.1    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami perancanaan asuhan keperawatan klien dengan penyakit infeksi saluran kemih.
1.2.2    Tujuan Khusus
•    Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit Infeksi Saluran Kemih.
•    Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyakit Infeksi Saluran Kemih.
•    Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi penyakit ISK
•    Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi/WOC penyakit ISK.
•    Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit infeksi saluran kemih.
•    Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan.

1.3    Manfaat
1.    Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya seorang perawat
2.    Manfaat Praktis
Hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan mengenai Asuhan Keperawatan Perkemihan Infeksi Saluran Kemih.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas dua ginjal yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter. Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.

2.2    Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah  berkembang   biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.



2.3    Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1.    Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
2.    Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
3.    Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi :
    ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama menmgenai penderita wanita dan infesi hanya mengenai mucosa superficial kandung kemih.
    ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit di berantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadu bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
1.    kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
2.    Kelainan faal ginjal; GGA maupun GGK
3.    Gangguan daya tahan tubuh
4.    Infeksi yang disebabkan karena orgamisme virulen seperto prosteus spp yang memproduksi urease

2.4    Etiologi
1.    Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
•    Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
•    Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
•    Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
2.    Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
•    Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
•    Mobilitas menurun
•    Nutrisi yang kurang baik
•    Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
•    Adanya hambatan pada aliran urin
•    Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

2.5    Manifestasi Klinis
    Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1.    Mukosa memerah dan oedema
2.    Terdapat cairan eksudat yang purulent
3.    Ada ulserasi pada urethra
4.    Good morning sign
5.    Adanya nanah awal miksi
6.    Nyeri pada saat miksi
7.    Kesulitan untuk memulai miksi
    Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1.    Disuria (nyeri waktu berkemih)
2.    Peningkatan frekuensi berkemih
3.    Perasaan ingin berkemih
4.    Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5.     Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6.    Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
    Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1.    Demam
2.    Menggigil
3.    Nyeri pinggang
4.    Disuria
2.6    Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1.    Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
2.    Hematogen
Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang ada infeksi hematogen E.coli.
3    Asending
a.    Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti, basil difteroid, streptokokus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuteral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Karena peran factor predisposisi, maka kolonisasi basil koliform pada wanita didaerah tersebut diduga karena Adanya perubahan flora normal di daerah perineum dan berkurangnya antibody local.
b.    Masuknya mokroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas. Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah:
  Faktor Anatomi
Kenyataan bahwa ISK banyak pada wanita daripada laki-laki, hal ini disebabkan oleh Uretra wanita lebih pendek terletak lebih dekat pada anus sedangkan uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostate dikenal sebagai anti bakteri yang sangat kuat.
  Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran urin.
  Faktor lain, misalnya:
1.      Kebersihan alat kelamin bagian luar.
2.      Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks intrareral. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.
Valvulo vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena:
1.      Edema mukosa ureter akibat infeksi
2.      Tumor pada kandung kemih dan penebalan dindidng kandung kemih.
4    Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter, atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah, hematogen dan asending, tetapi dari dua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi.









2.7    WOC
































2.8    Komplikasi
1.    Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2.    Gagal ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

2.9    Penatalaksanaan
    Medis
1.    Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole.
2.    Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak  yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
3.    Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
    Non Medis
1.    Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.
2.    Daun Sirsak
Daun Sirsak dipercaya mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit karena daun sirsak memiliki kandungan yang sangat bagus untuk kesehatan tubuh, seperti acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, muricapentocin. kandungan tersebut yang membuat daun sirsak mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit.
Daun sirsak memiliki khasiat yang sangat luar biasa yakni mampu menghambat pertumbuhan bakteri, menghambat perkembangan virus, menghambat perkembangan parasit, menghambat pertumbuhan tumor, merileksasi otot, anti kejang, meredakan nyeri, menekan peradangan, menghambat mutasi gen, menurunkan kadar gula darah, menurunkan demam, menurunkan tekanan darah tinggi, menguatkan saraf, menyehatkan jantung, meningkatkan produksi asi pada itu hamil, melebarkan pembuluh darah, membunuh cacing parasait, mengurangi stres, menguatkan pencernaan dan meningkatkan nafsu makan. Yang paling luar biasa adalah daun sirsak memiliki zat antikanker (acetogenins) yang kekuatannya 10.000 kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan kemoterapi.
3.    Buah manggis
Begitu banyak manfaat yang dapat kita rasakan dalam kulit manggis, karena kulit manggis mengandung Xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidan manggis melebihi vitamin E dan vitamin C. Xanthone yg terdapat di manggis merupakan subtansi kimia alami yang tergolong senyawa polyhenolic. Peneliti dari Universitas Taichung di Taiwan telah mengisolasi xanthone dan deviratnya dari kulit buah manggis di antaranya diketahui adalah 3-isomangoestein, alpha mangostin, Gamma-mangostin, Garcinone A, Garcinone B, C, D dan garcinone E, maclurin, mangostenol. Sebuah penelitian di Singapura menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan durian.
Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis, oleh sebab itu buah manggis diberikan julukan sebagi ”Queen of Fruit” atau Si Ratu Buah. Dari berbagai penelitian, kandungan xanthone dan derivatnya efektif melawan kanker payudara secara in-vitro, dan obat penyakit jantung.
Kasiat garcinone E (devirat xanthone) ini jauh lebih efektif untuk menghambat kanker bila dibandingkan dengan obat kanker seperti flaraucil, cisplatin, vincristin, metohotrexete, dan mitoxiantrone.





























BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
1.    Anamnase
Nama            :
Umur             :
Jenis kelamin         :
Suku bangsa        :
Pekerjaan        :
Pendidikan        :
Alamat            :
Tanggal MRS         :
Diagnosa medis    :

2.    Riwayat Kesehatan
a)       Keluhan utama :
Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b)      Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli kedalam kolon.
c)      Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d)     Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e)      Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat karena klien lemah.




3.2    Pemeriksaan Fisik
1.    Keadaan Umum
Didapatkan klien tampak lemah
2.    Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
3.    Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
4.    Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah ( Hipotensi )
5.    Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
6.    Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
7.    Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8.    Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

3.3    Pemeriksaan Diagnosa
1.    Urinalisis
a.    Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b.    Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2.      Bakteriologi
a.    Mikroskopis
Satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuri.
b.    Biakan bakteri
3.    Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4.    Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.    Metode tes
a.    Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b.    Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c.    Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten

3.4    Diagnosa
1.    Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2.    Hipertermi (peningkatan suhu tubuh)
3.    Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4.    Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
5.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan reinteraksi abdominal
6.    Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.



3.5    Intervensi

No    Diagnosa    NOC    NIC
1    Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis    NOC :
    Pain level,
    Pain control,
    Comfort level
Kriteria hasil :
    Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
    Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
    Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang    NIC :
Pain Management
•    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
•    Observasi reaksinonverbal dari ketidaknyamanan
•    Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
•    Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
•    Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
•    Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau
•    Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
•    Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
•    Kurangi faktor presipitasi nyeri
•    Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
•    Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
•    Ajarkan tentang teknik non farmakologi
•    Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
•    Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
•    Tingkatkan istirahat
•    Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
•    Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administrasion
•    Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
•    Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
•    Cek riwayat alergi
•    Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari Satu
•    Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
•    Tentukan analgesik pilihan, rute pembarian, dan dosis optimal
•    Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
•    Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
•    Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
•    Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
2    Hipertermi
(peningkatan suhu tubuh)    NOC:
Termoregulation

Kriteria Hasil :
1.    Suhu tubuh dalam rentang normal
2.    Nadi dan RR dalam rentang normal
3.    Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
    NIC
Fever treatment
•    Monitor suhu sesering mungkin
•    Monitor IWL
•    Monitor warna dan suhu kulit
•    Monitor tekanan darah, nadi dan RR
•    Monitor penurunan tingkat kesadaran
•    Monitor WBC, HB dan HCT
•    Monitor intake dan output
•    Berikan antipiretik
•    Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
•    Selimuti pasien
•    Lakukan tapit sponge
•    Berika cairan intravena
•    Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
•    Tingkatkan sirkulasi udara
•    Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation
•    Monitor suhu minimal 2jam
•    Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
•    Monitor TD, nadi dan RR
•    Monitor warna dan suhu kulit
•    Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
•    Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
•    Selimuti pasien untuk mencegah hilangan kehangatan tubuh
•    Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
•    Diskusikan tentang pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
•    Berikan indikasi tentang keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
•    Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
•    Berikan antipiretik jika perlu

Vital sign monitoring
•    Monitor TD, nadi, suhu dan RR
•    Catat adanya fluktuasi tekanan darah
•    Monitor VS saat pasien berbaring, duduk / berdiri
•    Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
•    Monitor TD, nadi, RR , sebelum, selama, dan setelah aktivitas
•    Monitor kualitas dari nadi
•    Monitor frekuensi dan irama pernafasan
•    Monitor suara paru
•    Monitor pola pernafasan abnormal
•    Monitor suhu warna dan kelembaban kulit
•    Monitor sianosis perifer
•    Monitor adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar, bradi kardi, peningkatan sistolik)
•    Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
3    Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih    NOC :
    Urinary Elimination
    Urinary Contiunence
Kriteria Hasil :
•    Kandung kemih kosong secara penuh
•    Tidak ada residu urine .100-200 cc
•    Intake cairan dalam rentang normal
•    Bebas dari ISK
•    Tdak ada spasme bladder
•    Balance cairan seimbang    NIC :
Urinary Retention Care
•    Monitor intake dan output
•    Monitor penggunaan obat antikolinergik
•    Monitor derajat distensi bladder
•    Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine
•    Sediakan privacy untuk eliminasi
•    Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen
•    Kateterisasi jika perlu
•    Monitoring tanda dan gejala ISK ( panas, hematuria, perubahan baud an konsistensi urine )
4    Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih    NOC :
•    Immune Status
•    Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X 24 jam, pasien tudak menunjukan adanya tanda-tanda dan gejala infeksi

Kriteria Hasil :
    Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
    Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
    Jumlah leukosit dalam batas normal
    Menunjukkan perilaku hidup sehat
    NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
1.    Bersihkanlingkungansetelahdipakaipasienlain
2.    Pertahankanteknikisolasi
3.    Batasipengunjung bila perlu
4.    Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5.    Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6.    Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan
7.    Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8.    Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9.    Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
10.    Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
11.    Tingktkan intake nutrisi
12.    Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
1.    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.    Monitor hitung granulosit, WBC
3.    Monitor kerentanan terhadap infeksi
4.    Batasi pengunjung
5.    Saring pengunjung terhadap penyakit menular
6.    Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
7.    Pertahankan teknik isolasi k/p
8.    Berikan perawatan kuliat pada area epidema
9.    Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
10.    Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11.    Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12.    Dorong masukan cairan
13.    Dorong istirahat
14.    Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
15.    Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16.    Ajarkan cara menghindari infeksi
17.    Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
5    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan reinteraksi abdominal    NOC :
    Fluid balance
    Hydration
    Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
•    Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
•    Tidak ada tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membrane mucosa lembab, tidak ada easa haus yang berlebihan    Fluid Management
•    Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
•    Monitor status dehidrasi
•    Monitor vital sign
•    Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
•    Monitor status nutrisi
•    Berikan cairan IV pada suhu ruangan
•    Dorong masukan oral
•    Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
•    Kolaborasi dengan dokter
Hypovolemia Management
•    Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
•    Monitor tingkat Hb dan hematrokit
•    Monitor tanda vital
•    Dorong pasien untuk menambah intake oral
•    Pemberian cairan iv monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
•    Monitor adanya gagal ginjal
6    Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.    NOC :
    Kowlwdge : disease process
    Knowledge :
Health behavior
Kriteria Hasil :
•    Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
•    Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
•    Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya    NIC
Teaching : desease process
•    Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit spesifik
•    Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
•    Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara ysng tepat
•    Identifikasikan kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
•    Sediakan informasi pada pasien tentang  kondisi, dengan cara yang tepat
•    Hindari harapan yang kosong
•    Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
•    Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolanpenyakit
•    Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
•    Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
•    Eksplorasi kemungkinan sember atau dukungan, dengan cara yang tepat
•    Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan padda pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yg tpat















3.5    Implementasi
Implementasi adalah asuhan keperawata secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawat  melakukan fungsinya sebgai independent, interdependent, dan dependent. Pada fungsi dependent perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernafasan perut dalam posisi duduk dan berbaring, pada fungsi interdependent perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain. Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk mrnjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.
Disamping itu perawat harus memperhatikan sehatan umum dan respon pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam tahap pelaksanaan ini adalah sebagia berikut: persiapan, pelaksanaan, dan dokumentasi.

3.6    Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1.    Nyeri yang menetap atau bertambah
2.    Perubahan warna urine
3.    Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.







BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).
Adapun macam-macam ISK antara lain sistitis,uretritis, pielonefritis. Sedangakn pada usia lanjut ISK dibedakan mebjadi dua yaitu ISK uncomplicated dan ISK complicated. Pada kasus ISK ini penyebabnya adalah jenis-jenis mikroorganisme, dan prevalensi usia lanjut. ISK sendiri juga mengakibatkan komplikasi gagal ginjal dan ppembentukan abses ginjal.

4.2Saran
Selelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu menerapkan dalam profesi kita. Kiranya makalah ini dapat berguna dan memberi wawasan tentang patologi sistem pernapasan khusunya penyakit Infeksi Saluran Kemih.




DAFTAR PUSTAKA

O’callaghan, Chris. 2013. At a glance system ginjal edisi ke-2. Jakarta: Erlangga
http://dianalmira.blogspot.com/2013/12/askep-infeksi-saluran-kemih.html, (diakses 27 Maret 2014)
http://puspaeureka.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-isk.html, (diakses 27 Maret 2014)
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.