Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan

Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan
Stikes ICME Jombang

Wednesday 18 November 2015

Paper manajemen kepemimpinan dalam keperawatan

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

A. KONSEP MANAJEMEN DALAM KEPERAWATAN
1. Definisi Manajemen
Pengertian manajemen menurut James A.F. Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan terhadap sumber daya organisasi lainnya supaya tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang ditetapkan.
Sedangkan pengertian manajemen menurut George  R. Terry adalah suatu proses khas terdiri tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan yang dilakukan dalam menentukan serta mencapai target yang sudah ditetapkan lewat pemanfaatan sumberdaya manusia dan lainnya.
Jadi, manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha dari pada anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam mencapai sasaran. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja oranglain) yang mencerminkam dinamika suatu organisasi.

2. Ruang lingkup manajemen
1. Manajemen dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi Manajement By Objective (MBO). Sebuah organisasi yang ingin menerapkan konsep MBO harus selalu peka dengan rumusan tujuan organisasinya dan selalu mengembangkan pendekatan partisipatif untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Manajement is how to work with others
Dengan menggunakan pendekatan ini manajemen dapat dipelajari dari proses kerjasama yang berkembang antara pimpinan dengan stafnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah diketahui sebelumnya.
3. Manajemen sebagai ilmu terapan
Untuk menggerakkan roda administrasi, seorang manajer harus memiliki wawasan yang luas dan terus mengembangkan dirinya dengan mempelajari berbagai ilmu yanng terkait dengan tugas-tugasnya.
4. Manajemen adalah proses pemecahan masalah
Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dan proses pemecahan masalah yang dikembangkan oleh semua unit kerja atau organisasi secara keseluruhan. Langkah praktisny terdiri dari identifikasi masalah, merumuskan langkah-langkah.

3. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
Beberapa prinsip dasar manajemen keperawatan:
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan, perencanaan merupakan hal yang utama dan serangkaian fungsi dari aktivitas manajemen.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
3. Manajemen Keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
4. Menejemen keperawatan harus terorganisasi
5. Menejemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
6. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

4. Kerangka Konsep Dasar Manajemen Keperawatan
Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan adalah manajemen partisisfasi yang berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia,perawat/keperawatan,kesehatan,dan lingkungan.
5. Manajemen Keperawatan di Masa Datang
                Sistem pelayanan kesehatan yang terjadi sebelum tahun 1990 sangat di pengaruhi oleh perkembangan ekonomi dan perluasan teknologi yang bersifat kompetitif karena pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang di berikan kepada pasien bersifat kuratif dan orientasinya berdasarkan perkembangan penyakit.
Pada abad ke-21,sistam pelayanan kesehatan berorientasi pada aspek kesehatan karena pelyanan yang di berikan lebih bersifat multidimensi dengan mempertimbangkan keberadaan masyarakat melalui penggunaan teknik pelayanan kesehatan yang tertinggi.

6. Starategi Pelaksanaan Manajemen Keperawatan di Masa Mendatang
                Mempertimbangkan perkembangan dan perubahan situasi yang berkaitan dengan kegiatan keperawatan di masa mendatang,manajer keperawatan di ruangan akan berpotensi menghadapi beberapan permasalahan.
            Manajemen partisipatif di laksanakan berdasarkan filosofi kepercayaan antar pihak yang terlibat dalam manajemen.
Manajemen partisifatip di lakukan juga berdasarkan  kerangka kerja praktik profesional yang menghargai kebebasan,mempertahankan dukungan,harapan yang jelas,sumber daya yang memandai,dan situasi organisasi yang terbuka untuk menciptakan hubungan



B. KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
1. Definisi Kepemimpinan
             Definisi  kepemimpinan menurut Stogdill yaitu kepemimpinan sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.
             Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
              Merton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
              Menurut McGregor, akhirnya ada empat variabel besar yang diketahui sekarang untuk memahami kepemimpinan: (1) karakteristik pimpinan; (2) sikap; (3) kebutuhan, dan karakteristik lainnya dari bawahan; dan (4) keadaan sosial, ekonomi, dan polotik lingkungan. McGregor mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat kerja atau kekuatan dari luar.
              Talbott  mengatakan “kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisai yang berfungsi dan berguna. Kepemimpinan adalah suatu proses yang menopang suatu kegiatan atas inisiatif seseorang. Bukan semata-mata hanya menunjukan arah dan membuarkan sesuatu terjadi. Kepemimpinan adalah suatu konsep dari suatu tujuan dan metode untuk mencapainya, suatu mobilisasi dari seluruh fasiltas yang diperlukan untuk mencapai hasil, dari penyesuaian dan nilai-nilai terhadap faktor lingkungan pada akhir dari tujuan yang dikehendaki nantinya.”

2. Teori Kepemimpinan
              Dalam mengembangkan model kepemimpinan terdapat beberapa teori yang mendasari terbentuknya gaya kepemimpinan. Menurut Whitaker (1996), ada empat macam pendekatan kepemimpinan yaitu:
a. Teori  Bakat
Teori bakat terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian. Kemampuan ini merupakan bawaan sejak lahir yang mempunyai pengaruh besar dalam kepemimpinan. Beberapa hal yang menonjol pada teori bakat adalah kepandaian berbicara, kemampuan/keberanian dalam memutuskan sesuatu, penyesuaian diri, percaya diri, kreatif, kemampuan interpersonal dan prestasi yang dapat menjadi bekal dalam membentuk kepemimpinan sehingga seseorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya.
b. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang dipunyai oleh pemimpin dan yang membedakan dirinya dari non pemimpin. Menurut teori ini seorang pemimpin dapat mempelajari perilaku pemimpin supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif. Dengan demikian teori perilaku kepemimpinan lebih sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin dapat dipelajari, bukan bawaan sejak lahir.
c. Teori Situasi (Contingency)
Teori situasi mengasumsikan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling baik, tetapi kepemimpinan tergantung pada situasi, bentuk organisasi, kekuasaan atau otoriter dari pemimpin, pekerjaan yang kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
d. Teori Transformasi
Teori transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu melakukan kepemimpinannya dalam situasi yang sangat cepat berubah atau situasi yang penuh krisis. Menurut Bass (Dikutip Gibson, 1997) seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang dapat menampilkan kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.

3. Model Kepemimpinan
            Terrdapat 3 model kepemimpinan yaitu model Ohio State, kepemimpinan situasional, dan mannagerial Grids (Lamonica; 1986)
1. Model Ohio State
            Model di kembangkan pertama kali oleh anggota Staf dan Ohio State Leadership Studies (Lamonnica 1986). Model ini mengandun 2 komponen yaiti :
a. Struktur prakarsa
           Mengganbarkan pemimpin untuk melakukan pengorganisasia dan mendevinisikan kegiatan para anggota kelompok beserta peran yang di kembannya.
b. pertimbangan
           Sebagai komponen kedua dalam model ini, melibatkan komunikasi 2 arah untuk menjawab keputusan keompok melalui menanyakan pendapat. Keyakinan dan keinginan.

2. Kepemimpinan Situasional
            Teori ini di lakukan oleh Hersey dan Blanchard (1977) yang merupakan pengembangan dan model Ohio State.
            Berdasarkam model ini akan muncul 4 karekteristik prilaku kepemimpinan yaitu
a. hubungan tinggi tugas rendah
b. tugas rendah hubungn rendah
c. tugas tinggi hubungan tinggi
d. dan hubungan tinggi tuga rendah.
3. Manegerial Grid
            Model kepemimpinan ini dikembangkan olh blake dan mounton (1978) yang pada tahun 1981 dengan taper mencoba model ini dalam keperawatan. Secara garis besar, model ini terbagi dalam beberapa kisi2 yang terdiri atas 5 gaya kepemimpinan yang di dasarkan pada suatu kombinasi kepeulian terhadp produksi/ 7 an institusi dan kepedulian terhadap orang, prilaku kepemimpinan terbagi atas 5 macam : Kepemimpinan otoritas kepatuhan, Kepemimpinan tim, Kepemimpinan kontryclub, Kepemimpinan iskin dan kepemimpinan Organisasi.
4. Kepemimpinan Efektif
            Berbagai macam karekteristak prilaku kepemimpinan berdasarkan model kepemimpinan diatas dala implmentasinya di pengaruhi faktos situasi yang kerap di sebut dengan tingkat kedewasan. Faktor-faktor tersebut kdi kelompokkan 4 katagori yaitu
a. Kedewasaan tngggi rendah yang di tanndai dg tidak mampu dan tidak mau
b. Tingkat rendah sedang yang dicirikan dengan tidak mampu tetapi mau
c. Tingkat sedang tinggi dengan ciri2 mampu tetapi tidak mau
Kedewasaan tingkat tinggi dengan ciri2 mampu dan mau

4. Gaya Kepemimpinan
   Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain:
a. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
        Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

b. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
1. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
2. Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4. Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif  ekonomi untuk  memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
c. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
       Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada  dasarnya sesuai dengan Teori Y.
4. Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

d. Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House
       Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
1. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
2. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
3. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
4. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)

e. Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
1. Instruksi
Tinggi tugas dan rendah hubungan
Komunikasi sejarah
Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta mengawasi dengan ketat
2. Konsultasi
Tinggi tugas dan tinggi hubungan
Komunikasi dua arah
Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
3. Parsitipatif
Tinggi hubungan rendah tugas
Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan
4. Delegasi
Rendah hubungan dan rendah tugas
Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan

f. Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
       Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Wewenang mutlak berada pada pimpinan
Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
Lebih banyak kritik daripada pujian
Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
Kasar dalam bersikap
Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
2. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Wewenang pimpinan tidak mutlak
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Komunikasi berlangsung timbal balik
Pengawasan dilakukan secara wajar
Prakarsa datang dari bawahan
Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
3. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
Prakarsa selalu berasal dari bawahan
Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan




g. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
            Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
1. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
2. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.

4. Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

5. Kriteria Pemimpin dalam Keperawatan
Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin    yang   efektif   adalah    seorang    pemimpin   yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang  memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a. Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih  pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
3. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5. Mengambil tindakan
b. Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c. Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan antar manusia ).
2. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
4. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.
d. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1. Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
2. Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3. Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

6. Tugas Kepemimpinan dalan Keperawatan
Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah:
a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat menghasilkan.
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan, ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan keluarganya.
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya pemimpin untuk memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu masih dapat dihargai oleh bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat.

7. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
           Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi :
a. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di ruangan.
b. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan benar.
c. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.

d. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka. Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.

e. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan. Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan sumber-sumber yang ada.
f. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.

Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :
1. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
2. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
3. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
4. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
5. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
6. Pencapaian tujuan keperawatan
7. Kesejahteraan bawahan
8. Memotivasi bawahan

DAFTAR PUSTAKA

1. Swansburg, Russel C. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan; alih bahasa, Suharyati Samba; editor, Monica Ester. Jakarta : EGC, 2000
2. http://nursedc.blogspot.com/2012/03/kepemimpinan-dalam-keperawatan.html
3. http://nursing-academy.blogspot.com/2011/09/gaya-gaya-kepemimpinan-dalam.html
4. Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba  Medika

No comments:

Post a Comment

Trimakasih Atas Kunjungan Anda