Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan

Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan
Stikes ICME Jombang

Tuesday 14 October 2014

Askep Ablasio Retina

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen  retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan.

Rumusan Masalah
Apa pengertian ablasio Retina?
Apa etiologi ablasio Retina?
Apa manifestasi ablasio Retina?
Bagaimana patofisiologi Retina?
Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?
Bagaimana askep ablasio Retina?

 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, tanda dan gejala dari Ablasio retina.
Untuk mengetahui bagaimana proses perjalanan penyakit Ablasio retina.
Untuk menambah pemahaman tentang asuhan keperawatan pada penyakit Ablasio retina.
Manfaat
Agar dapat mengetahui pengertian, tanda dan gejala pada dari Ablasio retina.
Agar dapat mengetahui bagaimana proses perjalanan penyakit Ablasio retina.
Agar dapat menambah pemahaman tentang asuhan keperawatan pada penyakit ablasio retina.
 


























BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Ablasio retina atau retinal detachment adalah lepasnya bagian lapisan sensori retina dari lapisan epitel pigmen, koroid (deWit, 1998). Ablasio retina dapat menimbulkan ruang subretina dan cairan vitreus  merembes di bawah retina, memisahkan daeah tersebut dari dinding vaskular dan akhirnya menurunkan suplai darah kedalamnya. Insiden kasus ini meningkat secara dramatis setelah usia 40 tahun dan mencapai uncaknya pada dekade ke-5 dan ke-6.

Etiologi
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan. Penyebab lain ablasio retina seperti trauma mata, abalisio retina pada mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah retina yang tipis/lemah yang dilihat oleh dokter mata, robekan retina, komplikasi, diabetus melitus paradangan, pada usia lanjut (perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina), malformasi kongenital, kelainan metabolisme, penyakit vaskuler, dan inflanmasi intraokuler neoplasma.

Manifestasi Klinis
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita mungkin menyadari penglihatannya seolah - olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan. Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh pandangan seperti terhalang tirai/bergelombang.
Patofisiologi
Retina terdiri atas dua lapisan. Robekan atau pelepasan retina terjadi jika kedua lapisan tersebut terpisah karena akumulasi cairan atau tarikan kontraksi badan vitreus. Tarikan vitreus pada retina menyebabkan klien melihat sinar kilat. Klien juga mengeluhkan melihat titik-titik hitam di depan mata, yang terjadi karena lepasnya sel-sel retina dan putusnya kapiler yang mengalirkan sel darah merah ke dalam vitreus. Sel darah merah ini menghasilkan bayangan pada retina yang diterima sebagai titik-titik hitam tersebut. Lepasnya retina juga menyebabkan gangguan penerimaan rangsagan visual yang mengakibatkan konversi rangsangan kebentuk yang tidak dapat diintrepretasikan otak dan dan menyebabkan klien mengalami penurunan atau hilangnya pandangan. Hilangnya lapang oandang bergantung pada area lepasnya retina. Jika bagian yang lepas bagian superior mata, maka penglihatan yang hilang bagian inferior.  Retina temporal lebih sering terkena  sehingga klien mengeluh gangguan pada area nasaldaripada pandangan. Gangguan penglihatan sentral terjadi jika makula lutea terkena.


















Miopia         Trauma       Afakia      Prosesus peradangan      Penyakit sistemik       Tumor okuler        Degenerasi
                                                                                     
                        Sel darah merah dan sel retina lepas                    Bayangan bintik-bintik hitam

Gangguan penerimaan rangsangan visual

Konversi rangsangan yang tidak dapat diinterpretasikan otak               Hilangnya penglihatan
Perlu pembatasan aktivitas

Perlu operasi

Post op


Bagan. Patofisiologi abasio retina dalam kaitanyya dengan masalah keperawatan.
Pemeriksaan Penunjang
Karena itu bila ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa dengan teliti retina dan bagian dalam dengan alat yang disebut oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut, dokter dapat menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus lainnya yang mungkin perlu digunakan adalah lensa-lensa khusus, mikroskop, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Terapi bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera.

Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan terjadi robekan retina maka harus dilakukan pembedahan. Ada beberapa prosedur bedah yang dapat digunakan. Prosedur yang dipilih tergantung pada beratnya lepas retina dan pertimbangan dokter. Fotokoagulasi Laser Bila ditemukan robekan-robekan kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina, maka robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan menempatkan luka bakar-luka bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan menimbulkan jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat dan berkumpul di bawah retina. Bedah laser oftalmologi sekarang biasanya dilakukan sebagai tindakan pada pasien berobat jalan dan tidak memerlukan sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi) Membekukan dinding bagian belakang mata yang terletak di belakang robekan retina, dapat merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina dengan dinding belakang bola mata. Pembekuan biasanya dilakukan dengan prosedur pasien berobat jalan tetapi memerlukan pembiusan setempat pada mata.
Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina dan memisahkan retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan operasi yang lebih rumit untuk mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya bermacam-macam, tergantung pada luasnya lapisan retina yang lepas dan kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk menekan dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel sampai jaringan parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan dari bawah retina untuk memungkinkan retina menempel kembali ke dinding belakang mata. Seringkali sebuah pita silikon atau bantalan penekan diletakkan di luar mata untuk dengan lembut menekan dinding belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan untuk menciptakan jaringan parut yang akan merekatkan robekan retina, misalnya dengan pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi (aliran listrik dimasukkan dengan sebuah jarum).
Jenis pembedahan ablasio retina:
Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali retina yang lepas (ablasio retina).
Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang lepas.
Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan melakukan operasi didalam rongga bola mata untuk membersihkan vitreus yang keruh, melekatkan kembali vitreus yang mengalami ablasio, mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan
Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur operasi scleral bucking yaitu pengikatan kembali retina yang lepas.

a. Pengelolaan penderita sebelum operasi
Mengatasi kecemasan
Membatasi aktivitas
Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata
Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi.

b. Pengelolaan penderita setelah operasi
Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
Evaluasi penutup mata
Bantu semua kebutuhan ADL
Perawatan dan pengobatan sesuai program

  Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi vitreoretinal:
Infeksi
Perdarahan
Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi
Penglihatan yang menurun
Peningkatan tekanan bola mata
Glaukoma
Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang telah menjalani operasi vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi katarak beberapa tahun kemudian.
Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal kadang-kadang menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang berakibat langsung pada mata. Pembiusan umum berpotensi menghadapi resiko serius. Bila anda akan mendapatkan pembiusan umum, anda akan ditangani oleh spesialis anestesiologi sebelum operasi.





















BAB III
KONSEP DASAR ASKEP ABLASIO RETINA
  3.1 Pengkajian
Identitas pasien
Meliputi nama, umur untuk mengetahui angka kejadian pada usia keberapa, jenis kelamin untuk membandingkan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan, pekerjaan untuk mengetahui apakah penderita sering menggunakan tenaga secara berlebihan atau tidak.
Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada penglihatan seperti penglihatan kabur, melihat kilatan–kilatan kecil, adanya tirai hitam yang menutupi area penglihatan, adanya penurunan tajam penglihatan.
Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien dan miopi tinggi.
Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa takut, kegelisahan karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Pola-pola fungsi kesehatan
Masalah yang sering muncul pada pasien dengan post ablasio retina apabila tidak terdapat komplikasi, adalah sebagai berikut :
Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak.
Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama tidur sebelum pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur dan istirahat selama masuk rumah sakit.
Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga ditanyakan aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah peranan pasien dalam keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan pasien lain dirumah sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien. Apakah ada perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana pasien menyikapi kondisinya setelah palaksanaan operasi.
Pola sensori dan kognitif
Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan jalan pikiran pasien.
Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor yang paling sering muncul pada pasien.

Pemeriksaan Fisik
Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan pada mata dibagi berdasarkan segmen-segmen, yaitu :
Pemeriksaan segmen anterior :
Adanya pembengkakan pada palpebrae atau tidak, biasanya pada klien post operasi ablasio retina, palpebraenya akan bengkak.
Keadaan lensa, bila tidak ada konplikasi lain, maka keadaan lensanya adalah jernih.
Bagaimana keadaan pupilnya, pupil pada klien ablasio retina yang telah masuk rumah sakit akan melebar sebagai akibat dari pemberian atropin.
Kamera Okuli Anteriornya biasanya dalam.
Bagaimana keadaan konjungtivanya, biasanya pasien post operasi akan mengalami hiperemi pada konjungtivanya.
Pemeriksaan segmen posterior
Corpus vitreum ada kelainan atau tidak.
Ada atau tidak pupil syaraf optiknya.
Pemeriksaan diagnostik
Visus, untuk mengetahui tajam penglihatan, adakah penurunan atau tidak dan untuk mengetahui sisa penglihatan yang masih ada. Pengujian ini dengan menggunakan kartu snelen yang dibuat sedemikian rupa sehingga huruf tertentu yang dibaca dengan pusat optik mata membentuk sudut 500 untuk jarak tertentu. Pada ablasio retina didapatkan penurunan tajam penglihatan.
Fundus kopi, untuk mengetahui bola mata seperti warna retina, keadaan retina, reflek dan gambaran koroid.

Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi ablasio retina.
Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi ablasio retina.
Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri berhubungan dengan bed rest total.
Ansietas berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.
Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Potensial terjadi kecelakaan berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan.

3.3 Intervensi Keperawatan dan Implementasi
Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi ablasio retina.
Devinisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan, akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual, potensial atau yang di gambarkan dalam istilah seperti kerusakan (internasional assosiation for the study of pain), awitan yang tiba tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat di ramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Pasien akan :
Mengatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternatif untuk mengurangi nyeri.
Tingkat nyeri pasien dipertahankan pada atau kurang (pada skala 0-10).
Malaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis.
Mengenali faktor-faktor yang meningkatkan dan melakukan tindakan pencegahan nyeri.
Menggunakan alat pengurang nyeri analgesik dan nonanalgesik secara tepat.
Hasil yang Disarankan NOC
Tingkat Kenyamanan : Perasaan senang secara fisik dan psikologis.
Perilaku pengendalian Nyeri : Tindakan seseorang untuk mengendalikan nyeri.
Nyeri : Efek Merusak : Efek merusak dari nyeri terhadap emosi dan perilaku yang diamati atau dilaporkan.
Tingkat Nyeri : jumlah nyeri yang dilaporkan atau ditunjukkan.
Intervensi Prioritas NIC :
Pemberian Analgesik: penggunaan agen-agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Penatalaksanaan Nyeri: meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Bantuan Analgesia yang Dikendalikan Oleh Pasien: memudahkan pengendalian pasien dalam pemberian dan pengeturan anlgesik.
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
Kaji dan dokumentasikan efek-efek penggunaan pengobatan jangka panjang.
Penatalaksanaan Nyeri (NIC) :
Pantau kepuasan pasien dengan penatalaksanaan nyeri pada interval yang spesifik.
Tentukan dampak pengalaman nyeri pada kualitas hidup (misalkan : tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, mood, hubungan, kinerja, dan tanggung jawab peran).
Pendidikan untuk Pasien/Keluarga
Bicarakan pada pasien bahwa pengurangan nyeri secara total tidak akan dapat dicapai.
Aktivitas Kolaboratif
Adakan pertemuan perencanaan asuhan keperawatan pasien secara multidisiplin.
Penatalaksanaan Nyeri (NIC):
Pertimbangkan rujukan untuk pasien, keluarga dan orang yang pentingbagi pasien pada kelompok pendukung atau sumber-sumber lain, bila memungkinkan.
Aktivitas Lain
Tawarkan tindakan pengurang nyeri untuk membantu pengobatan nyeri (misalnya: umpan balik biologis, tekhnik relaksasi, dan masase punggung).
Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapat diterima.
Penatalaksanaan Nyeri (NIC):
Tingkat istirahat/tidur yang adekuat untuk memfasilitasi pengurangan nyeri.
Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meningkatkan partisipasi, tetapi evaluasi bahaya sedasi.

Diagnosa 2: Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi ablasio retina.
Devinisi : Suatu kondisi individu yang mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Tujuan/Kreteria Evaluasi :
Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.
Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.
Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, genitourinaria, dan imun dalam batas normal.
Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.
Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikutim prosedur penafasan dan pemantauan.
Hasil yang Disarankan NOC
Staatus Imun : keadekuatan alami yang didapat dan secara tepat ditujukan untuk menahan antigen-antigen internal maupun eksternal.
Pengetahuan   : Pengendalian Infeksi : Tingkat pemahaman mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi.
Pengendalian Resiko : Tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan aktual, pribadi, serta dapat dimodifikasi.
Deteksi Resiko : Tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi ancaman kesehatan seseorang.
Intervensi Prioritan NIC :
Pemberian Imunisasi/Vaksinasi  : Pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit menular.
Pengendalian Infeksi       :   meminimalkan penularan agens infeksius.
Perlindungan Terhadap Infeksi      :   mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien      yang beresiko.
Aktivitas Keperawatan :
Pengkajian
Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, penampilan luka, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise).
Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia lanjut, tanggap imun rendah, dan malnutrisi).
Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung granulosit absolut, hasil-hasil yang berbeda, protein serum, dan albumin).
Amati penampilam praktik higiene pribadi untuk perlindungan terhadap infeksi.
Pendidikan untuk Pasien/Keluaraga :
Jelaskan kepada pasien/keluarga mengapa sakit dan pengobatan meningkatkan resiko terhadap infeksi.
Intruksikan untuk menjaga higiene pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
Informasikan kepada orang tua mengenai jadwal imunisasi untuk difteri, tetanus, pertusis, polio, campak, parotitis, dan rubella.
Jelasakn alasan/keuntungan dan efeksamping imunisasi.
Berikan pasien/keluarga suatu metode untuk mencatat imunisasi (misalnya: format, buku catatan).
Ajarkan metode aman penanganan makanan/penyiapan/penyimpanan.
Pengendalian Infeksi (NIC):
Ajarkan pasien tekhnik mencuci tangan yang benar.
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien.
Ajarkan kepada pasien dan keluarganya tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan.
Aktivitas Kolaboratif
Rujuk pasien/kelurga ke layanan sosial, kelompok pendukung untuk membantu pengelolaan rumah, higiene, dan nutrisi.
Ikuti petunjuk pelaporan terhadap infeksi yang dicurigai dan atau budaya yang positif.
Rujuk ke lembaga layanan sosial mengenai pembiayaan imunisasi (misalnya: asuransi dan klinik departemen kesehatan).
Pengendalian  Infeksi (NIC): Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan.

Diagnosa 3 : Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri berhubungan dengan bed rest total.
Devinisi : Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri.
Batasan karakteristik :
Ketidakmampuan untuk mandi, berpakaian, makan, serta toileting.
Factor yang berhubungan :
Kelemahan, kerusakan kognitif atau conceptual, kerusakan neuromuscular / otot-otot saraf.
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari bau badan.
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLS.
Mampu melakukan ADLs dengan bantuan.
Intervensi :
(Self Care Assistane : ADLs)
Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tetapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

Diagnose 4 : Ansietas berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.
Devinisi : suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread yang disertai dengan respons autonomis, sumbernya seringkali tidak spesifik/tidak diketahui oleh individu; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Ini merupakan tanda bahaya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.
Hasil yang Disarankan NOC
Control Ansietas : kemampuan untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan khawatir dan tegang dari suatu sumber yang tidak dapat diidentifikasi.
Control Impuls : kemampuan untuk menahan diri dari perilaku kompulsif atau impulsif.
Ketrampilan Interaksi Sosial : penggunaan diri untuk melakukan interaksi yang efektif.

Tujuan/Kriteria Evaluasi
Ansietas berkurang, dibuktikan dengan menunjukkan Kontrol Agresi, Kontrol Ansietas, Koping, Kontrol Impuls, Penahanan Mutilasi Diri secara konsisten, dan secara substansial menunjukkan Ketrampilan Interaksi Soaial yang efektif.
Contoh Lain
Pasien akan :
Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun ada kecemasan.
Menunjukkan kemampuan untuk berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan yang baru.
Mengidentifikasi gejala yang merupakan indicator ansietas pasien sendiri.
Tidak menunjukkan perilaku agresif
Mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negative secara tepat.
Intervensi Prioritas NIC
Pengurangan Ansietas : meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, berprasangka atau rasa gelisah yang dikaitkan dengan sumber bahaya yang tidak dapat diidentifikasi dari bahaya yang dapat diantisipasi.
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian 
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien setiap _
Selidiki dengan pasien tentang tekhnik yang telah dimiliki, dan belum dimiliki, untuk mengurangi ansietas di masa lalu.
Pengurangan Ansietas (NIC) : menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien.
Pendidikan untuk Pasien/Keluarga
Sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
Instruksikan pasien tentang penggunaan tekhnik relaksasi.
Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur.

Aktivitas Kolaboratif
Berikan pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai dengan kebutuhan.
Aktivitas Lain
Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas.
Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan, serta terapi okupasi untuk mengurangi ansietas dan memperluas focus.
Sediakan penguatan yang positif ketika pasien mampu untuk meneruskan aktivitas sehari-hari dan lainnya meskipun ansietas.
Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang, kontak yang terbatas dengan orang lain jika dibutuhkan serta pembatasan penggunaan kafein dan stimulant lain.
Pengurangan ansietas (NIC) :
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Pernyataan yang jelas tentang harapan dari perilaku pasien.
Damping pasien (misalnya, selama prosedur) untuk meningkatkan keamanan dan pengurangan takut.
Berikan pijatan punggung/pijatan leher, sesuai kebutuhan.
Jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas.
Beri dorongan kepada orang tua untuk menemani anak, sesuai dengan kebutuhan.

Diagnosa 5 : Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan :
Pasien dapat mencapai kembali citra diri yang optimal.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu mengekspresikan tentang perubahan dan perkembangan kearah penerimaan.
Pasien mampu menunjukkan rerspon yang adaptif terhadap perubahan citra diri.
Intervensi Keperawatan :
Sediakan waktu bagi pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Tingkatkan hubungan dan dorongan dari orang terdekat.
Bantu pasien dalam diskusi dan penerimaan perubahan ketajaman penglihatan.
Dorong kemandirian yang ditoleransi.

Diagnosa 6 : Potensial terjadi kecelakaan berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
Devinisi : Beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu.
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera.
Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal.
Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury.
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Mampu mengenali perubahan status kesehatan.
Intervensi :
(Environment Management / Manajemen Lingkungan)
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien.
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya: memindahkan perabotan).
Memasang side-rail tempat tidur.
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
Menempatkan saklar lampu di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien.
Membatasi pengunjung.
Memberikan penerangan yang cukup.
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan.
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan.
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

























BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata.

4.2     Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.












Daftar Pustaka

Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Indriana N. Istiqomah. 2005. Asuhan keperawatan klien gangguan mata. Jakarta: EGC

No comments:

Post a Comment

Trimakasih Atas Kunjungan Anda