BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulisan makalah ini bertujuan memberikan suatu gambaran dan informasi baru mengenai penyakit polikistik ginjal kepada semua pembacanya. Penulisan makalah ini berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber baik yang berasal dari text book maupun jurnal terbaru yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal yang diharapkan setelah membaca makalah ini setiap pembaca dapat memahami, mengerti, dan memperbaruhi informasi mengenai penyakit ginjal polikistik serta bagaimana cara penanganan yang harus dilakukan pada pasien yang menderita penyakit ini.
Penyakit ginjal polikistik merupakan kelainan genetic yang ditandai dengan adanya banyak kista pada ginjal. Ginjal merupakan suatu organ yang memiliki fungsi salah satunya menyaring darah terhadap zat-zat yang tidak dibutuhkan dalam tubuh yang kemudian menjadi suatu produk yang disebut urin. Pada saat kista mulai berkembang dan membesar pada ginjal maka akan terjadi penggantian struktur normal ginjal yang berakibat pada penurunan fungsi ginjal dan pada akhirnya akan menyebabkan gagal ginjal. Ginjal polikistik dapat juga menyebabkan kista pada organ-organ lain seperti hati dan pancreas serta masalah pada pembuluh darah otak dan jantung.
Di Amerika Serikat, sekitar 600.000 1 orang PKD, dan penyakit kistik adalah penyebab utama keempat gagal ginjal. Dua bentuk warisan utama dari PKD ada Autosomal dominant PKD adalah bentuk warisan paling umum. Gejala biasanya berkembang antara usia 30 dan 40, tetapi mereka dapat mulai lebih awal, bahkan di masa kecil. Sekitar 90 persen dari semua kasus PKD adalah autosomal dominant PKD. PKD autosomal resesif adalah bentuk warisan langka. Gejala PKD autosomal resesif dimulai pada bulan awal kehidupan, bahkan di dalam rahim. ADPKD memiliki angka prevalensi 1 : 500 dan lebih sering terjadi pada orang Kausia dari pada penduduk Afro-Amerika (Price dan Wilson,2005). Namun dari buku lain menyebutkan sekitar 1:500 hingga 1:1000 individu dan terhitung kira-kira 10% anak-anak berada pada tingkat gagal ginjal kronis (Gearhart dan Baker, 2001). Polikistik Ginjal ARPKD memiliki angka prevalensi sekitar 1:6000 hingga 1:40.000 (Pricedan Wilson,2005). Namun buku lain menyebutkan perkiraan angka kejadian antara 1:10.000 dan 1:40.000 (Gearhart dan Baker, 2001). Sehingga dapat disimpulkan kemungkinan paling besar terjadi adalah penyakit ginjal polikistik yang bersifat dominan autosomal (ADPKD)
Kista – kista tersebut dapat dalam bentuk multipel, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang – kadang sebesar sepatu bola) dan terisi oleh kelompok kista – kista yang menyerupai anggur. Kista – kista itu terisi oleh cairan jernih atau hemorargik
Jadi, untuk mencegah terjadinya penyakit ginjal polikistik yaitu dengan cara menjaga konsumsi air 8 gelas/hari, atur pola makan, dan olahraga yang teratur.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit ginjal polikistik
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit ginjal polikistik
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit ginjal polikistik
4. Untuk mengetahui WOC dari penyakit ginjal polikistik
5. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit ginjal polikistik
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk penyakit ginjal polikistik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit ginjal polikistik
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan penyakit ginjal polikistik
1.3 Manfaat
Memberikan pengetahuan, wawasan, serta dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit ginjal polikistik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
Penyakit ginjal polikistik (PKD) adalah kelainan genetik yang ditandai oleh pertumbuhan kista banyak di ginjal. Ginjal adalah dua organ, masing-masing seukuran kepalan tangan, terletak di bagian atas perut seseorang, menuju belakang. Ginjal limbah filter dan cairan ekstra dari darah untuk membentuk urin. Mereka juga mengatur jumlah zat penting tertentu dalam tubuh. Bila kista terbentuk di ginjal, mereka penuh dengan cairan. Kista PKD dapat sangat memperbesar ginjal sementara menggantikan banyak dari struktur normal, sehingga fungsi ginjal berkurang dan menyebabkan gagal ginjal.
Kista ginjal adalah suatu rongga yang berisi cairan dengan lapisan epitelial. Kista ginjal dapat disebabkan oleh anomali kongenital ataupun kelainan yang didapat. Pada ginjal bisa terdapat satu atau banyak kista yang tersebar, baik hanya pada satu ginjal maupun kedua ginjal, baik pada korteks maupun pada medula. Kista ginjal dibedakan dalam beberapa bentuk yaitu (1) ginjal multikistik displatik, (2) ginjal polikistik, dan (3) kista ginjal soliter. Diantara bentuk-bentuk kista ginjal ini, ginjal polikistik adalah paling fulminant yang berkembang secara progresif menuju kerusakan kedua buah ginjal.
Penyakit ginjal polikistik adalah suatu penyakit keturunan dimana pada kedua ginjal ditemukan banyak kista, ginjal menjadi lebih besar tetapi fungsi ginjal semakin menurun. Karakteristik penyakit ginjal polikistik yaitu terdapatnya multipel kista pada kedua ginjal. Penyakit ini juga dapat menyebar dan merusak hati, pankreas, dan dalam bentuk yang jarang pada jantung dan otak.
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista multiple, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang-kadang sebesar sepatu bola) dan terisi oleh sekelompok kista-kista yang menyerupai anggur. Kista-kista ini terisi oleh cairan jernih atau hemoragik.
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel berisi cairan atau material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medulla. Selain oleh karena kelainan genetic, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit.
2.1.2 Etiologi
Banyak teori mengenai terjadinya kista. Antara lain; kegagalan menyatukan nefron dengan duktus kolekting (saluran pengumpul), kegagalan involusi dan pembentukan kista oleh nefron generasi pertama, defek pada tubular basement membrane, obstruksi nefron oleh karena proliferasi sel epitel papilla. Ada pula yang beranggapan bahwa perubahan metabolism menghasilkan suatu bahan kimia yang akan merangsang terjadinya kista.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Penyakit ginjal polikistik pada dewasa atau penyakit ginjal polikistik dominan autosomal tidak menimbulkan gejala hingga dekade keempat, saat dimana ginjal telah cukup membesar. Gejala yang ditimbulkan adalah :
a. Nyeri
Nyeri yang dirasakan tumpul di daerah lumbar namun kadang-kadang jugadirasakan nyeri yang sangat hebat, ini merupakan tanda terjadinya iritasi didaerah peritoneal yang diakibatkan oleh kista yang ruptur. Jika nyeri yang polikistik Ginjal dirasakan terjadi secara konstan maka itu adalah tanda dari perbesaran satuatau lebih kista.
b. Hematuria
Hematuria adalah gejala selanjutnya yang terjadi pada polikistik.
c. Gross Hematuria
Terjadi ketika kista yang rupture masuk kedalam pelvis ginjal. Hematuria mikroskopi lebih sering terjadi disbanding gross hematuria danmerupakan peringatan terhadap kemungkinan adanya masalah ginjal yangtidak terdapat tanda dan gejala.
d. Hipertensi
Hipertensi ditemukan dengan derajat yang berbeda pada 75% pasien. Hipertensi merupakan penyulit karena efek buruknya terhadap ginjal yang sudah kritis.
e. Infeksi saluran kemih
Merupakan salah satu penyulit selain hipertensi.
f. Pembesaran ginjal
Pembesaran pada pasien ADPKD ginjal ini merupakan hasil dari penyebaran kista pada ginjal yang akan disertai dengan penurunan fungsi ginjal, semakin cepat terjadinya pembesaran ginjal makan semakin cepat terjadinya gagal ginjal (Grantham et-al, 2006)
g. Aneurisma pembuluh darah otak.
Pelebaran PD , ada kista , ginjal mmbesar, suplai darah turun
h. Pada penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD) terdapat kista pada organ-organ lain seperti : hati dan pankreas (Grantham,2008).
a.
2.1.4 WOC
ETIOLOGI
Jumlah nefron fungsional
Nefron yang terserang hancur
Nefron yang masih utuh
90% nefron hancur
75% nefron hancur
Adaptasi
Tidak dapat mengkompensasi (KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT) GFR (BUN dan kreatinin )
Nefron hipertropi
GFR 10% dari normal, BUN & kreatinin Adaptasi
kecepatan filtrasi, beban absolut, rearbsorbsi
Urine isoosmosis
Kecepatan filtrasi & beban solut Keseimbangan cairran elektrolit dipertimbangkan
Kegagalan proses filtrasi
Ketidakseimbangan dalam glomerulus dan tubulus Fungsi ginjal rendah
Oliguri
Poliuri, nokturi, azotemia
cadangan ginjal
Uremia
Insufisiensi ginjal
Angiotensin
Penumpukan kristal urea di kulit (edema) Gagal ginjal
Retensi Na-
Pruritus
Eritopotein di ginjal
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
GANGGUAN INTEGRITAS KULIT SDM
Pucat, fatigue, malaise, anemia
GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
INTOLERANSI AKTIVITAS
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari gagal ginjal akut di antaranya gagal ginjal kronik, infeksi, dan sindrom uremia. Untuk gagal ginjal kronik, terapi sesuai tatalaksana GGK pada umumnya, bila sudah parah dilakukan dialisis dan transplantasi ginjal. Komplikasi infeksi sering merupakan penyabab kematian pada GGA, dan harus segera diberantas dengan antibiotika yang adekuat. Bila LFG menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita sindrom uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen karena gagal ginjal. Sindrom uremia ditangani secara simtomatik.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses, drainase luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
2. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat sementara untuk menangani heperkalemia) Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain) Pembatasan diit kalium Dialisis
3. Menurunkan laju metabolisme : bed rest!!!!!!!!!!!!!!!!1
• Tirah baring
• Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
4. Pertimbangan nutrisional
• Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
• Tinggi karbohidrat
• Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi, maksimal 2 gram/hari
• Bila perlu nutrisi parenteral
5. Merawat kulit
• Masase area tonjolan tulang
• Alih baring dengan sering
• Mandi dengan air dingin
6. Koreksi asidosis
• Memantau gas darah arteri
• Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
• Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk mengurangi keasaman
7. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu penyembuhan luka. Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera dilakukan dialisis :
• Volume overload
• Kalium > 6 mEq/L
• Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
• BUN > 120 mg/dl
• Perubahan mental signifikan
2.2 Konsep Askep
2.2.1 Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis :
Pengumpulan Data
1. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
2. Status Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasa paling terasa dan paling menonjol.
b. Riwayat penyakit sekarang
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dari timbulnya penyakit yang diderita
c. Riwayat peenyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini atau pernah punya penyakit menular atau menurun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini, penyakit keturunan (DM, HT).
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Perlu ditanyakan tentang kebiasaan oleh raga, merokok, peenggunaan alkohol atau penggunaan tembakau.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu ditanyakan apakah mengalami gangguan penurunan nafsu makan, mual atau muntah.
c. Pola eliminasi
Perlu ditanyakan kebiasaan defekasi dan miksi berapa kali perhari.
d. Pola istirahat tidur
Bagaimana kebiasaan pola tidur dan istirahat, kebiasaan sebelum tidur, lama, keluhan atau masalah tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan
Tidak terjadi keterbatasan aktivitas meskipun ada kekeruhan pada mata sebelah kanan.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang diderita.
g. Pola sensori dan kognitif
Perlu ditanyakan apakah klien mengalami nyeri pada daerah mata.
h. Pola reproduksi seksual
Bila klien sudah berkeluarga maka akam mengalami gangguan pola reproduksi seksual. Jika belum menikah (berkeluarga) maka tidak mengalami gangguan dalam pola reproduksi seksual.
i. Pola hubungan dan peran
Perlu ditanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga, teman kerja dan orang lain.
j. Pola penanggulangan stres
Bagaimana cara klien menangani stres dan penggunaan kopingnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Perlu ditanyakan apakah klien masih menjalankan ibadah seperti biasanya.
4. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum
Meliputi kesadaran klien, keadaan klien secara umum, tingkat nyeri, GCSnya, tanda-tanda vital.
b. Sistem respirasi
Ada tidaknya sesak nafas, frekuensi nafas, pola nafas.
c. Sistem kardiovaskuler
Tanda-tanda vital, perfusi jaringan.
d. Sistem genitourinaria
Produksi urine, warna, bau, terpasang kateter apa tidak.
e. Sistem gastrointestinal
Bagaimana nafsu makannya, ada tidaknya distensi abdomen, jenis diit yang diberikan.
f. Sistem muskuloskeletal
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak, ada tidaknya atropi.
g. Sistem endokrin
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
h. Sistem persyarafan
Ada tidaknya hemiplegi, paraplegi, refleks patella.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine (Volume, Warna, Berat jenis, Osmolaritas, Klirens kreatinin, Natrium, Protein)
2. Darah (BUN, Kreatinin, Hb, Ht, Kalsium, Albumin, SDM, GDA, Natrium serum)
3. Ultrasono ginjal
4. Endoskopi ginjal, nefroskopi
5. EKG
Read more: http://belajaraskep.blogspot.com/2012/04/askep-anak-gagal-ginjal-kronik-2.html#ixzz2zbUriKoH
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari kasus karsinoma kolon adalah sebagai berikut :
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya tingkat aktivitas
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan cairan, diit, dan kehilangan protein.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue
2.2.3 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya tingkat aktivitas
Tissue Integrity : Skin an Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, hidrasi, temperatur, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sandera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Preassure Management :
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
• Hindari kerutan pada tempat tidur
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan keering
• Mibilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
• Monitor kulit akan adanya kemerahan
• Oleskan lotion/minyak baby oil pada daerah yang tertekan
• Minitor aktivitas dan mobilisasi pasien
• Monitor status nutrisi pasien
• Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan cairan, diit, dan kehilangan protein Nutrition Status : food and fluid intake
Nutritional Status : nutrien intake
Weight Control
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
BB ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nurtisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Mengingkatakan fungsi pengecapan dan menelan
Tidak terjadi penurunan BB yang berarti Nutrition Management :
• Kaji adanya alergi makanan
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
• Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
• Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
• Berikan substasi gula
• Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Beri makanan yang terpilih (sudah dikonsultasi oleh ahli gizi)
• Ajarkan pasien bagaimana cara membuat catatan makanan harian
• Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
• Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
• Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring :
• BB pasien dalam batas normal
• Monitor adanya penurunan BB
• Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan
• Monitor lingkungan selama makan
• Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
• Monitor kulit kering dan pigmentasi
• Monitor turgor kulit
• Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
• Monitor mual dan muntah
• Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
• Monitor makanan kesukaan
• Monitor pertumbuhan dan perkembangan
• Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
• Monitor kalori dan intake nutrisi
• Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papila lidah, dan cavitas oral
• Catat lidah jika berwarna magenta, scarlet
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue Energy conservation
Self care : ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari Energy Management :
• Observasi adanya pembatasan klien dalam menjalankan aktivitas
• Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
• Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
• Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
• Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
• Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
• Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy :
• Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitas medik dalam perencanaan program terapi yang tepat
• Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan aktivitas yang diinginkan
• Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas
• Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
• Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
• Bantu pasien/keluarga untuk mengidentivikasi kekurangan dalam beraktivitas
• Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
• Monitor respon fidsik, emosi, sosial, dan spiritual
2.2.4 Implementasi
Tahap implementasi adalah merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi klien secara optimal.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit ginjal polikistik merupakan kelainan genetic yang ditandai dengan adanya banyak kista pada ginjal. Ginjal merupakan suatu organ yang memiliki fungsi salah satunya menyaring darah terhadap zat-zat yang tidak dibutuhkan dalam tubuh yang kemudian menjadi suatu produk yang disebut urin. Pada saat kista mulai berkembang dan membesar pada ginjal maka akan terjadi penggantian struktur normal ginjal yang berakibat pada penurunan fungsi ginjal dan pada akhirnya akan menyebabkan gagal ginjal. Ginjal polikistik dapat juga menyebabkan kista pada organ-organ lain seperti hati dan pancreas serta masalah pada pembuluh darah otak dan jantung.
Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan ginjal poligistik
3.2 Saran
Diharapakan kepada tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pengenalan, pencegahan dan perawatan pasien kanker kolonoraktal dirumah sakit melalui pasien dan keluarga maupun dimasyarakat. Agar masalah keperawatan pada pasien kanker kolonoraktal dapat teratasi dengan baik, hendaknya para perawat menerapkan asuhan keperawatan dirumah sakit sesuai dengan sistematika proses keperawatan. Untuk mempercepat proses penyembuhan pada pasien kanker kolonorektal, hendaknya memperhatikan prosedur pelaksanaan tindakan
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulisan makalah ini bertujuan memberikan suatu gambaran dan informasi baru mengenai penyakit polikistik ginjal kepada semua pembacanya. Penulisan makalah ini berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber baik yang berasal dari text book maupun jurnal terbaru yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal yang diharapkan setelah membaca makalah ini setiap pembaca dapat memahami, mengerti, dan memperbaruhi informasi mengenai penyakit ginjal polikistik serta bagaimana cara penanganan yang harus dilakukan pada pasien yang menderita penyakit ini.
Penyakit ginjal polikistik merupakan kelainan genetic yang ditandai dengan adanya banyak kista pada ginjal. Ginjal merupakan suatu organ yang memiliki fungsi salah satunya menyaring darah terhadap zat-zat yang tidak dibutuhkan dalam tubuh yang kemudian menjadi suatu produk yang disebut urin. Pada saat kista mulai berkembang dan membesar pada ginjal maka akan terjadi penggantian struktur normal ginjal yang berakibat pada penurunan fungsi ginjal dan pada akhirnya akan menyebabkan gagal ginjal. Ginjal polikistik dapat juga menyebabkan kista pada organ-organ lain seperti hati dan pancreas serta masalah pada pembuluh darah otak dan jantung.
Di Amerika Serikat, sekitar 600.000 1 orang PKD, dan penyakit kistik adalah penyebab utama keempat gagal ginjal. Dua bentuk warisan utama dari PKD ada Autosomal dominant PKD adalah bentuk warisan paling umum. Gejala biasanya berkembang antara usia 30 dan 40, tetapi mereka dapat mulai lebih awal, bahkan di masa kecil. Sekitar 90 persen dari semua kasus PKD adalah autosomal dominant PKD. PKD autosomal resesif adalah bentuk warisan langka. Gejala PKD autosomal resesif dimulai pada bulan awal kehidupan, bahkan di dalam rahim. ADPKD memiliki angka prevalensi 1 : 500 dan lebih sering terjadi pada orang Kausia dari pada penduduk Afro-Amerika (Price dan Wilson,2005). Namun dari buku lain menyebutkan sekitar 1:500 hingga 1:1000 individu dan terhitung kira-kira 10% anak-anak berada pada tingkat gagal ginjal kronis (Gearhart dan Baker, 2001). Polikistik Ginjal ARPKD memiliki angka prevalensi sekitar 1:6000 hingga 1:40.000 (Pricedan Wilson,2005). Namun buku lain menyebutkan perkiraan angka kejadian antara 1:10.000 dan 1:40.000 (Gearhart dan Baker, 2001). Sehingga dapat disimpulkan kemungkinan paling besar terjadi adalah penyakit ginjal polikistik yang bersifat dominan autosomal (ADPKD)
Kista – kista tersebut dapat dalam bentuk multipel, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang – kadang sebesar sepatu bola) dan terisi oleh kelompok kista – kista yang menyerupai anggur. Kista – kista itu terisi oleh cairan jernih atau hemorargik
Jadi, untuk mencegah terjadinya penyakit ginjal polikistik yaitu dengan cara menjaga konsumsi air 8 gelas/hari, atur pola makan, dan olahraga yang teratur.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit ginjal polikistik
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit ginjal polikistik
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit ginjal polikistik
4. Untuk mengetahui WOC dari penyakit ginjal polikistik
5. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit ginjal polikistik
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk penyakit ginjal polikistik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit ginjal polikistik
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan penyakit ginjal polikistik
1.3 Manfaat
Memberikan pengetahuan, wawasan, serta dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit ginjal polikistik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
Penyakit ginjal polikistik (PKD) adalah kelainan genetik yang ditandai oleh pertumbuhan kista banyak di ginjal. Ginjal adalah dua organ, masing-masing seukuran kepalan tangan, terletak di bagian atas perut seseorang, menuju belakang. Ginjal limbah filter dan cairan ekstra dari darah untuk membentuk urin. Mereka juga mengatur jumlah zat penting tertentu dalam tubuh. Bila kista terbentuk di ginjal, mereka penuh dengan cairan. Kista PKD dapat sangat memperbesar ginjal sementara menggantikan banyak dari struktur normal, sehingga fungsi ginjal berkurang dan menyebabkan gagal ginjal.
Kista ginjal adalah suatu rongga yang berisi cairan dengan lapisan epitelial. Kista ginjal dapat disebabkan oleh anomali kongenital ataupun kelainan yang didapat. Pada ginjal bisa terdapat satu atau banyak kista yang tersebar, baik hanya pada satu ginjal maupun kedua ginjal, baik pada korteks maupun pada medula. Kista ginjal dibedakan dalam beberapa bentuk yaitu (1) ginjal multikistik displatik, (2) ginjal polikistik, dan (3) kista ginjal soliter. Diantara bentuk-bentuk kista ginjal ini, ginjal polikistik adalah paling fulminant yang berkembang secara progresif menuju kerusakan kedua buah ginjal.
Penyakit ginjal polikistik adalah suatu penyakit keturunan dimana pada kedua ginjal ditemukan banyak kista, ginjal menjadi lebih besar tetapi fungsi ginjal semakin menurun. Karakteristik penyakit ginjal polikistik yaitu terdapatnya multipel kista pada kedua ginjal. Penyakit ini juga dapat menyebar dan merusak hati, pankreas, dan dalam bentuk yang jarang pada jantung dan otak.
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista multiple, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang-kadang sebesar sepatu bola) dan terisi oleh sekelompok kista-kista yang menyerupai anggur. Kista-kista ini terisi oleh cairan jernih atau hemoragik.
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel berisi cairan atau material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medulla. Selain oleh karena kelainan genetic, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit.
2.1.2 Etiologi
Banyak teori mengenai terjadinya kista. Antara lain; kegagalan menyatukan nefron dengan duktus kolekting (saluran pengumpul), kegagalan involusi dan pembentukan kista oleh nefron generasi pertama, defek pada tubular basement membrane, obstruksi nefron oleh karena proliferasi sel epitel papilla. Ada pula yang beranggapan bahwa perubahan metabolism menghasilkan suatu bahan kimia yang akan merangsang terjadinya kista.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Penyakit ginjal polikistik pada dewasa atau penyakit ginjal polikistik dominan autosomal tidak menimbulkan gejala hingga dekade keempat, saat dimana ginjal telah cukup membesar. Gejala yang ditimbulkan adalah :
a. Nyeri
Nyeri yang dirasakan tumpul di daerah lumbar namun kadang-kadang jugadirasakan nyeri yang sangat hebat, ini merupakan tanda terjadinya iritasi didaerah peritoneal yang diakibatkan oleh kista yang ruptur. Jika nyeri yang polikistik Ginjal dirasakan terjadi secara konstan maka itu adalah tanda dari perbesaran satuatau lebih kista.
b. Hematuria
Hematuria adalah gejala selanjutnya yang terjadi pada polikistik.
c. Gross Hematuria
Terjadi ketika kista yang rupture masuk kedalam pelvis ginjal. Hematuria mikroskopi lebih sering terjadi disbanding gross hematuria danmerupakan peringatan terhadap kemungkinan adanya masalah ginjal yangtidak terdapat tanda dan gejala.
d. Hipertensi
Hipertensi ditemukan dengan derajat yang berbeda pada 75% pasien. Hipertensi merupakan penyulit karena efek buruknya terhadap ginjal yang sudah kritis.
e. Infeksi saluran kemih
Merupakan salah satu penyulit selain hipertensi.
f. Pembesaran ginjal
Pembesaran pada pasien ADPKD ginjal ini merupakan hasil dari penyebaran kista pada ginjal yang akan disertai dengan penurunan fungsi ginjal, semakin cepat terjadinya pembesaran ginjal makan semakin cepat terjadinya gagal ginjal (Grantham et-al, 2006)
g. Aneurisma pembuluh darah otak.
Pelebaran PD , ada kista , ginjal mmbesar, suplai darah turun
h. Pada penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD) terdapat kista pada organ-organ lain seperti : hati dan pankreas (Grantham,2008).
a.
2.1.4 WOC
ETIOLOGI
Jumlah nefron fungsional
Nefron yang terserang hancur
Nefron yang masih utuh
90% nefron hancur
75% nefron hancur
Adaptasi
Tidak dapat mengkompensasi (KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT) GFR (BUN dan kreatinin )
Nefron hipertropi
GFR 10% dari normal, BUN & kreatinin Adaptasi
kecepatan filtrasi, beban absolut, rearbsorbsi
Urine isoosmosis
Kecepatan filtrasi & beban solut Keseimbangan cairran elektrolit dipertimbangkan
Kegagalan proses filtrasi
Ketidakseimbangan dalam glomerulus dan tubulus Fungsi ginjal rendah
Oliguri
Poliuri, nokturi, azotemia
cadangan ginjal
Uremia
Insufisiensi ginjal
Angiotensin
Penumpukan kristal urea di kulit (edema) Gagal ginjal
Retensi Na-
Pruritus
Eritopotein di ginjal
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
GANGGUAN INTEGRITAS KULIT SDM
Pucat, fatigue, malaise, anemia
GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
INTOLERANSI AKTIVITAS
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari gagal ginjal akut di antaranya gagal ginjal kronik, infeksi, dan sindrom uremia. Untuk gagal ginjal kronik, terapi sesuai tatalaksana GGK pada umumnya, bila sudah parah dilakukan dialisis dan transplantasi ginjal. Komplikasi infeksi sering merupakan penyabab kematian pada GGA, dan harus segera diberantas dengan antibiotika yang adekuat. Bila LFG menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita sindrom uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen karena gagal ginjal. Sindrom uremia ditangani secara simtomatik.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses, drainase luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
2. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat sementara untuk menangani heperkalemia) Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain) Pembatasan diit kalium Dialisis
3. Menurunkan laju metabolisme : bed rest!!!!!!!!!!!!!!!!1
• Tirah baring
• Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
4. Pertimbangan nutrisional
• Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
• Tinggi karbohidrat
• Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi, maksimal 2 gram/hari
• Bila perlu nutrisi parenteral
5. Merawat kulit
• Masase area tonjolan tulang
• Alih baring dengan sering
• Mandi dengan air dingin
6. Koreksi asidosis
• Memantau gas darah arteri
• Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
• Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk mengurangi keasaman
7. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu penyembuhan luka. Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera dilakukan dialisis :
• Volume overload
• Kalium > 6 mEq/L
• Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
• BUN > 120 mg/dl
• Perubahan mental signifikan
2.2 Konsep Askep
2.2.1 Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis :
Pengumpulan Data
1. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
2. Status Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasa paling terasa dan paling menonjol.
b. Riwayat penyakit sekarang
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dari timbulnya penyakit yang diderita
c. Riwayat peenyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini atau pernah punya penyakit menular atau menurun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini, penyakit keturunan (DM, HT).
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Perlu ditanyakan tentang kebiasaan oleh raga, merokok, peenggunaan alkohol atau penggunaan tembakau.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu ditanyakan apakah mengalami gangguan penurunan nafsu makan, mual atau muntah.
c. Pola eliminasi
Perlu ditanyakan kebiasaan defekasi dan miksi berapa kali perhari.
d. Pola istirahat tidur
Bagaimana kebiasaan pola tidur dan istirahat, kebiasaan sebelum tidur, lama, keluhan atau masalah tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan
Tidak terjadi keterbatasan aktivitas meskipun ada kekeruhan pada mata sebelah kanan.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang diderita.
g. Pola sensori dan kognitif
Perlu ditanyakan apakah klien mengalami nyeri pada daerah mata.
h. Pola reproduksi seksual
Bila klien sudah berkeluarga maka akam mengalami gangguan pola reproduksi seksual. Jika belum menikah (berkeluarga) maka tidak mengalami gangguan dalam pola reproduksi seksual.
i. Pola hubungan dan peran
Perlu ditanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga, teman kerja dan orang lain.
j. Pola penanggulangan stres
Bagaimana cara klien menangani stres dan penggunaan kopingnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Perlu ditanyakan apakah klien masih menjalankan ibadah seperti biasanya.
4. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum
Meliputi kesadaran klien, keadaan klien secara umum, tingkat nyeri, GCSnya, tanda-tanda vital.
b. Sistem respirasi
Ada tidaknya sesak nafas, frekuensi nafas, pola nafas.
c. Sistem kardiovaskuler
Tanda-tanda vital, perfusi jaringan.
d. Sistem genitourinaria
Produksi urine, warna, bau, terpasang kateter apa tidak.
e. Sistem gastrointestinal
Bagaimana nafsu makannya, ada tidaknya distensi abdomen, jenis diit yang diberikan.
f. Sistem muskuloskeletal
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak, ada tidaknya atropi.
g. Sistem endokrin
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
h. Sistem persyarafan
Ada tidaknya hemiplegi, paraplegi, refleks patella.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine (Volume, Warna, Berat jenis, Osmolaritas, Klirens kreatinin, Natrium, Protein)
2. Darah (BUN, Kreatinin, Hb, Ht, Kalsium, Albumin, SDM, GDA, Natrium serum)
3. Ultrasono ginjal
4. Endoskopi ginjal, nefroskopi
5. EKG
Read more: http://belajaraskep.blogspot.com/2012/04/askep-anak-gagal-ginjal-kronik-2.html#ixzz2zbUriKoH
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari kasus karsinoma kolon adalah sebagai berikut :
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya tingkat aktivitas
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan cairan, diit, dan kehilangan protein.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue
2.2.3 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya tingkat aktivitas
Tissue Integrity : Skin an Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, hidrasi, temperatur, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sandera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Preassure Management :
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
• Hindari kerutan pada tempat tidur
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan keering
• Mibilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
• Monitor kulit akan adanya kemerahan
• Oleskan lotion/minyak baby oil pada daerah yang tertekan
• Minitor aktivitas dan mobilisasi pasien
• Monitor status nutrisi pasien
• Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan cairan, diit, dan kehilangan protein Nutrition Status : food and fluid intake
Nutritional Status : nutrien intake
Weight Control
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
BB ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nurtisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Mengingkatakan fungsi pengecapan dan menelan
Tidak terjadi penurunan BB yang berarti Nutrition Management :
• Kaji adanya alergi makanan
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
• Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
• Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
• Berikan substasi gula
• Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Beri makanan yang terpilih (sudah dikonsultasi oleh ahli gizi)
• Ajarkan pasien bagaimana cara membuat catatan makanan harian
• Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
• Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
• Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring :
• BB pasien dalam batas normal
• Monitor adanya penurunan BB
• Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan
• Monitor lingkungan selama makan
• Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
• Monitor kulit kering dan pigmentasi
• Monitor turgor kulit
• Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
• Monitor mual dan muntah
• Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
• Monitor makanan kesukaan
• Monitor pertumbuhan dan perkembangan
• Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
• Monitor kalori dan intake nutrisi
• Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papila lidah, dan cavitas oral
• Catat lidah jika berwarna magenta, scarlet
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue Energy conservation
Self care : ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari Energy Management :
• Observasi adanya pembatasan klien dalam menjalankan aktivitas
• Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
• Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
• Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
• Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
• Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
• Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy :
• Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitas medik dalam perencanaan program terapi yang tepat
• Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan aktivitas yang diinginkan
• Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas
• Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
• Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
• Bantu pasien/keluarga untuk mengidentivikasi kekurangan dalam beraktivitas
• Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
• Monitor respon fidsik, emosi, sosial, dan spiritual
2.2.4 Implementasi
Tahap implementasi adalah merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi klien secara optimal.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit ginjal polikistik merupakan kelainan genetic yang ditandai dengan adanya banyak kista pada ginjal. Ginjal merupakan suatu organ yang memiliki fungsi salah satunya menyaring darah terhadap zat-zat yang tidak dibutuhkan dalam tubuh yang kemudian menjadi suatu produk yang disebut urin. Pada saat kista mulai berkembang dan membesar pada ginjal maka akan terjadi penggantian struktur normal ginjal yang berakibat pada penurunan fungsi ginjal dan pada akhirnya akan menyebabkan gagal ginjal. Ginjal polikistik dapat juga menyebabkan kista pada organ-organ lain seperti hati dan pancreas serta masalah pada pembuluh darah otak dan jantung.
Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan ginjal poligistik
3.2 Saran
Diharapakan kepada tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pengenalan, pencegahan dan perawatan pasien kanker kolonoraktal dirumah sakit melalui pasien dan keluarga maupun dimasyarakat. Agar masalah keperawatan pada pasien kanker kolonoraktal dapat teratasi dengan baik, hendaknya para perawat menerapkan asuhan keperawatan dirumah sakit sesuai dengan sistematika proses keperawatan. Untuk mempercepat proses penyembuhan pada pasien kanker kolonorektal, hendaknya memperhatikan prosedur pelaksanaan tindakan
Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment
Trimakasih Atas Kunjungan Anda