Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan

Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan
Stikes ICME Jombang

Thursday, 10 July 2014

makalah ISK ( infeksi saluran kemih )

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Ada beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola eliminasi manusia, diantaranya adalah infeksi saluran kemih.Infeksi saluran kemih terjadi karena  adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang  lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif, mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin, hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius.

1.2    Tujuan
1.2.1    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami perancanaan asuhan keperawatan klien dengan penyakit infeksi saluran kemih.
1.2.2    Tujuan Khusus
•    Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit Infeksi Saluran Kemih.
•    Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyakit Infeksi Saluran Kemih.
•    Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi penyakit ISK
•    Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi/WOC penyakit ISK.
•    Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit infeksi saluran kemih.
•    Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan.

1.3    Manfaat
1.    Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya seorang perawat
2.    Manfaat Praktis
Hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan mengenai Asuhan Keperawatan Perkemihan Infeksi Saluran Kemih.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas dua ginjal yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter. Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.

2.2    Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah  berkembang   biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.



2.3    Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1.    Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
2.    Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
3.    Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi :
    ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama menmgenai penderita wanita dan infesi hanya mengenai mucosa superficial kandung kemih.
    ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit di berantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadu bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
1.    kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
2.    Kelainan faal ginjal; GGA maupun GGK
3.    Gangguan daya tahan tubuh
4.    Infeksi yang disebabkan karena orgamisme virulen seperto prosteus spp yang memproduksi urease

2.4    Etiologi
1.    Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
•    Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
•    Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
•    Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
2.    Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
•    Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
•    Mobilitas menurun
•    Nutrisi yang kurang baik
•    Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
•    Adanya hambatan pada aliran urin
•    Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

2.5    Manifestasi Klinis
    Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1.    Mukosa memerah dan oedema
2.    Terdapat cairan eksudat yang purulent
3.    Ada ulserasi pada urethra
4.    Good morning sign
5.    Adanya nanah awal miksi
6.    Nyeri pada saat miksi
7.    Kesulitan untuk memulai miksi
    Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1.    Disuria (nyeri waktu berkemih)
2.    Peningkatan frekuensi berkemih
3.    Perasaan ingin berkemih
4.    Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5.     Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6.    Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
    Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1.    Demam
2.    Menggigil
3.    Nyeri pinggang
4.    Disuria
2.6    Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1.    Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
2.    Hematogen
Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang ada infeksi hematogen E.coli.
3    Asending
a.    Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti, basil difteroid, streptokokus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuteral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Karena peran factor predisposisi, maka kolonisasi basil koliform pada wanita didaerah tersebut diduga karena Adanya perubahan flora normal di daerah perineum dan berkurangnya antibody local.
b.    Masuknya mokroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas. Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah:
  Faktor Anatomi
Kenyataan bahwa ISK banyak pada wanita daripada laki-laki, hal ini disebabkan oleh Uretra wanita lebih pendek terletak lebih dekat pada anus sedangkan uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostate dikenal sebagai anti bakteri yang sangat kuat.
  Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran urin.
  Faktor lain, misalnya:
1.      Kebersihan alat kelamin bagian luar.
2.      Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks intrareral. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.
Valvulo vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena:
1.      Edema mukosa ureter akibat infeksi
2.      Tumor pada kandung kemih dan penebalan dindidng kandung kemih.
4    Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter, atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah, hematogen dan asending, tetapi dari dua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi.









2.7    WOC
































2.8    Komplikasi
1.    Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2.    Gagal ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

2.9    Penatalaksanaan
    Medis
1.    Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole.
2.    Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak  yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
3.    Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
    Non Medis
1.    Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.
2.    Daun Sirsak
Daun Sirsak dipercaya mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit karena daun sirsak memiliki kandungan yang sangat bagus untuk kesehatan tubuh, seperti acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, muricapentocin. kandungan tersebut yang membuat daun sirsak mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit.
Daun sirsak memiliki khasiat yang sangat luar biasa yakni mampu menghambat pertumbuhan bakteri, menghambat perkembangan virus, menghambat perkembangan parasit, menghambat pertumbuhan tumor, merileksasi otot, anti kejang, meredakan nyeri, menekan peradangan, menghambat mutasi gen, menurunkan kadar gula darah, menurunkan demam, menurunkan tekanan darah tinggi, menguatkan saraf, menyehatkan jantung, meningkatkan produksi asi pada itu hamil, melebarkan pembuluh darah, membunuh cacing parasait, mengurangi stres, menguatkan pencernaan dan meningkatkan nafsu makan. Yang paling luar biasa adalah daun sirsak memiliki zat antikanker (acetogenins) yang kekuatannya 10.000 kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan kemoterapi.
3.    Buah manggis
Begitu banyak manfaat yang dapat kita rasakan dalam kulit manggis, karena kulit manggis mengandung Xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidan manggis melebihi vitamin E dan vitamin C. Xanthone yg terdapat di manggis merupakan subtansi kimia alami yang tergolong senyawa polyhenolic. Peneliti dari Universitas Taichung di Taiwan telah mengisolasi xanthone dan deviratnya dari kulit buah manggis di antaranya diketahui adalah 3-isomangoestein, alpha mangostin, Gamma-mangostin, Garcinone A, Garcinone B, C, D dan garcinone E, maclurin, mangostenol. Sebuah penelitian di Singapura menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan durian.
Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis, oleh sebab itu buah manggis diberikan julukan sebagi ”Queen of Fruit” atau Si Ratu Buah. Dari berbagai penelitian, kandungan xanthone dan derivatnya efektif melawan kanker payudara secara in-vitro, dan obat penyakit jantung.
Kasiat garcinone E (devirat xanthone) ini jauh lebih efektif untuk menghambat kanker bila dibandingkan dengan obat kanker seperti flaraucil, cisplatin, vincristin, metohotrexete, dan mitoxiantrone.





























BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
1.    Anamnase
Nama            :
Umur             :
Jenis kelamin         :
Suku bangsa        :
Pekerjaan        :
Pendidikan        :
Alamat            :
Tanggal MRS         :
Diagnosa medis    :

2.    Riwayat Kesehatan
a)       Keluhan utama :
Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b)      Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli kedalam kolon.
c)      Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d)     Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e)      Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat karena klien lemah.




3.2    Pemeriksaan Fisik
1.    Keadaan Umum
Didapatkan klien tampak lemah
2.    Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
3.    Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
4.    Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah ( Hipotensi )
5.    Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
6.    Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
7.    Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8.    Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

3.3    Pemeriksaan Diagnosa
1.    Urinalisis
a.    Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b.    Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2.      Bakteriologi
a.    Mikroskopis
Satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuri.
b.    Biakan bakteri
3.    Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4.    Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.    Metode tes
a.    Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b.    Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c.    Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten

3.4    Diagnosa
1.    Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2.    Hipertermi (peningkatan suhu tubuh)
3.    Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4.    Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
5.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan reinteraksi abdominal
6.    Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.



3.5    Intervensi

No    Diagnosa    NOC    NIC
1    Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis    NOC :
    Pain level,
    Pain control,
    Comfort level
Kriteria hasil :
    Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
    Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
    Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang    NIC :
Pain Management
•    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
•    Observasi reaksinonverbal dari ketidaknyamanan
•    Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
•    Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
•    Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
•    Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau
•    Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
•    Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
•    Kurangi faktor presipitasi nyeri
•    Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
•    Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
•    Ajarkan tentang teknik non farmakologi
•    Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
•    Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
•    Tingkatkan istirahat
•    Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
•    Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administrasion
•    Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
•    Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
•    Cek riwayat alergi
•    Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari Satu
•    Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
•    Tentukan analgesik pilihan, rute pembarian, dan dosis optimal
•    Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
•    Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
•    Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
•    Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
2    Hipertermi
(peningkatan suhu tubuh)    NOC:
Termoregulation

Kriteria Hasil :
1.    Suhu tubuh dalam rentang normal
2.    Nadi dan RR dalam rentang normal
3.    Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
    NIC
Fever treatment
•    Monitor suhu sesering mungkin
•    Monitor IWL
•    Monitor warna dan suhu kulit
•    Monitor tekanan darah, nadi dan RR
•    Monitor penurunan tingkat kesadaran
•    Monitor WBC, HB dan HCT
•    Monitor intake dan output
•    Berikan antipiretik
•    Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
•    Selimuti pasien
•    Lakukan tapit sponge
•    Berika cairan intravena
•    Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
•    Tingkatkan sirkulasi udara
•    Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation
•    Monitor suhu minimal 2jam
•    Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
•    Monitor TD, nadi dan RR
•    Monitor warna dan suhu kulit
•    Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
•    Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
•    Selimuti pasien untuk mencegah hilangan kehangatan tubuh
•    Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
•    Diskusikan tentang pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
•    Berikan indikasi tentang keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
•    Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
•    Berikan antipiretik jika perlu

Vital sign monitoring
•    Monitor TD, nadi, suhu dan RR
•    Catat adanya fluktuasi tekanan darah
•    Monitor VS saat pasien berbaring, duduk / berdiri
•    Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
•    Monitor TD, nadi, RR , sebelum, selama, dan setelah aktivitas
•    Monitor kualitas dari nadi
•    Monitor frekuensi dan irama pernafasan
•    Monitor suara paru
•    Monitor pola pernafasan abnormal
•    Monitor suhu warna dan kelembaban kulit
•    Monitor sianosis perifer
•    Monitor adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar, bradi kardi, peningkatan sistolik)
•    Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
3    Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih    NOC :
    Urinary Elimination
    Urinary Contiunence
Kriteria Hasil :
•    Kandung kemih kosong secara penuh
•    Tidak ada residu urine .100-200 cc
•    Intake cairan dalam rentang normal
•    Bebas dari ISK
•    Tdak ada spasme bladder
•    Balance cairan seimbang    NIC :
Urinary Retention Care
•    Monitor intake dan output
•    Monitor penggunaan obat antikolinergik
•    Monitor derajat distensi bladder
•    Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine
•    Sediakan privacy untuk eliminasi
•    Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen
•    Kateterisasi jika perlu
•    Monitoring tanda dan gejala ISK ( panas, hematuria, perubahan baud an konsistensi urine )
4    Resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih    NOC :
•    Immune Status
•    Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X 24 jam, pasien tudak menunjukan adanya tanda-tanda dan gejala infeksi

Kriteria Hasil :
    Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
    Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
    Jumlah leukosit dalam batas normal
    Menunjukkan perilaku hidup sehat
    NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
1.    Bersihkanlingkungansetelahdipakaipasienlain
2.    Pertahankanteknikisolasi
3.    Batasipengunjung bila perlu
4.    Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5.    Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6.    Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan
7.    Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8.    Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9.    Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
10.    Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
11.    Tingktkan intake nutrisi
12.    Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
1.    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.    Monitor hitung granulosit, WBC
3.    Monitor kerentanan terhadap infeksi
4.    Batasi pengunjung
5.    Saring pengunjung terhadap penyakit menular
6.    Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
7.    Pertahankan teknik isolasi k/p
8.    Berikan perawatan kuliat pada area epidema
9.    Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
10.    Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11.    Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12.    Dorong masukan cairan
13.    Dorong istirahat
14.    Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
15.    Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16.    Ajarkan cara menghindari infeksi
17.    Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
5    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan reinteraksi abdominal    NOC :
    Fluid balance
    Hydration
    Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
•    Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
•    Tidak ada tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membrane mucosa lembab, tidak ada easa haus yang berlebihan    Fluid Management
•    Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
•    Monitor status dehidrasi
•    Monitor vital sign
•    Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
•    Monitor status nutrisi
•    Berikan cairan IV pada suhu ruangan
•    Dorong masukan oral
•    Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
•    Kolaborasi dengan dokter
Hypovolemia Management
•    Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
•    Monitor tingkat Hb dan hematrokit
•    Monitor tanda vital
•    Dorong pasien untuk menambah intake oral
•    Pemberian cairan iv monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
•    Monitor adanya gagal ginjal
6    Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.    NOC :
    Kowlwdge : disease process
    Knowledge :
Health behavior
Kriteria Hasil :
•    Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
•    Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
•    Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya    NIC
Teaching : desease process
•    Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit spesifik
•    Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
•    Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara ysng tepat
•    Identifikasikan kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
•    Sediakan informasi pada pasien tentang  kondisi, dengan cara yang tepat
•    Hindari harapan yang kosong
•    Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
•    Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolanpenyakit
•    Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
•    Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
•    Eksplorasi kemungkinan sember atau dukungan, dengan cara yang tepat
•    Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan padda pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yg tpat















3.5    Implementasi
Implementasi adalah asuhan keperawata secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawat  melakukan fungsinya sebgai independent, interdependent, dan dependent. Pada fungsi dependent perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernafasan perut dalam posisi duduk dan berbaring, pada fungsi interdependent perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain. Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk mrnjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.
Disamping itu perawat harus memperhatikan sehatan umum dan respon pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam tahap pelaksanaan ini adalah sebagia berikut: persiapan, pelaksanaan, dan dokumentasi.

3.6    Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1.    Nyeri yang menetap atau bertambah
2.    Perubahan warna urine
3.    Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.







BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).
Adapun macam-macam ISK antara lain sistitis,uretritis, pielonefritis. Sedangakn pada usia lanjut ISK dibedakan mebjadi dua yaitu ISK uncomplicated dan ISK complicated. Pada kasus ISK ini penyebabnya adalah jenis-jenis mikroorganisme, dan prevalensi usia lanjut. ISK sendiri juga mengakibatkan komplikasi gagal ginjal dan ppembentukan abses ginjal.

4.2Saran
Selelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu menerapkan dalam profesi kita. Kiranya makalah ini dapat berguna dan memberi wawasan tentang patologi sistem pernapasan khusunya penyakit Infeksi Saluran Kemih.




DAFTAR PUSTAKA

O’callaghan, Chris. 2013. At a glance system ginjal edisi ke-2. Jakarta: Erlangga
http://dianalmira.blogspot.com/2013/12/askep-infeksi-saluran-kemih.html, (diakses 27 Maret 2014)
http://puspaeureka.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-isk.html, (diakses 27 Maret 2014)
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

1 comment:

Trimakasih Atas Kunjungan Anda