BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada kondisi penis yang terlahir dengan kondisi phimosis pada keadaan tertentu biasanya ketika ereksi kulit penis yang lentur sering kali karena dorongan yang cukup kuat bisa kulit kulupnya tersebut bisa tertarik ke arah belakang dan gland penis / kepala penis terbuka penuh secara sempurna, namun yang menjadi permasalahan lubang kulup penis yang sempit setelah tertarik kebelakang tersebut tidak bisa di tarik kembali kearah depan. Kondisi inilah yang dinamakan dengan Paraphimosis.
Di perkampungan atau orang-orang awam, anak-anak yang mengalami paraphimosis karena kejadian yang secara tiba-tiba atau mendadak yang sering kali timbul pada saat anak baru bangun tidur, para orang tua sering kali mengistilahkan kondisi tersebut dengan ?Disunat oleh Jin?.
Kondisi ini sebenarnya harus diwaspadai karena apabila orang tersebut sebelumnya mengalami kondisi phimosis yang cukup parah sering kali kondisi paraphimosis ini mengakibatkan jepitan didaerah leher penis yang cukup kuat, sehingga aliran darah balik kulit dalam penis (mukosa) terhambat dan mengakibatkan edema. Apabila kondisi ini dibiarkan dan orang tua / si penderita tidak terlalu peduli, edema tersebut bisa makin membesar dan mencekik leher penisnya dan pada akhirnya bisa saja orang tersebut mengalami kematian jaringan penis atau nekrotik.
1.2 TUJUAN
• Mengetahui definisi paraphiosis
• Gejala paraphimosis
• Patofisiologi paraphimosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Paraphimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Paraphimosis berarti kulup terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal.
Kadang-kadang laki-laki yang tak disunat kulup mereka tertarik ke belakang saat berhubungan seks, ketika mereka kencing atau ketika mereka membersihkan penis mereka. Jika kulup yang tersisa di belakang kepala penis terlalu panjang, penis kemungkinan mengalami pembengkakan sehingga kulup yang terperangkap di belakang kepala penis.
B. Etiologi
1. Akibat pemasangan kateter
2. Menarik Prepusium ke proksimal yang biasanya di lakukan pada saat bersenggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter tetapi tidak dikembalikan ketempat semula secepatnya.
C. Pathogenesis
Preputium tidak bisa dikembalikan gangguan aliran balik vena dorsalis penis superfisial udema gland penis eksttravasasi terjadi jeratan suplai darah << terjadi nekrosis
WOC
Kongengital peradangan edema
Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan kulit
Pregusium tidak dapat dorettraksi dari glans penis
Pre operasi Pose operasi
Gangguan aliran urine
Luka
Perdarahan
D. Manifestasi klinis
1. Udema gland penis
2. Nyeri
3. Jeratan pada penis
E. Tanda dan Gejala
1. Kulup tertarik ke belakang kepala penis
2. Sakit pada penis
F. Pengobatan
Perawatan yang baik untuk paraphimosis adalah dengan bersunat.
G. Penatalaksanaan
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses inflamasi menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.
• Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
Perawatan rutin pra bedah:
1) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman atau bakteri dengan air hangat dan sabn mandi.
2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
Perawatan pasca bedah :
1) Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah satunya perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila basah dan dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong terjadinya penyembuhan.
2) Mengganti popok apabila basah terkena air kencing.
3) Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagi anak.
4) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air serta menerpkan prinsip protektif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
3.1.2 Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang. Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan parafimosis Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis,pembengkakan atau radang pada ujung kemaluan yang di sebut ballonitis,timbul infeksi pada saluran air seni ureter kiri dan kanan kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
2. Riwayat penyakit dahulu
3.2 Pemeriksaan fisik
A. Kaji pola eliminasi
BAK:
1) Frekuensi : Jarang karena adanya retensi.
2) Jumlah : Menurun.
3) Intensitas : Adanya nyeri saat BAK.
b) Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih.
c) Kaji perdarahan
d) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada
5. Obsevasi adanya manifestasi:
a) Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil dan deras.
b) Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi,
c) Adanya inflamasi.
6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga
7. Kaji pasien saat pra dan post operasi
3.3 Diagnosa
1. Kurang pengetahuan
2. Kerusakan eliminasi
3. Cemas
4. Nyeri akut
5. Resiko infeksi
6. Kekurangan volume cairan
3.4 Intervevsi
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kurang pengetahuan
Definisi: ketiadaan atau defesiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
Batasan karakteristik :
• Perilaku hiperbola
• Ketidakakuratan mengikuti perintah
• Perilaku tidak tepat(mis.histeria,bermusuhan,agitasi,apatis)
Faktor yang berhubungan :
• Keterbatasan kognitif
• Salah interpretasi informasi
• Kurang minat dalam belajar
• Tidak familier dengan sumber informasi
NOC
Knowledge: disease process
Knowledge: health behavior
Kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,kondisi,prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjalankan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainya NIC
Teaching: disease process
- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang process penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dai penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit,dengan cara yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin di perlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi parawatan kesehatan dengan cara yang tepat
2. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau di gambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internasional Association for the study of pain ) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Batasan Karakteristik :
• Perubahan selera makan
• Perubahan tekanan darah
• Perubahan frekuensi jantung
• Perubahan frekuensi pernafasan
• Perilaku distraksi (mis. Berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas lain,aktivitas yang berulang )
• Mengekspresikan perilaku (mis.gelisa,merengek,mennangis)
• Sikap melindungi area nyeri
• Fokus menyempit 9mis.gangguan persepsi nyeri,hambatan proses berfikir,penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
• Indikasi nyeri yang dapat diamati
• Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
• Melaporkan nyeri secara verbal
• Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
• Agen cedera (mis.biologis,zat kimia,fisik,psikologis)
NOC
Pain Level
Pain control
Control level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri mampu menggunakan teknik nonfarmologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain Management
- Lakuakan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi,kualitasdan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal ketidaknyamanan
- Gangguan teknik komunikasi terapeatur untuk mengetahui pengalam nyeri pasian
- Kaji yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalan nyeri masa lampau
- Evaluasi bersamapasien dan tim dan kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengarui nyari seperti suhu ruangan,pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter pesonal )
- Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi kefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang nyeri
Analgesic Administrasi
- Tentukan lokasi,karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Tentukan pilihan analgrsik tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Pilih rute pemberian secara IV ,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktuterutama saatnyeri hebat
- Evaluasi efektivit asanalgesik, tanda dan gejala
3. Resiko Infeksi
Definisi : Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor-faktor resiko :
• Penyakit kronis
• Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjangan patogen
• Peratahan tubuh primer yang tidak adekuat
- Gangguan peritalsi
- Kerusakan intergritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
- Penurunan kerja siliaris
- Statisis cairan tubuh
- Trauma jarinagn (mis.trauma destruksi jaringan)
• Ketidak adekuatan pertahan sekunder
- Penurunan hemoglobin
- Imunosupresi (mis.imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutika termasuk imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal, imunomudurlator)
• Vaksinasi tidak adekuat
• Pemajanan terdapat patogen lingkungan meningkat
- Wabah
• Malnutrisi NOC
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendiskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
Menunjukkan kemampuan mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC
Infection Control (kontrol infeksi)
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Intruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasngan alat
- Tingakatkan intake nutrisi
- Bersiakan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang bresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kulit pada area epiderma
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
4. Kekurangan volume cairan
Definisi : Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler, ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cauran tanpa perubahan pada natrium.
Batasan Karakteristik
• Perubahan status mental
• Penurunan tekanan darah
• Penurunan volume nadi
• Penurunan haluaran urin
• Membran mukosa kering
• Kulit kering
• Peningkatan hematokrit
• Peningkatan suhu tubuh
• Penurunan berat badan
• Haus
• Kelemahan
Faktor yang berhubungan
• Kehilangan cairan aktif
• Kegagalan mekanisme regulasi
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dab BB, BJ, urine normal, HT normal
Tekanan darah , nadi, suhu tubuh, dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembam, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC
Fluid management
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor staus hidrasi ( kelemahan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
- Monitor masukkan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
- Monitor status nutrisi
- Dorongan masukan oral
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
Hypovolemia Management
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Monitor tingkat HB dan Hematokrit
- Monitor responpasien terhadap penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
- Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
- Monir Adanya tanda gejala ginjal
3.5 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Paraphimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Paraphimosis berarti kulup terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal
4.2 SARAN
Dengan adanya makalah dengan kasus parafimosis pada anak,di harapkan mahasiswa dapat mengerti tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta mampu memberikan suatu asuhan keperawatan yang benar pada anak yang menderita parafimosis.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada kondisi penis yang terlahir dengan kondisi phimosis pada keadaan tertentu biasanya ketika ereksi kulit penis yang lentur sering kali karena dorongan yang cukup kuat bisa kulit kulupnya tersebut bisa tertarik ke arah belakang dan gland penis / kepala penis terbuka penuh secara sempurna, namun yang menjadi permasalahan lubang kulup penis yang sempit setelah tertarik kebelakang tersebut tidak bisa di tarik kembali kearah depan. Kondisi inilah yang dinamakan dengan Paraphimosis.
Di perkampungan atau orang-orang awam, anak-anak yang mengalami paraphimosis karena kejadian yang secara tiba-tiba atau mendadak yang sering kali timbul pada saat anak baru bangun tidur, para orang tua sering kali mengistilahkan kondisi tersebut dengan ?Disunat oleh Jin?.
Kondisi ini sebenarnya harus diwaspadai karena apabila orang tersebut sebelumnya mengalami kondisi phimosis yang cukup parah sering kali kondisi paraphimosis ini mengakibatkan jepitan didaerah leher penis yang cukup kuat, sehingga aliran darah balik kulit dalam penis (mukosa) terhambat dan mengakibatkan edema. Apabila kondisi ini dibiarkan dan orang tua / si penderita tidak terlalu peduli, edema tersebut bisa makin membesar dan mencekik leher penisnya dan pada akhirnya bisa saja orang tersebut mengalami kematian jaringan penis atau nekrotik.
1.2 TUJUAN
• Mengetahui definisi paraphiosis
• Gejala paraphimosis
• Patofisiologi paraphimosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Paraphimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Paraphimosis berarti kulup terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal.
Kadang-kadang laki-laki yang tak disunat kulup mereka tertarik ke belakang saat berhubungan seks, ketika mereka kencing atau ketika mereka membersihkan penis mereka. Jika kulup yang tersisa di belakang kepala penis terlalu panjang, penis kemungkinan mengalami pembengkakan sehingga kulup yang terperangkap di belakang kepala penis.
B. Etiologi
1. Akibat pemasangan kateter
2. Menarik Prepusium ke proksimal yang biasanya di lakukan pada saat bersenggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter tetapi tidak dikembalikan ketempat semula secepatnya.
C. Pathogenesis
Preputium tidak bisa dikembalikan gangguan aliran balik vena dorsalis penis superfisial udema gland penis eksttravasasi terjadi jeratan suplai darah << terjadi nekrosis
WOC
Kongengital peradangan edema
Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan kulit
Pregusium tidak dapat dorettraksi dari glans penis
Pre operasi Pose operasi
Gangguan aliran urine
Luka
Perdarahan
D. Manifestasi klinis
1. Udema gland penis
2. Nyeri
3. Jeratan pada penis
E. Tanda dan Gejala
1. Kulup tertarik ke belakang kepala penis
2. Sakit pada penis
F. Pengobatan
Perawatan yang baik untuk paraphimosis adalah dengan bersunat.
G. Penatalaksanaan
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses inflamasi menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.
• Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
Perawatan rutin pra bedah:
1) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman atau bakteri dengan air hangat dan sabn mandi.
2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
Perawatan pasca bedah :
1) Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah satunya perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila basah dan dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong terjadinya penyembuhan.
2) Mengganti popok apabila basah terkena air kencing.
3) Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagi anak.
4) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air serta menerpkan prinsip protektif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
3.1.2 Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang. Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan parafimosis Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis,pembengkakan atau radang pada ujung kemaluan yang di sebut ballonitis,timbul infeksi pada saluran air seni ureter kiri dan kanan kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
2. Riwayat penyakit dahulu
3.2 Pemeriksaan fisik
A. Kaji pola eliminasi
BAK:
1) Frekuensi : Jarang karena adanya retensi.
2) Jumlah : Menurun.
3) Intensitas : Adanya nyeri saat BAK.
b) Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih.
c) Kaji perdarahan
d) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada
5. Obsevasi adanya manifestasi:
a) Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil dan deras.
b) Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi,
c) Adanya inflamasi.
6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga
7. Kaji pasien saat pra dan post operasi
3.3 Diagnosa
1. Kurang pengetahuan
2. Kerusakan eliminasi
3. Cemas
4. Nyeri akut
5. Resiko infeksi
6. Kekurangan volume cairan
3.4 Intervevsi
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kurang pengetahuan
Definisi: ketiadaan atau defesiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
Batasan karakteristik :
• Perilaku hiperbola
• Ketidakakuratan mengikuti perintah
• Perilaku tidak tepat(mis.histeria,bermusuhan,agitasi,apatis)
Faktor yang berhubungan :
• Keterbatasan kognitif
• Salah interpretasi informasi
• Kurang minat dalam belajar
• Tidak familier dengan sumber informasi
NOC
Knowledge: disease process
Knowledge: health behavior
Kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,kondisi,prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjalankan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainya NIC
Teaching: disease process
- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang process penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dai penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit,dengan cara yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin di perlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi parawatan kesehatan dengan cara yang tepat
2. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau di gambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internasional Association for the study of pain ) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Batasan Karakteristik :
• Perubahan selera makan
• Perubahan tekanan darah
• Perubahan frekuensi jantung
• Perubahan frekuensi pernafasan
• Perilaku distraksi (mis. Berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas lain,aktivitas yang berulang )
• Mengekspresikan perilaku (mis.gelisa,merengek,mennangis)
• Sikap melindungi area nyeri
• Fokus menyempit 9mis.gangguan persepsi nyeri,hambatan proses berfikir,penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
• Indikasi nyeri yang dapat diamati
• Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
• Melaporkan nyeri secara verbal
• Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
• Agen cedera (mis.biologis,zat kimia,fisik,psikologis)
NOC
Pain Level
Pain control
Control level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri mampu menggunakan teknik nonfarmologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain Management
- Lakuakan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi,kualitasdan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal ketidaknyamanan
- Gangguan teknik komunikasi terapeatur untuk mengetahui pengalam nyeri pasian
- Kaji yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalan nyeri masa lampau
- Evaluasi bersamapasien dan tim dan kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengarui nyari seperti suhu ruangan,pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter pesonal )
- Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi kefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang nyeri
Analgesic Administrasi
- Tentukan lokasi,karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Tentukan pilihan analgrsik tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Pilih rute pemberian secara IV ,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktuterutama saatnyeri hebat
- Evaluasi efektivit asanalgesik, tanda dan gejala
3. Resiko Infeksi
Definisi : Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor-faktor resiko :
• Penyakit kronis
• Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjangan patogen
• Peratahan tubuh primer yang tidak adekuat
- Gangguan peritalsi
- Kerusakan intergritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
- Penurunan kerja siliaris
- Statisis cairan tubuh
- Trauma jarinagn (mis.trauma destruksi jaringan)
• Ketidak adekuatan pertahan sekunder
- Penurunan hemoglobin
- Imunosupresi (mis.imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutika termasuk imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal, imunomudurlator)
• Vaksinasi tidak adekuat
• Pemajanan terdapat patogen lingkungan meningkat
- Wabah
• Malnutrisi NOC
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendiskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
Menunjukkan kemampuan mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC
Infection Control (kontrol infeksi)
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Intruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasngan alat
- Tingakatkan intake nutrisi
- Bersiakan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang bresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kulit pada area epiderma
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
4. Kekurangan volume cairan
Definisi : Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler, ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cauran tanpa perubahan pada natrium.
Batasan Karakteristik
• Perubahan status mental
• Penurunan tekanan darah
• Penurunan volume nadi
• Penurunan haluaran urin
• Membran mukosa kering
• Kulit kering
• Peningkatan hematokrit
• Peningkatan suhu tubuh
• Penurunan berat badan
• Haus
• Kelemahan
Faktor yang berhubungan
• Kehilangan cairan aktif
• Kegagalan mekanisme regulasi
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dab BB, BJ, urine normal, HT normal
Tekanan darah , nadi, suhu tubuh, dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembam, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC
Fluid management
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor staus hidrasi ( kelemahan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
- Monitor masukkan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
- Monitor status nutrisi
- Dorongan masukan oral
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
Hypovolemia Management
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Monitor tingkat HB dan Hematokrit
- Monitor responpasien terhadap penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
- Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
- Monir Adanya tanda gejala ginjal
3.5 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Paraphimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Paraphimosis berarti kulup terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal
4.2 SARAN
Dengan adanya makalah dengan kasus parafimosis pada anak,di harapkan mahasiswa dapat mengerti tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta mampu memberikan suatu asuhan keperawatan yang benar pada anak yang menderita parafimosis.
No comments:
Post a Comment
Trimakasih Atas Kunjungan Anda