Askep Batu Ginjal (Urolitiasis)
1.
Konsep Dasar Urolitiasis
1.
Pengertian
Batu
ginjal (urolitiasis) adalah bentuk deposit mineral, paling umum oskalat
Ca2+ dan fosfat Ca2+ , namun
asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat
terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan
pada palvis dan kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar
kedalam ureter dan/atau aliran urine terhambat (Doengoes, 2000. Hal 686).
2.
Etiologi
Penyebab batu
ginjal idiopatik. Akan tetapi, ada faktor yang merupakan predisposisi dan yang
utama adalah ISK. Infeksi ini akan meningkatkan terbentuknya zat organik. Zat
ini dikelilingi mineral yang mengendap. Pengendapan mineral ini (karena
infeksi) akan meningkatkan alkalinitas urine dan mengakibatkan pengendapan
kalsium fosfat dammagnesium
amonium fosfat. Statis urin juga dapat menyebabkan pengendapan zat organik dan
mineral. Faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah konsumsi
antasida dalam jangka panjang, terlalu banyak vitamin D, dan kalsium karbonat.
(Mary, 2008. Hal 60)
3.
Patofisiologi
Pembentukan batu
saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor dalam pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kasium oksalat dengan inhibitor sitrat dan
glikoprotein. Berapa promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti
asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor belum
dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses
ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau
agregatasi kristal. Misal penambahan sitrat dalam
kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregatasi kristal dalam saluran kemih. (Soparman,
2000, hal 378)
4.
Gejala Klinis
Gejala utama batu
ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri bergantung
pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya
adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area
sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke ureter, pasien akan mengalami nyeri
yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat interminten dan
disebabkan oleh spasme (kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang ditekan
batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitelia eksterna, dan paha.
Nyeri dapat disertai dengan mual dan muntah. (Mary, 2008. Hal 60)
5.
Pemeriksaan penunjang
Uji diagnostik :Yang termasuk dalam
pemeriksaan diagnostik adalah sinar X KUB, pielografi intravena atau retrograd,
ultrasonografi, pemibdaian CT, dan sistoskopi. Urinalisis dan kalsium serum dan
kadar asam urat serum juga diperiksa. Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas
urine, pH urine dipantau dengan dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam untuk
mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine. (Mary,
2008. Hal 61).
6.
Penatalaksanaan
1.
Peningkatan asupan cairan meiningkatkan
aliran urine dan membantu mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah besar pada
orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu.
2.
Modifikasi makana dapat mengurangi kadar
bahan pembentuk batu, bila kandungan batu teridentifikasi.
3.
Mengubah pH urine sedemikian untuk
meningkatkan pemecahan batu.
4.
Litotripsi (terapi gelombang kejut)
ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau terapi laser dapat digunakan untuk
memecahkan batu besar atau untuk menempatkan selang disekitar batu untuk
mengatasi obstruksi (Corwin, 2009. Hal 716).
7.
Komplikasi
1.
Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah
hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi diatas kandung
kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine.
Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter
keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal
dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
2.
Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang
tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi
iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal jika kedua ginjal terserang.
3.
Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine
(stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
4.
Dapat terbentuk kanker ginjal akibat
peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal 716).
2.
Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawatan
pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui pendekatan proses perawatan
terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
(Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1.
Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan
monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi.
Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
2.
Sirkulasi
Tanda :
peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan
; pucat.
3.
Eliminasi
Gejala : riwayat
adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria,
hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4.
Makanan/cairan
Gejala :
mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau
fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi
abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
5.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode
akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu. Contoh pada
panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen,
dan turun kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis
atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut,
hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi
;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
6.
Keamanan
Gejala :
penggunaan alcohol, demam, menggigil.
7.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat
kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis riwayat
penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan
antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG
menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4 hari.
8.
Pemeriksaan diagnostic
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap,
berdarah secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal,
Urine : (24 jam) kreatinin, asam urat,
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat.
Hitung darah lengkap : SDP mungkin
meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
9.
Prioritas masalah
1.
Menghilangkan nyeri
2.
Mempertahankan fungsi ginjal adekuat
3.
Mencegah komplikasi
4.
Memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
10.
Tujuan pemulangan
1.
Nyeri hilang/terkontrol
2.
Keseimbangan cairan/elektrolit dipertahankan
3.
Komplikasi dicegah/minimal
4.
Proses penyakit/prognosis dan program
terapi dipahami.
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler.
2.
Perubahan eliminasi urine berhubungan
dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral,
obstruksi mekanik, inflamasi.
3.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan berhubungan dengan mual/muntah
4.
Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang
mengingat/salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.
3.
Perencanaan
1.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler.
Tujuan : nyeri hilang, keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria hasil :
nyeri hilang, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Catat lokasi, lamanya intensitas dan
penyebaran. Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf
terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri. Rasional : memberikan
kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan
kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Mandiri
Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan
punggung, lingkungan istirahat. Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan
tegangan otot, dan meningktkan koping. Bantu atau dorong penggunaan napas
berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapetik. Rasional : mengarahkan
kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : narkotik,
contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional : biasanya diberikan selama akut
untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot/mental. Berika
kompres hangat pada punggung. Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat
menurunan reflex spasme.
2.
Perubahan eliminasi urine berhubungan
dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral,
obstruksi mekanik, inflamasi. Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria
hasil : tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine. Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Tentukan pola berkemih norml
pasien dan perhatikan variasi. Rasional : kalkulus dapat menyebabkan
eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Dorong
meningkatkan pemasukan cairan. Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri,
darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh
elektrolit, BUN, kretainin. Rasional : peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit
mengindikasikan disfungsi ginjal. Ambil urine untuk culture dan sensifitas.
Rasional : menetukan adanya ISK, yang penyebab komplikasi.
3.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan : mempertahankan keseimbangan
cairan adekuat. Kriteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik,
berat badan normal.
Intervensi/rasional :
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran. Rasional
: membandingkan keluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam ealuasi adanya/derajat
stasis/kerusakan ginjal. Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik
muntah dan diare. Rasional : mual/muntah dan diare secra umum berhubungan
dengan kolik ginjal. Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam
toleransi jantung. Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan untuk
homeostasis juga tindakan “mencuci”yang dapat membilas batu keluar. Awasi tanda
vital. Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
1.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang
mengingat/salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan gejala dengan
factor penyebab. Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Kaji ulang proses penyakit dan harapan di
masa dating. Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi. Tekankan pentingnya peningkatan cairan,
rasional : pembilasan system ginjal menurunkan kesempatan statis ginjal dan
pembentukan batu. Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun,
tumbuhan polog, gandum, alkohol. Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap
prekusor asam urat. Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur
berdaun hijau, yogurt. Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium.
Diet rendah oksalat. Rasional : menurnukan pembentukan batu kalsium. Diet
rendah kalsium. Rasional : mencegah kalkulus fosfat dengsn membentuk
presipitasi yang tak larut dalam traktus GI.
1.
Implementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen
implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang
diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada:
1.
Melakukan aktivitas untuk klien atau
membantu klien.
2.
Melakukan pengkajian keperawatan untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada
3.
Member pendidikan kesehatan untuk membantu
klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau
penatalaksanaan gangguan.
4.
Membantu klien membuat keptusan tentang
layanan kesehatannya sendiri
5.
Berkonsultasi dan membuat rujukan pada
profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.
6.
Memberi tindakan yang spesifik untuk
menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan.
7.
Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
8.
Membantu klien mengidentifikasi risiko
atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
2.
Evaluasi
Menurut Hidayat (2008 Hal 124) Evaluasi
merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
No comments:
Post a Comment
Trimakasih Atas Kunjungan Anda