BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah
kesehatan utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan,
jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman
modern ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara
maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup
misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang
olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu
banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat,
yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang
memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko
untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi,
Berbagai macam penyakit jantung seperti penyakit jantung
koroner, infark miokard akut, hipertensi yang semuanya berujung pada gagal
jantung. Hal ini sangat membahayakan bagi kehidupan seseorang, sehingga
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut harus segera mendapat perawatan
medis di rumah sakit.
Kehamilan dapat mengubah fungsi serta fisiologi kardiovaskuler sehingga
dapat mempengaruhi tindakan maupun prognosis terhadap jantung .untuk hal
tersebut perlu mempertimbangkan akibat keadaan dan pengobatan jantung si ibu terhadap keadan fetus yang akan dilahirkan .
Prevalensi :
- Di USA insidensnya 1 dalam 3000 sampai 15000 persalinan .
- Puncak insidens peripartum kardiomiopati terjadi pada bulan kedua postpartum.
- Lebih dari 50% pasien dengan peripartum kardiomiopati didapatkan fenomena pulmonari dan sistemik embolis
Menurut
data statistik jumlah Ibu berpenyakit jantung yang mendapatkan kehamilan
berkisar antara 1-4%. Penyakit jantung yang paling banyak dijumpai pada
kehamilan biasanya dikarenakan penyakit hipertensi, tirotoksikosis (keracunan
kelenjar gondok), dan anemia.
Pada
usia kehamilan 32-36 minggu volume darah ibu hamil akan mencapai puncaknya. Hal
ini ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada kaki maupun tangan ibu hamil.
Di saat inilah kelainan jantung yang diderita oleh ibu hamil menjadi lebih
berat. Selain pada kehamilan, penyakit jantung ini juga terasa berat pada saat
persalinan maupun setelah persalinan dimana darah dari ruang plasenta bayi
(yang telah lahir) mulai kembali masuk ke sirkulasi darah ibu hamil,
Dan mamberatkan kerja jantung.
Dan mamberatkan kerja jantung.
Dari latar belakang diatas, untuk mrmberikan perawatan medis yang tepat dan efektif, khususnya bagi
tenaga keperawatan, harus memahami konsep asuhan keperawatan pada gangguan
kardiovaskuler. Apalagi dalam keadaan kedaruratan yang membutuhkan keahlian
dalam memberikan pertolongan pada pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi
dari penyakit Kardiomiopati peripartum/gagal jantung pada
kehamilan ?
2. Apa etiologi dari penyakit gagal jantung pada
kehamilan ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit gagal
jantung pada kehamilan ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit gagal jantung
pada kehamilan ?
5. Apa komplikasi
dari penyakit gagal jantung pada kehamilan?
6. Penatalaksanaan dari penyakit gagal jantung pada
kehamilan ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan gagal jantung pada
kehamilan ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami mengenai penyakit gagal jantung pada kehamilan
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari penyakit
gagal jantung pada kehamilan
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit
gagal jantung pada kehamilan
3. Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari
penyakit gagal jantung pada kehamilan
4. Mahasiswa mampu memahami
Patofisiologi dari penyakit gagal
jantung pada kehamilan
5. Mahasiswa mampu memahami
Komplikasi penyakit gagal jantung pada
kehamilan
6. Mahasiswa mampu memahami
Penatalaksanaan penyakit gagal jantung
pada kehamilan
7. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan
gagal jantung pada kehamilan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gagal jantung ialah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan
darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan
metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian
ke dalam jantung masih cukup tinggi. (Soeparman ; Ilmu Penyakit Dalam jilid 2
edisi kedua, 1987 : 193)
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah
tidak mampu lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. (Long, Barbara
C.; Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan 2, 1996 ;
579)
Kardiomiopati peripartum adalah gagal jantung
kongestif yang terjadi pada bulan terakhir masa kehamilan atau dalam lima bulan
setelah melahirkan tanpa diketahui sebab dan pathofisiologinya.
Kardiomiopati peripartum adalah bentuk dari dilated
cardiomyopathy dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, merupakan penyakit
gagal jantung yang berhubungan dengan kehamilan atau keadaan setelah
melahirkan.
2.2 Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,
berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah, apex (puncak)
miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dan susunannya sama
dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu di
luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). (Pearce, Evelyn C,
Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, 2000; Syaifudin, Anatomi dan Fisiologi
Untuk Siswa Perawat, 1992)
a. Kedudukan jantung
Jantung berada dalam thorax antara kedua paru-paru dan
di belakang sternum dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan, tepatnya di
dalam rongga dada sebelah depan. Sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, di atas diafragma, pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V
dan VII dua jari di bawah papilla mammae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan
jantung yang disebut iktus kordis.
(Syaifudin,
Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
b. Lapisan-lapisan jantung
Lapisan-lapisan
jantung terdiri atas :
1)
Endokardium; merupakan lapisan
jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan
endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.
2)
Miokardium; merupakan lapisan inti
dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini membentuk
bundalan-bundalan otot yaitu bundalan otot atria yang membentuk serambi atau
aurikula kordis, bundalan ventrikuler yang membentuk bilik jantung. Bundalan
otot atrioventrikuler yang merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik
jantung.
3)
Pericardium; lapisan jantung
sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus terdiri dari 2 lapisan yaitu :
lapisan parietal dan visceral yang bertemu di pangkal jantung membentuk katup
jantung. Di antara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelican
untuk menjaga agar pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan
gangguan terhadap jantung.
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat,
1992)
c. Siklus jantung
Jantung adalah alat pompa dan kejadian-kejadian yang
terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan
jantung berasal dari nodus sinus atrial. Kemudian kedua atrium berkontraksi.
Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas his dan kemudian ventrikel
berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis yaitu kontraksi atau
systole dan pengendoran atau diastole. Kontraksi dari kedua atrium terjadi
serentak dan disebut systole atrial, pengendorannya adalah diastole atrial.
Serupa dengan itu kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut juga systole dan
diastole ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap
pengendorannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini jantung berdenyut terus
menerus, siang malam selama hidupnya. Dan otot jantung mendapat istirahat selama
diastole ventrikuler.
Kontraksi
kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Dan
yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena mendorong darah ke seluruh
tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel
kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya mengirimkannya ke
sekitar paru-paru dimana tekanannya lebih kuat. (Pearce, Evelyn C, Anatomi dan
Fisiologi Untuk Paramedis, 2000)
d. Bunyi jantung
Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara
yang disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama
disebabkan menutupnya katup atroventrikuler dan kontraksi dari ventrikel, bunyi
kedua karena menutupnya katup aortic dan pulmoner sesudah kontraksi dari
ventrikel. Yang pertama adalah panjang terdengar “lub” dan yang kedua pendek
dan tajam terdengar “dub”. Dalam keadaan normal jantung tidak mempunyai bunyi
lain, tetapi bila arus darah cepat atau bila ada kelainan pada katup atau salah
satu ruangnya, maka dapat terjadi bunyi lain, biasanya disebut “bising”.
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
e. Daya pompa jantung
Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar
sekitar 70 kali semenit dan memompa 70 ml setiap denyut. Jumlah darah yang
setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter.
Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan
volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25
liter setiap menit.
Tiap menit
sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Akan
tetapi bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal
mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-vena
besar dekat jantung menjadi membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam
vena naik. Dan kalau keadaan in tidak cepat ditangani maka terjadi edema.
(Pearce, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, 2000)
f. Katup-katup pada jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat
penting artinya dalam susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
1)
Valvula Trikuspidalis. Terdapat
antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra yang terdiri dari 3 katup.
2)
Valvula Bikuspidalis. Terletak
antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra yang terdiri dari 2 katup.
3)
Valvula semilunaris arteri
pulmonalis. Terletak antara ventrikel dekstra dengan arteri pulmonalis, dimana
darah mengalir menuju ke paru-paru.
4)
Valvula semilunaris aorta.
Terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta dimana darah mengalir menuju ke
seluruh tubuh.
g. Sirkulasi darah
Jantung
adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri
melalui arteri, arteriola dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena
disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran darah ventrikel
kanan melalui paru-paru ke atrium kiri adalah peredaran darah kecil atau
sirkulasi pulmonal.
1) Pembuluh darah pada
peredaran darah kecil, terdiri atas :
a)
Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh
darah yang keluar dari ventrikel dekstra menuju ke paru-paru.Mempunyai 2 cabang
yaitu dekstra dan sinistra untuk paru-paru kanan dan kiri yang banyak
mengandung CO2 di dalam darahnya.
b)
Vena pulmonalis, merupakan vena
pendek yang membawa darah dari paru-paru masuk ke jantung bagian atrium
sinistra. Di dalamnya berisi darah yang banyak mengandung O2.
2) Pembuluh darah pada
peredaran darah besar, terdiri atas :
a)
Aorta, merupakan pembuluh darah
arteri yang besar yang keluar dari jantung bagian ventrikel sinistra melalui
aorta asendens lalu membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis sinistra,
turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma lalu menurun ke bagian
perut.
Jalannya arteri terbagi 3 (tiga) bagian :
(1)
Aorta asendens, aorta yang naik ke
atas dengan panjangnya ± 5 cm, cabangnya arteri koronaria masuk ke jantung.
(2)
Arkus aorta, yaitu bagian aorta
yang melengkung arah ke kiri, di depan trakea sedikit ke bawah sampai
vena torakalis IV.Cabang-cabangnya : arteri brakia sefalika atau arteri
anomina, arteri subklavia sinistra dan arteri karotis komunis sinistra.
(3)
Aorta desendens, bagian aorta yang
menurun mulai dari vertebra torakalis IV sampai vertebra lumbalis IV.
Letaknya :
(a)
Aorta torakalis. Dimulai dari
vertebra torakalis IV sampai menembus diafragma. Percabangannya sampai pada
dinding toraks dan alat-alat visceral yang ada di dalam rongga toraks.
(b)
Aorta abdominalis. Pada vertebra
torakalis XII terbagi 2 : arteri iliaka komunis dekstra dan arteri iliaka
komunis sinistra. Percabangannya sampai pada dinding perut dan alat dalam
rongga perut, panggul dan anggota gerak bawah.
Peredaran darah kecil, darah dari jantung ventrikel destra → valvula
semilunaris → arteri pulmonalis → paru-paru kiri dan kanan → vena pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari jantung bagian ventrikel sinistra →
valvula semilunaris aorta → aorta → arteri → arteriole → kapiler arteri →
kapiler vena → venolus → vena kava → atrium dekstra.
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat,
1992)
Perubahan anatomi dan fisiologi
sistem kardiovaskuler dalam kehamilan
Minggu ke-5 kehamilan cardiac output mulai meningkat, minggu ke-10 dan 20
terjadi peningkatan volume plasma (selama hamil meningkat 40-45%). Peningkatan
estrogen dan progesteron menyebabkan vasodilatasi dan penurunan resistensi
veskular periver. Ventrikel kiri mengalami hipertropi dan dilatasi sehingga
memfasilitasi perubahan cardiac output, kontraktilitas tidak berubah. Bersamaan
dengan perubahan posisi difragma, apeks akan bergerak ke anterior dan kekiri.
Minggu ke-6 s.d ke-8 Volume darah akan meningkat, puncaknya minggu ke-32 s.d
34. Jumlah sel darah merah sebanyak 20-30% tidak sebanding dengan peningkatan
volume plasma sehingga terjadi hemodilusi. Penurunan konsentrasi hemoglobin
dari 15 gr/dl menjadi 12,5 g/dl dan perempuan bisa mencapai < 11 g/dl. Pada
pertengahan sampai akhir kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi
tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang mengurangi venus retum dari
ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut mempengaruhi cariac output
dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri, pada saat posisi supinasi
maka cardiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada posisi tegak akan menurun
sampai 1,2 l/menit.
2.3 Etiologi
Penyebab gagal jantung peripartum belum jelas dan masih disangsikan
bahwa kardiomiopati merupakan kondisi khusus yang terjadi pada kehamilan.
Beberapa hal yang diduga etiologi penyakit ini :
·
Nutrisi yang jelek akan memudahkan terjadinya
penyakit jantung pasca melahirkan
·
Virus. (Parvovirus B19, Human Herpes Virus,
Epstein-Barr virus, and Human Cytomegalovirus) Hubungan antara kehamilan dan
miokarditis karena virus telah dibuktikan.
·
Imunologi. Pada kardiomiopati peripartum terjadi
degenerasi yang cepat dari uterus yang menghasilkan fragmentasi dari tropokolagen
oleh ensim kolagenolitik yang melepaskan aktin, miosin dan metabolitnya.
Antibodi dibentuk melawan aktin yang mengalami reaksi silang dengan otot
jantung dan penderita kemudian mengalami kardiomiopati.
·
Hormonal. Beberapa hormon seperti estrogen,
progesteron dan prolaktin telah menunjukkan pengaruh pada sistem kardiovaskuler
namun bukti yang ada menunjukkan tidak ada kelainan hormonal yang dapat
diidentifikasi pada kardiomiopati peripartum.
2.4 Manifestasi Klinis
Wanita dengan cardiomiopati memperlihatkan tanda dan gejala gagal
jantung. Karena puncak peningkatan beban hemodinamik terjadi pada minggu ke 32
( trimester ke tiga).
a. Pada gagal
jantung kiri terdapat gejala :
1) Badan lemah, cepat
lelah, dan berdebar-debar
2) Anoreksia
3) Batuk dan keringat
dingin
4) Dyspnoe (dysnoe
d’effort)
5) Orthopnoe
6) Paroksismal noktural
dyspnoe
7) Ronkhi basah di
bagian basal paru
8) Suara jantung
III/bunyi derap S3
9) Tachycardia
b. Pada gagal jantung
kanan terdapat gejala :
1) Edema tumit dan
tungkai
2) Pembesaran hati
(hepatomegali)
3) Peningkatan tekanan
vena jugularis
4) Gangguan
gastrointestinal : perut kembung, anoreksia, nausea, ascites, dan perasaan
tidak enak pada epigastrium
5) Berat badan
bertambah akibat edema tungkai
6) Irama derap atrium
kanan atau murmur
c. Sedangkan pada
gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan
gagal jantung kanan. (Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
New York Association (NYHA)membuat klasifikasi fungsioanal dalam empat
kelas:
Ø Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan.
Ø Kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
Ø Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari
tanpa keluahan.
Ø Kelas 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
dan harus tirah baring.
2.5 Patofisiologis
Penyebab gagal jantung peripartum belum jelas dan
masih disangsikan bahwa kardiomiopati merupakan kondisi khusus yang terjadi
pada kehamilan.
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang
khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu pengosongan
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas
ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup atau menurunnya curah
jantung kiri sehingga meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya
volume akhir diastolic ventrikel, maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri. Derajat peningkatan tekanan tergantung dari
kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya tekanan akhir diastolic ventrikel
kiri, maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri karena atrium dan
ventrikel berhubungan langsung selama diastole. Peningkatan tekanan atrium kiri
diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vaskuler paru-paru, meningkatkan
tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman
kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskuler, maka akan terjadi
transudasi cairan ke dalam interstitial. Jika kecepatan transudasi cairan
melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema interstitial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat meningkatkan cairan merembes ke dalam
alveoli dan terjadilah edema paru-paru dengan segala keluhan dan tanda-tanda
akibat adanya tekanan dalam sirkulasi paru yang meninggi. Keadaan yang terakhir
ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk
sirkulasi kecil. Bila beban pada ventrikel kanan tersebut terus bertambah, akan
merangsang ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi dengan mengalami
hypertropi dan dilatasi sampai batas kemampuannya dan bila beban tersebut
diatas tetap meninggi maka pada suatu saat tidak teratasi lagi oleh ventrikel
kanan, maka terjadilah gagal jantung kanan.
Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung
kiri juga dapat terjadi pada jantung kanan dimana akhirnya akan terjadi
kongesti sistemik dan edema. (Price, Sylvia A, et al, Patofosiologi; Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit 1994)
Kardiak output (curah jantung) yang tidak adekuat
memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan perfusi
organ-organ tubuh yang vital (lihat tabel berikut)
Respon-respon
terhadap ketidakadekuatan kardiak output
Respon
|
Pengaruh
awal
|
Pengaruh
akhir
|
Rangsangan
terhadap saraf simpati
|
Peningkatan
kecepatan dan kekuatan kontraksi miokardium, vasokonstriksi perifer -arus
darah ke organ-organ vital, peningkatan arus balik vena, peningkatan tekanan
darah.
|
Meningkatnya
kebutuhan oksigen untuk miokardium, meregangkan serabut-serabut miokardium di
bawah garis kemampuan kontraksi
|
Pengaktifan
sistem renin-angiotensin
|
Peningkatan
reabsorbsi sodium dan air-peningkatan volume darah, vasokonstriksi perifer
|
Meningkatnya
beban jantung
|
Hypertrofi
ventrikuler
|
Peningkatan
kontraktilitas miokardium
|
Peningkatan
kebutuhan oksigen untuk miokardium
|
(Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah : Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan, 1996)
2.6 WOC
Gangguan Fungsi
Pompa Ventrikel
|
Curah jantung
kanan
|
Tekanan akhir
systole ventrikel kanan
|
Bendungan
sistemik
|
Hambatan arus
balik vena
|
Bendungan vena
sistemik
|
Tekanan vena kava
|
Aliran darah ke
atrium dan ventrikel kiri
|
Penurunan Curah Jantung
|
Tekanan akhir
diastole ventrikel kiri
|
Nyeri
|
Curah jantung
kiri
|
Suplai darah dan
O2 ke jantung
|
Edema = Ketidakefektifan Pola Nafas
|
Bendungan vena
pulmonal
|
2.7 Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
- Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal
jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal
jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2.
Masalah katup jantung
Gagal
jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada
katup jantung.
3.
Kerusakan hati
Gagal
jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu banyak
tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4.
Serangan jantung dan stroke.
Karena
aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di
jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan
pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau
strok
2.8
Penatalakasaan
2.8.1 Pendekatan umum
Ø
Penanganannya berupa penatalaksanaan gagal
jantung termasuk istirahat, restriksi garam, medikal terapi dengan penurunan
afterload, diuretik, ionotropik, antikoagulans atau beberapa kombinasi atau
pada kasus yang lanjut dengan transplantasi.
Ø Intake
sodium dibatasi dan diuretik diberikan untuk mengurangi preload.
Ø Pengurangan
afterload dengan hydralazine atau vasodilator yang lain dianjurkan meski
demikian angiotensin converting enzyme inhibitor harus dicegah jika wanita
tersebut belum melahirkan.
Ø
Digoksin yang diberikan untuk memberikan efek
innotrofic jika tidak ditemukan kompleks aritmia. Karena meningkatnya insidens
embolisme pulmonal maka “low – molecular - weight “ heparine sering kali
direkomendasikan. Biopsi endomiocardial dini dianjurkan untuk mengidentifikasi
gambaran histologi adanya inflamasi miocarditis dimana memberikan respons pada immunoterapi.
Ø Diet:
Diet rendah garam, restriksi cairan
Diet rendah garam, restriksi cairan
Ø
Pendidikan pasien:
K I E pada penderita dan keluarga
K I E pada penderita dan keluarga
Ø
Monitoring pasien
Monitor penyakit dalam 24 – 48 jam, kardiak monitoring harus dipertimbangkan selama persalinan sampai 24 - 48 jam postpartum dan pengawasan ketat termasuk pengukuran fungsi jantung dalam 3-6 bulan pengobatan.
Monitor penyakit dalam 24 – 48 jam, kardiak monitoring harus dipertimbangkan selama persalinan sampai 24 - 48 jam postpartum dan pengawasan ketat termasuk pengukuran fungsi jantung dalam 3-6 bulan pengobatan.
2.8.2 Pendekatan Khusus
Rendahnya volume darah ibu dan bayi juga disebabkan
kondisi ibu yang memang sebelum hamil sudah menderita penyakit jantung. Keadaan
ini makin parah apabila terdapat penyakit yang ada sebelumnya, seperti
hipertensi, usia lanjut, aritmia (denyut tidak teratur) jantung, anemia (kurang
kadar Hb) serta riwayat gagal jantung sebelumnya.
Terapi utama
penderita gagal jantung adalah harus istirahat berbaring dan diberi obat
digitalis (nama obat untuk membantu kerja jantung). Jika gagal jantung terjadi
pada waktu persalinan, diperlukan pengawasan khusus dan sedapat mungkin
diusahakan melahirkan pervaginam (lewat jalan lahir/vagina).
Bagi penderita jantung rasa nyeri dan penderitaan ini
perlu dikurangi, lebih-lebih apabila diperkirakan persalinan akan berlangsung
cukup lama. Pemberian obat untuk mengurangi rasa nyeri selama ini dinilai dapat
menguntungkan ibu, disamping pendekatan psikologis agar ibu merasa lebih tenang
dan aman.
Pada
pelaksanaan persalinan, pasien ditidurkan setengah duduk apabila posisi ini
memang lebih menyenangkan baginya.
Apabila tidak
timbul sesak nafas, sang anak boleh saja lahir spontan, namun sedapat
mungkin siibu tidak mengejan selama persalinan.
Jika bayi belum
lahir setelah 20 menit berlangsung persalinan atau ibu dilarang mengejan,
sebaiknya persalinan diakhiri dengan alat forsep (alat bantu untuk menarik
kepala bayi) atau ekstraktor vakum (alat bantu menyedot kepala bayi).
Pemakaian Gurita.
Masa nifas (waktu sesudah melahirkan sampai 40 hari)
dapat berbahaya bagi penderita penyakit jantung, penderita yang hanya sedikit
menunjukkan gejala gawat jantung selama kehamilan dan persalinan, dapat
mengalami kolaps setelah anaknya lahir. Ini disebabkan oleh karena kotraksi
yang terus menerus dari uterus (rahim) yang mengakibatkan terjadinya
pengembalian darah kedalam sirkulasi besar kurang lebih 1 liter.
Selain itu, perdarahan setelah persalinan, infeksi
nifas, dan tromboemboli (sumbatan di pembuluh darah ibu karena jendalan darah
atau air ketuban) merupakan komplikasi yang lebih berbahaya bagi ibu dengan
penyakit jantung.
Demi menghindari perburukan penyakit, sebaiknya
penderita jantung dirawat dirumah sakit sekurang-kurangnya selama 14 hari
setelah melahirkan dengan istirahat dan mobilisasi bertahap serta menghindari
infeksi.
2.8.3 Penatalaksanaan
berdasarkan Klasifikasi
Sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau
ahli jantung. Secara garis besar penatalksanaan mencakup mengurangi beban kerja
jantung dengan tirah baring, menurunkan preload dengan deuretik, meningkatkan
kontraktilitas jantung dengan digitalis, dan menurunkan after load dengan
vasodilator.
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas II : Umumnya
tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas yang
berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan
memburuk.
Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan
melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur
malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan,
membatasi masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan
membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu sekali setelah
36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan
persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode
anastesi terpilih adalah epidural
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan
pengawasan dengan ketat. Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II
setiap 10 menit. Bila terjadi takikardi, takipnea, sesak nafas (ancaman gagal
jantung), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid IV dengan dosis awal 0,8
mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu dapat diberi
oksigen, morfin (10-15 mg), dan diuretic.
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung.
Bila berlangsung 20 menit dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan
ekstraksi cunam atau vacum dengan segera. Tidak diperbolehkan memakai ergometrin karena
kontraksi uterus yang bersifat tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke
sirkulasi sistemik dala jumlah besar.
Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap dan
pencegahan infeksi, bila fisik memungkinkan pasien dapat menusui.
Kelas III :
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat
diberikan diuretic
Kelas IV : Harus dirawat di
RS
Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu
berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu.
Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil dan
nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus
sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan diuretic biasanya gejala
gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan
pervaginam lebih aman namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum.
Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya
decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.
Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya
dilakukan sebelum hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah
trimester II namun berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus
diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan akan menyebabkan bahaya
perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara SC,
hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena
dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis
aorta atau mitral.
2.9 Pemeriksaan penunjang
1. EKG
: Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan
pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan
segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan
adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram
: Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan
jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi
jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi. Juga
mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel
menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Rontgen
dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung,
bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
Ø
Oksimetri nadi
§ Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif
akut
menjadi kronis.
menjadi kronis.
§
Analisa gas darah (AGD)Gagal
ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
Ø
Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
o Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN
dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
Ø
Pemeriksaan tiroid
o Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai
pre
pencetus gagal jantung kongesti
pencetus gagal jantung kongesti
2.10 Prognosis
Ø
Angka kematian kardiomiopati peripartum
sebesar 25-50%. Setengah kematian terjadi dalam 3 bulan pertama pasca salin dan
penyebabnya karena gagal jantung kongesti, aritmia atau komplikasi
tromboemboli. Kematian karena fenomena emboli (sistemik dan pulmonal ) 30%.
Ø
Prognosis baik bila fungsi
ventrikel kiri menjadi normal dalam 5 bulan serta pada kondisi ini harapan
hidup lebih bermakna. Namun timbul pertanyaan apakah wanita dengan
kardiomiopati pertipartum dan fungsi ventrikel kiri yang sembuh dapat secara
aman hamil kembali, jawabannya masih kontroversi ? Jawabannya bahwa pada
penderita yang menunjukan tanda-tanda disfungsi ventrikel kiri yang persisten
kehamilan berikutnya harus dicegah. Tetapi pada penderita dengan ventrikel kiri
yang “sembuh” dobutamine chalange test dapat dipertimbangkan sebelum kehamilan
berikutnya disetujui.
Ø
5 year survival rate kira-kira
50%, konseling prekonsepsi sangat penting dilakukan meski gagal jantung tidak
didapatkan.
Ø
Beberapa tulisan menunjukan bahwa
prognosis untuk kehamilan akan datang didasarkan pada ukuran jantung. Mortaliti
rate 11-14% jika ukuran jantung kembali ke ukuran normal pada 6-12 bulan dan
mortaliti rate 40-80% dengan cardiomegali yang menetap.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
- Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
- Riwayat Penyakit / keluhan utama : Lemah saat meakukan aktivitas, sesak nafas
- Riwayat penyakit sekarang :
Ø Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai
berat.
Ø
Seperti apa kelemahan melakukan
aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
Ø
Apakah kelemahan fisik bersifat
local atau keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan
dalam melakukan pergerakan.
Ø
Bagaimana nilai rentang kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Ø
Kapan timbulnya keluhan kelemahan
beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu,
saat istirahat ataupun saat beraktifitas.
4.
Riwayat Penyakit dahulu :
Ø
Apakah sebelumnya pernah menderita
nyeri dada, darah tinggi, DM, hiperlipidemia.
Ø
Obat apa saja yang pernah diminum
yang berhubungan dengan obat diuretic, nitrat, penghambat beta serta
antihipertensi. Apakah ada efek samping dan alergi obat.
5.
Riwayat penyakit keluarga
: Penyakit apa yang pernah dialami keluarga dan
adakah anggota keluarga yang meninggal, apa penyebab kematiannya.
6.
Riwayat pekerjaan/
kebiasaan :
Ø Situasi tempat kerja dan lingkungannya
Ø Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
Ø Kebiasaan merokok
7. Pemeriksaan fisik
- BREATHING
• Terlihat sesak
• Frekuensi nafas melebihi normal - BLEEDING
• Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
• Palpasi : denyut nadi perifer melemah, thrill
• Perkusi : Pergeseran batas jantung
• Auskultasi : Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan - BRAIN
• Kesadaran biasnya compos mentis
• Sianosis perifer
• Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat. - BLADDER
• Oliguria
• Edema ekstrimitas - BOWEL
• Mual
• Muntah
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan - BONE
• Kelemahan
• Kelelahan
• Tidak dapat tidur
• Pola hidup menetap
• Jadwal olahraga tak teratur - PSIKOSOSIAL
• Integritas ego : menyangkal, takut mati, marah, kuatir.
• Interaksi social : stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping.
3.2 Pemeriksaan diagnostic
- EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
- Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
- Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
- Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
- Rontgen dada
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d ketidakseimbangan suplai darah
dan oksigen dg kebutuhan miokardium
akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan,
irama, konduksi elektrikal
3. Ketidakefektifan pola napas b/d
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan akibat
sekunder dari udema paru.
3.4. Intervensi dan Implentasi
NO
|
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Nyeri b/d ketidakseimbangan suplai darah
dan oksigen dg kebutuhan miokardium
akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium
|
NOC:
v Pain level
v Pain control
v Comfort level
Kriteria Hasil:
v Mampu mengontrol nyeri
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v Mampu mengenali nyeri
v Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v Tanda vital dalam rentang normal.
|
NIC:
Pain Management
-
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas, dan
faktornya
-
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
-
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik
-
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
-
Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
-
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi,non farmakologi dan interpersonal)
-
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
-
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
-
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
-
Evaluasi keefektifan control
nyeri
-
Tingkatkan istirahat
-
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
-
Monitor penerimaan pasien
tentang
Analgesic Administration
-
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
-
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
-
Cek riwayat alergi
-
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
-
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
-
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
-
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
-
Monitor sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
-
Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
-
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda, dan gejala (efek samping).
|
2
|
Penurunan curah jantung b/d perubahan, irama,
konduksi elektrikal
Batasan karakteristik:
· Perubahan frekuensi atau irama jantung
- Aritmia
- Bradikardi
- Perubahan EKG
- Palpitasi
· Perubahan preload
- Penurunan tekanan vena sentral
- Penurunan tekanan arteri paru
- Edema,keletiha
- Peningkatan CVP
- Peningkatan PAWP
· Perubahan afterload
- Kulit lembab
- Penurunan nadi perifer
- Penurunan resistansi vascular paru
- Penurunan resistansi vascular sistemik
- Peningkatan PVR
- Peningkatan CVR
· Perubahnan kontraktilitas
- Batuk
- Penirunan indek jantung
- Penurunan fraksi ejeksi
- Ortopnea
- Dipsnea paroksismal noktural
|
Tujuan: Penurunan curah jantung teratasi
NOC:
v Cardiac
pump effectiveness
v Circulation
status
v Vital
sign status
Kriteria hasil :
v Tanda vital dalam rentang normal(tekanan
darah,nadi,respires)
v Dapat mentoleransi aktivitas,tidak ada
kelelahan
v Tidak ada edema paru,perifer,dan tidak ada
asites
v Tidak ada penurunan kesadaran
|
NIC:
Cardiac care
- Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas lokasi durasi)
- Catat adanya disritmia jantung
- Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output
- Monitor status kardio vaskuler
- Monitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
- Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
perfusi
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan tekanan darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue, takipneu, dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital sign
monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum selama dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor frekuensi dan irama pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernafasan abnormal
- Monitor suhu warna dan kelembapan kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triat
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
|
3
|
Ketidakefektifan pola napas b/d pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan
akibat sekunder dari udema paru
|
Tujuan: Pencapaian pola napas yang efektif pada pasien
NOC:
-
Airway Management
-
Oxygen Therapy
-
Respiratory Monitoring
Kriteria Hasil
v Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih
v Menunjukkan
jalan nafas yang paten
v Tanda-tanda
vital dalam rentang normal
|
Airmay Management
-
Buka
jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
-
Posisikan
klien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Identifikasi
klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-
Pasang
mayo bila perlu
-
Lakukan
fisioterapi dada bila perlu
-
Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
-
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara berlebihan
-
Lakukan
suction pada mayo
-
Berikan
bronchodilator bila perlu
-
Berikan
pelembab udara
-
Atur
intake cairan utuk mengoptimalkan keseimbangan
-
Monitor
respirasi dan status oksigen
Oxygen Therapy
-
Bersihkan
jalan nafas dari sekret
-
Pertahankan
jalan nafas tetap efektif
-
Berikan
oksigen sesuai instruksi
-
Monitor
aliran oksigen, canul oksigen, dan humidifier
-
Observasi
tanda tanda hipoventilasi
-
Monitor
respon klien terhadap pemberian oksigen
-
Monitoring
Vital Sign
-
Monitor
TD, nadi, suhu, dan RR
-
Catat
adanya fluktuasi TD
-
Auskultasi
TD pada kedua lengan dan bandingkan
-
Monitor
kualitas nadi
-
Monitor
bunyi jantung
-
Monitor
frekuensi dan irama pernafasan
-
Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
-
Monitor
sianosis perifer
-
Monitor
adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardia, peningkatan
sistolik)
-
Identifikasi
penyebab dan perubahan vital sign
Respiratory
Monitoring
-
Monitor
pola nafas: bradipnea, takipnea, kusmaul, hiperbentilasi, cheyne stokes, biot
-
Auskultasi
suara nafas, catat area penurunan atau tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
-
Tentukan
kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronchi pada jalan nafas
utama
-
Auskultasi
suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
-
Monitor kemampuan klien untuk batuk
efektif
-
Monitor
sekret respirasi klien
-
Catat
onset, karakteristik, dan durasi batuk
-
Monitor
dyspnea dan kejadian yang meningkatkan atau memperburuk respirasi
-
Posisikan
klien pada satu sisi untuk mencegah aspirasi
-
Lakukan
tindakan terapi respiratori
|
3.5 Evaluasi
Fase akhir dari proses
keperawatan adalah evaluasi asuhan keperawatan, hal-hal yang di evaluasi adalah
keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah
klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan pada praktek.
Kehamilan menginduksi perubahan fisiologis yang luas pada sistem
kardiovaskular., yang menyebabkan gangguan pada jantung dan sirkulasi yang
patut dipertimbangkan. Hasil adaptasi kardiorespirasi dapat ditoleransi dengan
baik pada wanita yang sehat. Namun perubahan-perubahan ini dapat menjadi
ancaman pada wanita dengan penyakit jantung.
Adapun evaluasi diagnosa keperawatan secara teoritis dapat dilihat pada
masing-masing diagnosa keperawatan, yaitu :
1. Nyeri b/d ketidakseimbangan suplai darah
dan oksigen dg kebutuhan miokardium
akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan,
irama, konduksi elektrikal
3. Ketidakefektifan pola napas b/d
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan akibat
sekunder dari udema paru.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kardiomiopati
peripartum adalah gagal jantung kongestif yang terjadi pada bulan terakhir masa
kehamilan atau dalam lima bulan setelah melahirkan tanpa diketahui sebab dan
pathofisiologinya. Pada banyak kasus gagal jantung didasarkan karena hipertensi
heart disease, stenosis mitralis yang tersembunyi, obesitas atau myocarditis.
Jika pasien melewati episode akut gagal jantung hampir separuhnya mengalami
disfungsi ventrikel kiri yang menetap, mempunyai prognosis jangka panjang
yang sama dengan penyakit jantung karena hal lain.
Penanganan
wanita hamil dengan penyakit jantung sebaiknya ditangani oleh kerjasama dokter
spesialis kandungan dengan dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis
jantung.
4.2 SARAN
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung
diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seoranag perawat.
Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan gagal
jantung selain itu pengobatan terbaik untuk gagal jantung adalah pencegahan
atau pengobatan dini terhadap penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Latief, abdul dkk.1985.Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak
Sakit:Buku Kedokteran ECG
Noer,sjaifuoellah.dkk.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit DalamJilid 1.Jakarta:balai
penerbit FKUI
http://ASKEP gagal jantung pd
kehamilan/artikel_detail-35458-Kep Kardiovaskuler-Askep Gagal Jantung
lengkap.html diakses pada tanggal 16 juni 2014
Nurafif,
Huda Amin. 2013. Aplikasi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment
Trimakasih Atas Kunjungan Anda