Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan

Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan
Stikes ICME Jombang

Friday 26 September 2014

Makalah ASD (Atrial Septal Defect)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
ASD(Atrial Septal Defect) merupakan kelainan jantung bawaan tersering setelah VSD (ventrikular septal defect).Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru.Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup.Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt).Maka darah bersih dan darah kotor bercampur.
Kelainan ini disebabkan adanya defek (lubang) pada dinding atrium jantung. Akibatnya darah dari atrium kiri yang seharusnya pergi ke ventrikel kiri, akan masuk ke dalam ke dalam ventrikel kanan, kemudian ke ventrikel kanan. Jika lubangnya cukup besar, ASD akan mengakibatkan beban volume di jantung kanan, di samping itu juga menyebabkan beban volume di jantung kiri. ASD merupakan salah satu penyakit jantung bawaan non sianotik (kelainan kongenital). Insidensnya sekitar 6,7% dari seluruh penyakit jantung bawaan pada bayi yang lahir hidup.
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Di amerika serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 – 10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di indonesia, dengan populasi lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita.
Berdasar data diatas maka penulis merasa tertarik untuk menyusun makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan Asd, Vsd, Koartasio Aorta dan Bronchopnemoni.


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana  konsep penyakit ASD ?
2.  Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan kasus ASD ?
3. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus ASD ?

 1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan konsep teori penyakit ASD
2.  Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit ASD
3.  Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami ASD
4.  Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit ASD
5. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit ASD


















BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi

Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup. ( Markum, 1991). 
ASD adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri (bagian atas). (Karson. 2012)
ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. (Sudigdo Sastroasmoro, 1994)
ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin.
ASD ( Atrial Septum Defek ) adalah kelainan defek yang menjurus ke arah beban volume pada jantung bagian kanan, dimana septum atrium yang matang terjadi proses embriologi yang rumit dan struktur tidak sempurna. Bentuk atrial septal defek yang paling umum adalah menetapnya ostium sekundum pada pertengahan septum (80 % kasus); bentuk yang lain adalah ostium primum (terletak di septum bagian bawah) persisten yang dapat disertai dengan kelainan katup mitralis atau bikuspidalis. Bentuk ketika dalah defek sinus venosus di septum di bagian atas. Keadaan ini sering terjadi anomaly aliran darah sebagioan dari vena pulmonalis ke dalam vena kava superior. Pada ketiga bentuk kasus ini darah yang mengandung oksigen mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan sehingga meningkatkan output dan aliran darah pulmonal.
Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatrial semasa janin. ( id. Wikipedia.org).
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. (http://askep.blogspot.com/2008/04/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan.html )
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa janin.

2.2 Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD, faktor – faktor tersebut diantaranya:
a. Faktor prenatal
· Ibu menderita infeksi rubella
· Ibu Alkoholisme
· Umur ibu lebih dari 40 Tahun
· Ibu menderita IDDM
· Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu
b. Faktor genetik
· Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
· Ayah atau ibunya menderita penyakit jantung bawaan
· Kelainan kromosom misalnya sindrom down
· Lahir dengan kelainan bawaan lain ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak diketahui.

2.3 Patofisiologi
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg)
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beben pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alat–alat tersebut naik., dengan adanya kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relative katup pulmonal ).
Juga pada valvula trikuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadistenosis relative katup trikuspidalis sehingga terdengar  bising  diastolic.
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila ada defek pada katup mitral atau katup trikuspidal, sehingga darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD II.



























2.4 Klasifikasi
Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatomis, yaitu
1. Defek Sinus Venosus Defek ini terletak di bagian superior dan posterior sekat, sangat dekat dengan vena kava superior. Juga dekat dengan salah satu muara vena pulmonalis.
2. Defek Sekat Sekundum  Defek ini terletak di tengah sekat atrium. Defek ini juga terletak pada foramen ovale.
3. Defek Sekat Primum  Defek ini terletak dibagian bawah sekat primum, dibagian bawah hanya di batasi oleh sekat ventrikel, dan terjadi karena gagal pertumbuhan sekat primum. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I,  Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II
2.5 Manifestasi Klinis
a. Bayi
· Sianosis umum, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah, kunjungtiva, area vaskularisasi tinggi, dispnea, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis dan mengejan.
· Keletihan.
· Pertumbuhan dan perkembangan buruk
· Kadang-kadang mengalami infeksi saluran pernafasan.
· Kesulitan makan.
· Diastolik meningkat.
· Sistolik Rendah.
· Bising jantung tak normal.
· Palpitasi.
b. Anak – anak
· Kerusakan pertumbuhan dan perkembangan.
· Tubuh lemah, keletihan.
· Nafas tersengal – tersengal dan dipsnea saat aktivitas.
· Kardiomegali.
· Diastolik meningkat
· Sistolik Rendah
· Bising jantung tak normal
· Palpitasi.

2.6 Komplikasi
· Gagal jantung.
Pada ASD jantung kanan bekerja keras untuk mempompa darah lebih dari jumlah normal. Seiring dengan berjalannya waktu menjadi lelah dan tak mampu bekerja dengan baik
· Aritmia
Darah yang berlebihan pada atrium menyebabkan dinding atrium terengang dan berdilatsi, hal ini dapat menyebabkan aritmia.Gejala palpitasi dan peningkatan denyut jantung
· Stroke
Biasanya paru mendapatkan bekuan dari paru bagian kanan, hal ini dapat menyebabkan embolisme paru. Bekuan darah dapat pindah dari atrium kanan ke atrium kiri lewat ASD dan dipompa keseluruh tubuh. Dan bekuan ini dapat dipompa ke seluruh tubuh dan menyumbat pada pembuluh darah otak dan menyebabkan stroke.
· Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal merupakan peningkatan tekanan pada arteri pulmonal. Hipertensi pulmonal dapat merusak arteri dan pembuluh darah kecil pada paru. Mereka menjadi tebal dan kaku membuat aliran darah menjadi sulit.
Masalah tadi berkembang bertahun-tahun dan tidak terjadi pada anak-anak. Keadaan ini juga jarang terjadi pada orang dewasa karena ASD dapat menutup dengan sendirinya atau diperbaiki pada masa kanak-kanak.

2.7 Prognosis
Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani dengan operasi bedah jantung terbuka. Operasi penutupan ASD baik dengan jahitan langsung ataupun menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun. Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak terlambat) memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko minimal (angka kematian operasi 0-1%, angka kesakitan rendah).
Pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun menunjukkan ketahanan hidup pasca operasi mencapai 98%. Semakin tua usia saat dioperasi maka ketahanan hidup akan semakin menurun, berkaitan dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Namun demikian, tindakan operasi tetap memerlukan masa pemulihan dan perawatan di rumah sakit yang cukup lama, dengan trauma bedah (luka operasi) dan trauma psikis serta relatif kurang nyaman bagi penderita maupun keluarganya.
Hal ini memacu para ilmuwan untuk menemukan alternatif baru penutupan ASD dengan tindakan intervensi non bedah (tanpa bedah jantung terbuka), yaitu dengan pemasangan alat Amplatzer Septal Occluder (ASO).

2.8 Pemeriksaan Penunjang
· Foto torak
Terlihat kardiomegali akibat pembesaran atrium dan ventrikel kanan. Segmen pulmonal menonjol dan vaskularisasi paru meningkat (pletora). Pada kasus lanjut dengan hipertensi pulmonal, gambaran vaskularisasi paru mengurang di daerah tepi (pruned tree). Dan menunjukan adanya komplikasi atau tidak.
· Ekokardiogram
Ekokardiogram M-mode memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogram 2 dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defek interatrial (pandangan subsifoid yang paling terpercaya). Prolaps katup mitral dan regurgitasi sering tampak pada defek septum atrium yang besar. Posisi katup mitral dan trikuspid sama tinggi pada defek septum atrium primum dan bila ada celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Ekokardiogram menentukan lokasi defek, ukuran defek, arah dan gradien aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal, gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta atau trikuspid serta kelainan lain. Ekokardiografi Doppler memperlihatkan aliran interatrial yang terekam sampai di dinding atrium kanan. Rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung. Ekokardiografi kontras dikerjakan bila Doppler tak mampu memperlihatkan adanya aliran interatrial.
· Angiogram ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak normal, tapi mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai regurgitasi. Pada defek septum atrium primum, terlihat gambaran leher angsa (goose-neck appearance) akibat posisi katup mitral yang abnormal. Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas dapat memperlihatkan besarnya defek septum atrium.
· EKG
Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD secundum, RBBB, RVH.
· Kateterisasi jantung
Prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam atrium jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sampel darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan. Kateterisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada ekokardiogram tak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat peningkatan saluran oksigen di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan arteri pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.
· Radiologi :tanda tanda penting pada foto radiologis thoraks ialah:
1. Corak pembuluh darah bertambah
2. Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
3. Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan (pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance
· Katerisasi jantung Pemeriksaan ini digunakan untuk:
1. Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan
2. Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal dan sistemik
3. Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonal
4. Evaluasi anomaly aliran vena pulmonalis
· Magnetic resonance imaging
1. Sebagai tambahan dalam menentukan adanya dan lokasi ASD
2. Evaluasi anomali aliran vena, bila belum bisa dibuktikan dengan modalitasi lain.

2.9 Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila:
a. Jantung sangat membesar
Pembesaran jantung pada foto thoraks, dilatasi ventrikel, kanan, kenaikan arteri pulmonal 50 % atau kurang dari tekanan aorta, tanpa mempertimbangkan keluhan.Prognosis penutupan DSA lebih baik dibandingkan dengan pengobatan medikamentosa. Pada kelompok umur 40 tahunan ke atas harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya aritmia atrial, terutama memang sebelumnya sudah pernah terjadi gangguan irama. Pada kelompok ini diperlukan ablasi perkutan atau ablasi operatif pada saaat penutupan DSA
b. Dyspnoe d’effort yang berat atau sering ada serangan bronchitis
c. Kenaikan tekanan pada arteri pulmonalis
d. Adanya riwayat iskemik transcient atau stroke pada DSA atau foramen ovale persisten
Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk ke ahli bedah untuk penutupan bila diagnosis pasti. Berdalih tentang pembedahan jantung yang didasarkan pada ukuran shunt menempatkan lebih pada kepercayaan terhadap data dari pada alasan yang diberikan.
Dengan terbuktinya defek sekat atrium dengan shunt dari kiri ke kanan pada anak yang umurnya lebih dari 3 tahun, penutupan adalah beralasan. Agar terdeteksi, shunt dari kiri ke kanan harus memungkinkan rasio QP/QS sekurang-kurangnya 1,5 : 1 ; karenanya mencatat adanya shunt merupakan bukti cukup untuk maju terus.
Dalam tahun pertama atau kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek tidak akan menutup secara spontan. Bila paad anak masih dapat dikelola dengan digitalis< biasanya oprasi ditunggu sampai anak mencapi usia 3 tahun.
· Opersi pada ASD I tanpa masalah katup mitral atau trikuspidal mortalitasnya rendah, operasi dilakukan pada masa bayi.
· ASD I disertai celah katup mitral dan trikuspidal operasi paling baik dilakukan umur antara 3-4 tahun.
· Apabila ditemukan tanda – tanda hipertensi pulmonal, operasi dapat dilakukan pada masa bayi untuk mencgah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal.
· Terapi dengan digoksin, furosemid dengan atau tanpa sipironolakton dengan pemantauan elektrolit berkala masih merupakan terapi standar gagal jantung pada bayi dan anak.
Indikasi utama penutupan defek sekat atrium adalah mencegah penyakit vascular pulmonal abstruktif. Pencegahan masalah irama di kemudian hari dan terjadinya gagal jantung kongesif nantinya mungkin jadi dipertimbangkan, tetapi sebenarnya defek dapat ditutup kemudian jika masalah ini terjadi. Sekarang resiko pembedahan jantung untuk defek sekat atrium varietas sekundum benar-benar nol.
Dari 430 penderita yang dioperasi di Rumah Sakit Anak Boston, tidak ada mortalitas kecuali untuk satu bayi kecil yang amat sakit yang mengalami pengikatan duktus arteriosus paten. Kemungkinan penutupan tidak sempurna pada pembedahan jarang. Komplikasi kemudian sesudah pembedahan jarang dan terutama adalah masalah dengan irama atrium. Berlawanan dengan pengalaman ini adalah masalah obstruksi vaskular pulmonal yang sangat menghancurkan pada 5–10 persen penderita, yang menderita penyakit ini. Penyakit vaskular pulmonal obstruktif hampir selalu mematikan dalam beberapa tahun dan dengan sendirinya cukup alasan untuk mempertimbangkan perbaikan bedah semua defek sekat atrium.

2. Penutupan Defek Sekat Atrium dengan kateter.
Alat payung ganda yang dimasukan dengan kateter jantung sekarang digunakan untuk menutup banyak defek sekat atrium. Defek yang lebih kecil dan terletak lebih sentral terutama cocok untuk pendekatan ini. Kesukaran yang nyata yaitu dekatnya katup atrioventrikular dan bangunan lain, seperti orifisium vena kava, adalah nyata dan hingga sekarang, sistem untuk memasukkan alat cukup besar menutup defek yang besar tidak tersedia. Keinginan untuk menghindari pemotongan intratorak dan membuka jantung jelas.
Langkah yang paling penting pada penutupan defek sekat atrium transkateter adalah penilaian yang tepat mengenai jumlah, ukuran dan lokasi defek. Defek yang lebih besar dari pada diameter 25 mm, defek multipel termasuk defek di luar fosa ovalis, defek sinus venosus yang meluas ke dalam vena kava, dan defek dengan tepi jaringan kurang dari 3-6 mm dari katup trikuspidal atau vena pulmonalis kanan dihindari.
Untuk penderita dengan defek yang letaknya sesuai, ukuran ditentukan dengan menggembungkan balon dan mengukur diameter yang direntangkan. Payung dipilih yang 80% lebih besar daripada diameter terentang dari defek. Lengan distal payung dibuka pada atrium kiri dan ditarik perlahan-lahan tetapi dengan kuat melengkungkan sekat ke arah kanan. Kemudian, lengan sisi kanan dibuka dan payung didorong ke posisi netral. Lokasi yang tepat dikonfirmasikan dan payung dilepaskan. Penderita dimonitor semalam, besoknya pulang dan dirumat dengan profilaksi antibiotik selama 6-9 bulan. Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa.
Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada tidaknya gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta penyulit lain. Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani dengan operasi bedah jantung terbuka.
Operasi penutupan ASD baik dengan jahitan langsung ataupun menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun, pertama kali dilakukan tahun 1953 oleh dr. Gibbson di Amerika Serikat, menyusul ditemukannya mesin bantu pompa jantung-paru (cardio-pulmonary bypass) setahun sebelumnya.
Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak terlambat) memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko minimal (angka kematian operasi 0-1%, angka kesakitan rendah). Murphy JG, et.al melaporkan survival (ketahanan hidup) paska opearsi mencapai 98% dalam follow up 27 tahun setelah tindakan bedah, pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun. Semakin tua usia saat dioperasi maka survival akan semakin menurun, berkaitan dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru
3. Terapi intervensi non bedah
Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum secara non bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat ini terdiri dari 2 buah cakram yang dihubungkan dengan pinggang pendek dan terbuat dari anyaman kawat nitinol yang dapat teregang menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada patch dan benang polyester yang dapat merangsang trombosis sehingga lubang/komunikasi antara atrium kiri dan kanan akan tertutup sempurna.

Beberapa alat yang digunakan pada intervensi non bedah:
a. Amplatzer septal occluder
b. Atrial septal defect occlusion (ASDOS)
c. Button device
d. Guardian angel/angel wings
e. Helex septal occluder
f. Starflex/bard clamshell/cardioseal
g. Transcatherther patch closure
4. Antibiotik Profilaksis
Anak dengan kerusakan jantung yang parah meningkatkan resiko terkena infective endocarditis. ASD tidak berhubungan dengan resiko infective endocarditis , kecuali 6 bulan setelah penutupan dengan kateter atau bedah.
















BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Anamnese
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Penanggung jawab :
Agama :
Status perkawinan :
Alamat :
No . medical record :
Tanggal masuk :
Diagnose medic :
Tanda – tanda vital :
Nadi :
Tekanan darah :
Pernafasan :
Suhu : 
2. Riwayat Kesehatan
· Riwayat kesehatan sekarang Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi.
· Riwayat kesehatan lalu
a. Prenatal History Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b. Intra natal Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi
c. Riwayat Neonatus Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea Anak rewel dan kesakitan Tumbuh kembang anak terhambat Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
· Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung
b. Penyakit keturunan atau diwariskan
c. Penyakit congenital atau bawaan
· Pengkajian Kesehatan Bukti penambahan BB yang buruk, makan buruk, intoleransi aktivitas, postur tubuh tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan yang sering. Observasi anak terhadap manifestasi ASD Pada Bayi
a. Dispnea, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis, mengejan
b. Keletihan
c. Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal tumbuh) Sebagian anak menderita KJB dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Pada kasus yang spesifik seperti VSD, ASD dan TF, pertumbuhan fisik anak terganggu, terutama berat badannya. Anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena mengalami infeksi saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangannya yang sering mengalami gangguan adalah aspek motoriknya.
d. Pola Aktivitas Anak-anak yang menderita TF sering tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara normal. Apabila melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi, seperti berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum yang tergesa-gesa, menangis atau tiba-tiba jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan sianosis. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke otak. Kadang-kadang tampak pasif dan lemah, sehingga kurang mampu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu dibantu
· Sistem yang Dikaji
a. Pola Aktivitas dan latihan
· Keletihan/kelelahan
· Dispnea
· Perubahan tanda vital
· Perubahan status mental
· Takipnea
· Kehilangan tonus otot
b. Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
· Riwayat hipertensi
· Endokarditis
· Penyakit katup jantung.
c. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
· Ansietas, khawatir, takut
· Stress yang b/d penyakit
d. Pola nutrisi dan metabolik
· Anoreksia
· Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
e. Pola persepsi dan konsep diri
· Kelemahan
· Pening
f. Pola peran dan hubungan dengan sesama
· Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
· Pengkajian Fisik
a. Inspeksi Pertumbuhan badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran. Ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, nafas pendek, retraksi pada vena jugulum, sela interkostal dan region epigastrium. Pada anak kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik
· Warna : sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia yang sering menyertai penyakit jantung.
· Deformitas dada : pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada
· Pulasi tidak umum : terkadang terjadi pulasi yang dapat dilihat.
· Ekskursi pernapasan: pernapasan mudah atau sulit         misalnya : takipnea,dispnea, adanya dengkur ekspirasi
· Jari tabuh : berhubungan dengan beberapa tipe penyakit jantung kongenital
· Perilaku : memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.

b. Palpasi dan Perkusi Impuls jantung hiperdinamik kuat terutama yang timbul dari ventrikel kiri. Teraba getaraa bising pada dinding dada, pada DSA getaran bising teraba di sela iga ke II atau III kiri. Pada defek yang sangat besar sering tidak teraba getaran bising karena tekanan di ventrikel kiri sama dengan tekanan di ventrikel kiri. Teraba tepi hati tumpul di bawah lengkung iga kanan
· Dada : membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain ( seperti thrill vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat melakukan palpasi )
· Abdomen : hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
· Nadi perifer : frekuensi, keteraturan dan amplitudo ( kekuatan ) dapat menunjukan ketidaksesuaian.

c. Auskultasi Pada DSA terdapat split bunyi jantung 2 tanpa bising sering menunjukkan gejala pertama dan salah satunya petunjuk akan DSA. Jarak antara komponen aorta pulmonal bunyi jantung 2 pada inspirasi dan ekspirasi tetap sama sehingga disebut “fixed splitting” . Bising sistolik dan pada pirau kiri ke kanan yang besar maka bising mik diastolic berfrekuensi rendah terdengar pada sela iga ke IV kiri atau kanan.
· Jantung : mendeteksi adanya murmur jantung.
· Frekuensi dan irama jantung : menunjukan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang membantu melolkalisasi defek jantung.
· Paru-paru : menunjukan ronchi kering kasar, mengi.
· Tekanan darah : penyimpangan terjadi di beberapa kondisi jantung ( mis ; ketidaksesuaian antara ektremitas atas dan bawah ).
· Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian : misalnya : ekg, radiografi, ekokardiografi, fluroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah ( jhumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah ), kateterisasi jantung.

3.2 Pemeriksaan Diagnostik
· Foto torak
Terlihat kardiomegali akibat pembesaran atrium dan ventrikel kanan. Segmen pulmonal menonjol dan vaskularisasi paru meningkat (pletora). Pada kasus lanjut dengan hipertensi pulmonal, gambaran vaskularisasi paru mengurang di daerah tepi (pruned tree). Dan menunjukan adanya komplikasi atau tidak
· Ekokardiogram
Ekokardiogram M-mode memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogram 2 dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defek interatrial (pandangan subsifoid yang paling terpercaya). Prolaps katup mitral dan regurgitasi sering tampak pada defek septum atrium yang besar. Posisi katup mitral dan trikuspid sama tinggi pada defek septum atrium primum dan bila ada celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Ekokardiogram menentukan lokasi defek, ukuran defek, arah dan gradien aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal, gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta atau trikuspid serta kelainan lain. Ekokardiografi Doppler memperlihatkan aliran interatrial yang terekam sampai di dinding atrium kanan. Rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung. Ekokardiografi kontras dikerjakan bila Doppler tak mampu memperlihatkan adanya aliran interatrial.
· Angiogram ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak normal, tapi mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai regurgitasi. Pada defek septum atrium primum, terlihat gambaran leher angsa (goose-neck appearance) akibat posisi katup mitral yang abnormal. Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas dapat memperlihatkan besarnya defek septum atrium.
· EKG
Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD secundum, RBBB, RVH.
· Kateterisasi jantung
Prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam atrium jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sampel darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan. Kateterisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada ekokardiogram tak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat peningkatan saluran oksigen di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan arteri pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.
· Radiologi :tanda tanda penting pada foto radiologis thoraks ialah:
1. Corak pembuluh darah bertambah
2. Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
3. Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan (pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance
· Katerisasi jantung Pemeriksaan ini digunakan untuk:
1. Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan
2. Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal dan sistemik
3. Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonal
4. Evaluasi anomaly aliran vena pulmonalis
· Magnetic resonance imaging
1. Sebagai tambahan dalam menentukan adanya dan lokasi ASD
2. Evaluasi anomali aliran vena, bila belum bisa dibuktikan dengan modalitasi lain.

3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan b/d gangguan perfusi jaringan
2. Resiko tinggi infeksi b/d status fisik yang lemah
3. Penurunan curah jantung b/d defek struktur
4. Intoleransi aktivitas b/d sistem transport oksigen
5. Keterlambatan tumbuh kembang b/d tidak adekuat oksigen dan nutrisi pada jaringan




3.4 Intervensi Keperawatan
           

3.5 Evaluasi
· Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20 x/menit, TD: 100-120 mmHg.
· Melaporkan pemnurunan episode dipsnea
· Tidak terjadi aritmia
· Denyut dan irama jantung teratur
· Pasien tidak mengalami sesak
· TTV dalam batas normal
· CRT < 3 detik
· Pasien tidak merasa kelelahan, kelemahan.
· Melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 1-3 dari 10 skala nyeri.
· Wajah klien tampak rileks.
· Intake nutisi adekuat.
· Peningkatan berat badan.
· Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
· Anak melakukan aktivitas sesuai usia.
· Anak tidak mengalami isolasi sosial
· Keluarga mampu memahami perasaannya, menyatakan cemas berkurang
· Keluarga memahami mengenai prosedur tindakan yang diberikan.
· Anak bebas dari infeksi.
· Klien tidak mengalami cedera.
· Menunjukkan perilaku yang mampu menghindari aktivitas-aktivitas yang menghindari cedera.
· AGD menunjukkan hasil dalam batas normal.























BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa janin. Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.Adapun faktor yang menyebabkan ASD adalah faktor prenatal dan faktor genetik. Secara umum ASD dapat dklasifikasikan menjadi 3 yaitu Defek Sinus Venosus, Defek Sekat Sekundum, Defek Sekat Prinum.

4.2 Saran
Dalam menangani penyakit pada sistem kardiovaskular dharapkan perawat dan tenaga medis lainnya mampu memberikan asuhan sesui prosedur yang ditetapkan agar diperoleh hasil yang maksimal. Dan bagi calon tenaga kesehatan diharapkan mampu menambah pengetahuannya tentang sistem kardiovaskular.






DAFTAR PUSTAKA
Kasron.2012.Buku Ajar GangguanSistem Kardi Vaskuler.Nuha Medika:yogyakarta
Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika: Jakarta.
Markum, A. H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Gaya Baru: Jakarta.
Nursalam dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan Bidan. Salemba Medika: Jakarta.
Huda,amin.Hardi Kusuma.2013.Aplikasi Nanda NIC NOC Jilid 2.Media Action: Yogyakata
http://bahankeperawatan.blogspot.com/2010/11/askep-asd.html
http://muhammadihsan87.blogspot.com/2011/01/askep-asd-vsd.html




No comments:

Post a Comment

Trimakasih Atas Kunjungan Anda