Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan

Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan
Stikes ICME Jombang

Friday 26 September 2014

Makalah Perikarditis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Perikardium merupakan lapisan jantung paling luar yang merupakan selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria.
Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika, radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh timbunan cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis). Perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.
Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan perikardium viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark miokard, dan uremia.
Untuk itu dalam makalah ini, kelompok akan menjelaskan tentang konsep penyakit perikarditis  beserta asuhan keperawatannya dan diharapkan bisa membantu mahasiswa untuk lebih memahami tentang masalah perikarditis

1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep penyakit pada klien dengan Perikarditis?
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Perikarditis?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya di mata kuliah keperawatan Sistem Kardiovaskuler I dengan bahan ajar konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Perikardium.
2. Tujuan Khusus :
Untuk memahami konsep dasar penyakit seperti :
a. Definisi dari Perikardium
b. Klasifikasi Perikardium
c. Etiologi Perikardium
d. Patofisiologi Perikardium
e. Manifestasi Perikardium
f. Pemeriksaan Penunjang Perikardium
g. Penatalaksanaan Perikardium
h. Prognosis Perikarsdium
i. Konsep Asuhan Keperawatan pada klien Perikardium

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pasien dengan perikaridium dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan perikardium secara tepat dan benar, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Perikarditis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada perikardium, kantung berlapis ganda yang mengelilingi jantung. Kedua lapisan perkardium biasanya dipisahkan oleh sebuah lapisan cairan yang tipis yang berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan jantung memompa dengan mudah dan efisien tanpa adanya gesekan. Pada perikarditis, bertambahnya cairan yang berlebihan ini bahkan membatasi gerakan jantung, menyebabkan nyeri dada yang parah meskipun ada sedikit kerusakan yang tidak begitu nyata di jantung.
Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab (IKA FKUI, 2007).
Perikarditis merupakan inflamasi kantong perikardium yang berisi cairan dan mengelilingi jantung (Elizabeth, 2008).
Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau keduanya. Perikarditis  dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama (Arif, 2009).

2.2 Klasifikasi


2.3 Etiologi
Penyebab yang paling sering ialah trauma, yang merupakan 55% dari seluruh kasus. Perikarditis purulenta/septic (28%) disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumoniae, dan Streptococcus hemolyticus. Penyebab lainnya ialah tuberculosis, virus Coxsackie, rheumatoid, uremia, trauma dan idiopatik.
Menurut Elizabeth, perikarditis dapat terjadi akibat berbagai jenis trauma jantung, termasuk infark miokard, trauma tumpul atau tembus ke dada, infeksi, atau neoplasma. Penyakit ginjal, demam reumatik, dan penyakit sistematik lainnya juga dapat menyebabkan perikarditis.
Pada trauma, penyakit, atau infeksi, inflamasi jaringan perikardium menyebabkan penimbunan cairan di ruang interstinal. Eksudat ini dapat bersifat purulen jika terinfeksi bakteri. Perikarditis akut biasanya menghilang sendiri dalam 2 – 6 minggu. Perikarditis kronis didiagnosis apabila kelainan tersebut tidak menghilang. Perikarditis kronis biasanya berkaitan dengan gejala penyakit jantung atau inflamasi sistemik.


2.4 Patofisiologi
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan memberikan respons sebagai berikut:
1. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium.
2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.
3. Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
4. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun parietal yang menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik.
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium yang sekresinya melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu komplikasi perikarditis paling fatal dan memerlukan tindakan darurat tamponade. Tamponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan intraperikardium dan restriksi progresif pengisian ventrikel.


WOC KLIEN PERIKARDITIS



  
  
  

  
  
 

 
     
   
 
 
 
  
  
 





 

 



2.5 Manfestasi Klinis
Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada berat, distribusi, dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis konstriktif menurut urutan, yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
Sebagian penderita (60%) mengeluh nyeri dada. Sesuai dengan banyaknya cairan yang terkumpul dalam rongga perikard, maka dapat menimbulkan gangguan hemodinamika dan akan timbul keluhan sesak nafas dan gejala bendungan vena. Bila disertai dengan miokarditis (pankarditis) seperti yang sering ditemukan pada perikarditis reumatik, terdapat pula gambaran gagal jantung kongestif. Kriteria nyeri pada perikarditis akut dan tajam, berkurang dengan perubahan posisi.
Selain yang disebutkan diatas, terdapat juga beberapa manifestasi klinis yaitu sebagai berikut demam, fatigue, cemas, pulsus paradoksus, gangguan status mental, kreatinin meningkat, cardiac marker meningkat, kardiak marker meningkat, ST segmen elevasi, dan PR depresi kecuali segmen aVR.
2.6 Komplikasi
1. Efusi Pericardium
Salah satu reaksi radang pada perikarditis adalah penumpukan cairan (eksudasi) didalam rongga perikard yang disebut dengan efusi pericard. Efusi perikard ditentukan oleh jumlah dan kecepatan pembentukan cairan perikard.
2. Tamponade jantung
Efusi yang banyak atau timbul cepat akan menghambat pengisian ventrikel, penurunan volume akhir diastolic sehingga curah jantung sekuncup dan semenit berkurang. Kompensasinya adalah takhikardia, tetapi pada tahap berat atau kritis akan menyebabkan gangguan sirkulasi dengan penurunan tekanan darah serta gangguan perfusi organ dengan segala akibatnya yang disebut tamponade jantung. Hal ini dapat menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Elektrokardiografi 
Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
Pemeriksaan ekokardiografi M-Mode atau dua dimensi sangat baik untuk memastikan adanya efusi pericardium dan memperkirakan banyaknya cairan pericardium.
Pada fase akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang berbentuk konkaf terutama pada antar pericardium kiri. Mula-mula T masih normal, kemudian menjadi datar/ negative. Kelainan T lebih lama menetap, yaitu sampai 2-3 minggu, bahkan kadang-kadang berbulan-bulan seperti pada perikarditis tuberkulosa. Amplitude QRS dan T akan mengecil (low voltage) sesuai dengan jumlah cairan yang ada.

2. Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak. Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper normal.
Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.

3. Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis tuberkulosa dan reumatika.
Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.

4. MRI scan atau CT scan
CT scan digunakan untuk mengukur ketebalan perikardium. Dalam keadaan normal, tebal perikardium kurang dari 0,3 cm, tetapi pada perikarditis konstriktif kronis tebalnya mencapai 0,6 cm atau lebih.

2.8 Penatalaksanaan
1. Efusi pericardium
Penatalaksanaan pada efusi pericardium adalah dengan melakukan perikardisentesis ke dalam kantong pericardium dengan tujuan agar proses drainase dari aspirasi dapat adekuat. (Rubin, 1990)
a. Perikardiosentesis
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi pericardium atau pungsi pericardium. Pungsi pericardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan mencari etiologi efusi sebagai penegakan diagnosis dan tindakan invasive untuk pengobatan.

b. Lokasi Pungsi Perikardium
Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini paling aman karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi ke paru atau perikarditis purulen. Hal ini juga untuk menghindari tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi efusi pericardium umumnya berada di bawah, sehingga cairan yang sedikit pun dapat diperoleh di sini.

2. Temponade Jantung
Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera mungkin dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti pemeriksaan kateterisasi jantung, harus dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan aspirasi pericardium dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat yang menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan hipotensi dan evaluasi tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan tanpa adanya lekuk y,  kemungkinan adanya tamponade jantung harus diperhatikan.
Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang redup di daerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup bersih, pulsasi bayangan jantung yang berkurang pada fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan T, serta hal-hal tersebut di awal.
Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya tanpa gejala, atau mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan dalam hal ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamik dan gejala klinis segera membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.

2.9 Prognosis
Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik ditentukan oleh berat ringannya miokarditis yang menyertainya. Prognosis perikarditis purulenta ditentukan oleh cepatnya pengobatan antibiotika yang diberikan dan tindakan  bedah yang dilakukan. Kematian pada perikarditis tuberkulosa menjadi sangat menurun dengan ditemukannya tuberkulostatikum yang lebih poten. Tanpa tindakan pembedahan perikarditis konstriktiva mempunyai prognosis yang buruk.




BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2).
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
A. Identitas Pasien
Mengkaji identitas pasien bertujuan untuk mengetahui nama, umur , agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, tanggal MRS, dan penanggung biaya.
B. Keluhan Utama
Pasien mengalami nyeri dan sesak nafas

3.1.2 Riwayat Kesehatan
A. Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema perifer, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri dada.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.

C. Riwayat Penyakit Psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik
· B1 : Breathing (Respiratory System)
            Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)
· B2 : Blood (Cardiovascular system)
             Takikardi, penurunan TD, aritmia jantung
· B3 : Brain (Nervous system)
             Normal
· B4  : Bladder (Genitourinary system)
              Penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap
· B5  : Bowel (Gastrointestinal System)
             Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi
· B6  : Bone (Bone-Muscle-Integument)
              Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas

3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis (Iskemia miokard)
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak nafas (Dipsneu)
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup
4. Gangguan eleminasi urine berhubungan dengan penyebab multiple
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penumpukan cairan di perikardium

3.3 Intervensi
    


3.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Nasrul Effendi, 1995).
Tujuan utama mencangkup berkurangnya nyeri kehilangan komplikasi potensial di intervensi :
· Kurangi rasa nyeri
· Pantau dan tangani komplikasi potensial
· Membaringkan pasien ketempat tidur / kursi istirat tergantung mana yang lebih nyaman
· Memberikan pengobatan untuk perikarditis seprti analgetik, antibiotic atau kartikasoid
· Memantau dan mencatat kondisi pasien
· Memantau dan mengetahui kondisi pasien
· Memantau dan menangani komplikasi potensial
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).

Secara umum evaluasi ditunjuk untuk:
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Hasil yang di harapkan:
1. Pasien bebas dari nyeri
· Melakukan aktifitas hidup sehari hari dengan nyaman
· Suhu badan pasien kembali kebatas normal pasien
· Tidak ditemukan lagi ferticto rob pericardium
2. Tidak mengalami komplikasi
· Tekanan darah tetap dalam keadaan normal
· Bunyi jantung keras dan dapat di auskultasi
· Tidak terjadi disentri vena leher




BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika, radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh tmbunan cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis). Perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.
Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan perikardium viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark miokard dan uremia.
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat meningkatakan pengentahuan tentang penyakit perikarditis. Sehingga dapat mencegah atau melakukan pengobatan penyakit tersebut dengan cepat dan tepat. Sedangankan sebagai para pembaca, dapat memberi pengetahuan tentang penyakit tersebut dan mencegah meluasnya penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.  2009. Askep klien dengan gangguan system kardiofaskuler & hematologi. Jakarta: Salemba medika.
Nuzulul Zulkarnain Haq. 2011. Askep Perikarditis.  http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35456-Kep%20Kardiovaskuler-Askep%20Perikarditis.html . Diakses pada Sabtu, 24 Mei 2014 jam 16.07.



2 comments:

Trimakasih Atas Kunjungan Anda