Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan

Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan
Stikes ICME Jombang

Friday 26 September 2014

Makalah Stenosis Katub Aorta

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai penyakit yang hampir selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit jatup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang yang hidup di negara industri dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang. ( Price, Sylvia Anderson : 2005 )
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun.
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan stenosis aorta?
2. Apa etiologi dari stenosis aorta?
3. Apa patofisiologi dari stenosis aorta?
4. Apa saja manifestasi dari stenosis aorta?
5. Apa saja pemerksaan penunjang dari stenosis aorta?
6. Apa saja komplikasi dari stenosis aorta?
7. Apa penatalaksanaan dari stenosis aorta?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien stenosis aorta?




1.3 TUJUAN
1.Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien stenosis aorta. 2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu :
A. Menjelaskan definisi stenosis aorta.
B. Mengetahui etiologi stenosis aorta
C. Mengetahui patofisiologi stenosis aorta.
D. Mengetahui manifestasi Klinis stenosis aorta.
E. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien stenosis aorta.
F. Mengetahui komplikasi stenosis aorta.
G. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada klien stenosis aorta.
H. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien stenosis aorta.














BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Stenosis Katup Aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Stenosis aorta merupakan penyempitan abnormal katup aorta. Sejumlah persyaratan menyebabkan penyakit yang mengakibatkan penyempitan katup aorta. Ketika derajat penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghambat aliran darah dari ventrikel kiri ke arteri, masalah jantung berkembang.
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516). 







Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187). 
Stenosis katub aortic adalah penyempitan orifisium antara ventrikel kanan dan aorta.Pada orang dewasa stenosis tersebut mungkin congenital, atau mungkin diakibatkan oleh endokarditis reumatik atau klasifikasi kuspid yang tidak diketahui penyebabnya . Terjadi penyenpitan orifisium katub secara progresif selama periode beberapa tahun sampai beberapa decade. Ukuran otot jantung meningkat (hipertropi) dalam berespons terhadap semua tingkat

2.2 ETIOLOGI
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
· Kelainan congenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta . sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai  ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis
· Penumpukan kalsium pada daun katup
Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.
· Demam rheumatic
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya obstruksi; gagal jantung terjadi obstruksi menghambat.

2.3 PATOFISIOLOGI
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul  akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi. 
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut berat. Kemampuan adaptasi  miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami hipertrofi.Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress (pressurexradius): 2xthickness. Namun bila tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel,penurunan cadangan diastolic,penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard . Pada akhirnya performa ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien trans-valvular menurun,tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak nafas. Gejala yang mencolok adalah sinkope, iskemia sub-endokard  yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan katup aorta.




















PATHWAY





























































2.4 MANIFESTASI KLINIS
Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis katup aorta :
1. Nyeri dada
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).
Ciri-ciri angina :
Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada (sternum).
Nyeri juga bisa dirasakan di:
-       Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.
-       Punggung
-       Tenggorokan, rahang atau gigi
-       Lengan kanan (kadang-kadang).
Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan nyeri.

Yang khas adalah bahwa angina:
-       dipicu oleh aktivitas fisik
-       berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
-      akan menghilang jika penderita beristirahat.
Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan tertentu.

Angina seringkali memburuk jika:
-       aktivitas fisik dilakukan setelah makan
-       cuaca dingin
-       stres emosional.
2. Pingsan (syncope)
Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala syncope.
3. Sesak napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6 sampai 24 bulan.

2.5 KLASIFIKASI
a. stenosis aorta bawaan : sering terdapat penebalan katup dan ada pertumbuhan pada komisur. Hal ini terdapat pada 90% stenosis aorta. Bentuk ini disebut stenosis aorta valvular.
b. Stenosis aorta subvalvular : penyempitan pada jalan aliran keluar ventrikel kiri, penyempitan dibawah katup beberapa millimeter dari membran.
c. Stenosis aorta supravalvular : dapat disamakan dengan koarktasio aorta asepens, letaknya diatas katup aorta.
d. Bentuk muskular : merupakan bentuk yang jarang sekali tedapat pada umur anak.

2.6 KOMPLIKASI
A.
a) Kematian mendadak oleh karena aritmia ventrikel
b)  Gagal jantung kiri
c) Gangguna sistem konduksi
d) Emboli
e) Endokarditis
f) Aritmi-dapat mati mendadak
g) Fibrilasi  atrium
h) Endokarditis infektif
i) Sinkop
B.
1) Kardiomegali
Pada insufisiensi katup aorta, darah mengalir kembali ke ventrikel dari aorta tepat setalah ventrikel memompakan darah ke aorta. Pada issufisiensi aorta otot ventrikel kiri mengalami hypertropi akibat peningkatan beban kerja. Massa otot ventrikel kiri juga bertambah empat sampai lima kali lipat sehingga membuat jantung kiri sangat besar.
2) Gagal Ventrikel Kiri
Pada stadium awal, kemampuan intrinsik ventrikel kiri untuk beradaptasi terhadap peningkatan beban dapat menghindari gangguan yang berarti pada fungsi sirkulasi selama beristirahat, diluar peningkatan hasil kerja yang dibutuhkan oleh ventrikel kiri.
3) Edema paru
Diatas tingkat kritis kelainan katup aorta, ventrikel kiri akhirnya tidak dapat menyesuaikan dengan beban kerja. Akibatnya ventrikel kiri melebar dan curah jantung mulai menurun pada saat yang bersamaan darah tertimbun di atrium kiri dan di paru-paru di belakang ventrikel kiri yang kepayahan. Tekanan atrium kiri meningkat secara progresif dan muncul edema di pari-paru.
4) Hipoksia Jaringan
Efek lain yang membantu mengompensasi penurunan hasil bersih pemopaan ventrikel kiri ialah peningkatan volume darah. Hal ini adalah akibat dari penurunan awal dari tekanan arteri ditambah refleks sirkulasi perifer yang menurunkan induksi tekanan. Peningkatan volume darah cenderung meningkatkan aliran balik vena ke jantung, hal ini selanjutnya menyebabkan ventrikel kiri memompakan darah dengan takanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengimbangi dinamika pemompaan yang abnormal.

2.7  PEMERIKASAAN PENUNJANG
1. Electrocardiogram (EKG)
EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
2. Chest x-ray: chest x-ray (x-ray dada)
  biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali terlihat.
3. Echocardiography:
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic.
4. Cardiac catheterization:
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus.

2.8 PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup, tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya penyempitan kembali sering.
Berikut beberapa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)
2. Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).
Seringnya tindakan  yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal kembali. Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada klien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup atau valvuloplasty.
3. Percutaneous aortic valve replacement.
Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta
Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain :
a. Penempatan kembali katup aorta.
Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta. Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dengan katup mekanik baru atau bagian dari jaringan katup. Katiup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat dengan katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan darah. Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya menggunakan jaringan katup yang berasal dari katup pulmonary klien itu sendiri jika dimungkinkan.
b. Valvuloplasty.
Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru lahir yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan meningkatkan kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.
Pembedahan
1. Repair
Proses Repair dibagi menjadi 2 yaitu anuloplasthy dan perbaikan bilah.
a. Anuloplasty
Anuloplasty adalah perbaikan annulus katup (jaringan yang menghubungkan antara bilah-bilah katup dengan otot jantung). Anuloplasty menggunakan 2 cara yang berbeda salah satunya dengan menggunakan cincin anuloplasty dimana bilah katup dijahitkan ke cincin dan membentuk annulus dengan ukuran yang diinginkan. Cara lain yaitu dengan cara mengikat bilah katup ke atrium atau membuat kerutan untuk menengangkan annulus.
b. Perbaikan Bilah
Bilah katup jantung yang mengalami pemanjangan, bergelembung atau berlebihan maka akan dibuang atau dipotong kelebihan dari jaringan tersebut. Jaringan yang memanjang dapat dilipat balik dan dijahit diatas jaringan itu sendiri (Plikasi Bilah). Bilah yang pendek biasanya diperbaiki dengan Cordoplasty (Perbaikan corad tandinae). Selain itu dapat pula dilakukan insisi berbentuk baji pada bagian tengah bilah yang kemudian celah yang ada dijahit (Reseksi bilah).
2. Replacement
Penggantian katup merupakan cara yang efektif untuk mengatasi stenosis aorta tahap lanjut (Severe) yang disertai gejala-gejala stenosis aorta seperti angina, syncope dan heart failure.
Penggantian katup tergantung pada status fungsional pasien, disfungsi ventrikel dan adanya vegetasi.
Penggantian katup menggunakan 4 macam katup prostetik, yaitu :
a. Katup Mekanik
Berbentuk bola dan cakram, lebih kuat dibandingkan dengan katup prostetik lainnya dan biasa digunakan pada pasien usia muda. Katup mekanik memerlukan antikoagulasi sepanjang hidup dengan pengencer darah seperti warfarin, untuk mencegah terjadinya tromboemboli.





    
  Mechanical valve  

              

b. Xenograf
Adalah katup jaringan (Bioprosthesis atau heterograft) biassanya berasal dari babi, tapi dapat pula berasal dari katup sapi, viabilitasnya bisa mencapai 7 – 10 tahun. Tidak menyebabkan thrombus sehingga tidak memerlukan antikoagulan, umumnya digunakan untuk pasien usia >70 tahun dengan riwayat ulkus peptikum dan kontraindikasi terhadap antikoagulan serta pada wanita usia subur.






  Tissue valve

c. Homograf (Katup dari manusia)
Diperoleh dari donor, jaringan yang diambil dari katup aorta, katup pulmonal dan sebagian dari arteri pulmonalis yang disimpan secara kriogenik. Homograf sangat mahal dan tidak bersifat trombogenik.
d. Otograf
Diperoleh dengan memotong katup pulmonal dan sebagian arteri pulmonalis sebagai pengganti katup aorta.
(Sumber ; Brunner & Suddarth, 2005.)
3. Medikamentosa
a. Nitrogliserin Oral ( sublingual ) diberika bila ada angina
b. Diuretik dan Digitalis diberikan bila ada tanda gagal jantung
c. Statin dianjurkan untuk  mencegah kalsifikasi daun katup aorta
d. Antikoagulan, pada pasien menggunakan katup mekanik penggunaan antikoagulan seumur hidup, sedangkan pada katup bioprostetik penggunaan  antikoagulan selama fase awal saja biasanya selama 5 hari. Sementara untuk preventif penggunaan Heparin 3-4 bulan.
e. Antibiotik digunakan untuk profilaksis diantaranya amoxilin, eritromicin, ampicilin, gentamizin, dan vancomicyn.
f. Diet rendah garam
g. Hindari aktivitas berat seperti mengangkat beban berat dan lari


2.9 PROGNOSIS
Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan rata rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan operasi ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi perdarahan ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat dilakukan pada  anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-kalsifikasi.Pada orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi










BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
A. Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis :

Pengumpulan Data
1. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
2. Status Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien dengan stenosis aorta akan mendapatkan nyeri dada (angina), pingsan (syncope) dan sesak napas yang disebabkan oleh gagal jantung. Pada 4% pada pasien dengan stenosis aorta, gejala pertama adalah kematian mendadak, biasanya sewaktu pengerahan tenaga yang berat.
b. Riwayat penyakit sekarang
Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam?, Bagaimana awal munculnya ?tiba-tiba? berangsur-angsur?, Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah  atau tetap sama dengan sebelumnya, Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, Kondisi saat dikaji  P Q R S T
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami, Imunisasi   Kecelakaan yang pernah dialami, Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ), Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas).
d. Riwayat penyakit keluarga
Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang, Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan  emosional, Buat bagan dengan genogram.

B. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / Istirahat :
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
b. Sirkulasi :
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal.
c. Eliminasi :
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda : urin pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi,
batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
e. Pernapasan
Gejala : napas pendek
Tanda : dispnea, batuk, pernapasan dangkal.


C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan kepala
Pada kepala berbentuk mesochepal, rambut klien tidak rontok, tidak lesi pada kulit kepala, tidak berketombe, dan tidak terdapat nyeri tekan pada kepala klien.
2. Pemeriksaan muka
Muka klien terlihat pucat, tidak lesi pada wajah klien.
3. Pemeriksaan mata
Bentuk mata simetris, sclera non ikterik, kornea jernih, pupilnya ishokor, konjungtiva anemis, palpebra normal tidak ada nyeri tekan.
4. Pemeriksaan hidung
Hidung klien berbentuk simetris, tulang hidung tidak septum deviasi, tidak ada lesi, tidak terdapat hematom, tidak ada polip dan epistaksis.
5. Pemeriksaan mulut
Mulut klien lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada lesi.
6. Pemeriksaa leher klien
Tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, reflek menelan baik.
7. Pemeriksaan dada
Inspeksi: Pergerakan pernafasan meningkat, tampak kelelahan.
Palpasi: Terdapat thriil
Perkusi: Terdengar keredupan pada daerah yang terinfeksi.
Auskultasi: Terdapat bunyi murmur yang khas dan melemah pada bunyi jantung ke 2
8. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : warna kulit abdomen normal yaitu kecoklatan lebih terang dari warna kulit lain, terlihat ada pembengkakan di perut
Auskultasi : peristaltik usus 20 kali
Palpasi : Saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : terdengar timpani
9. Pengkajian ekstremitas
Tidak ada edema, kekuatan otot lemah


3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
1. Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
4.  Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurangnya informasi
5. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan

3.3 INTERVENSI
   


3.4 EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.







BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang.
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.

4.2 SARAN
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit stenosis aorta karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan stenosis aorta dan bagaimana pengobatannya.







DAFTAR PUSTAKA

Doctherman, Joanne McCloskey dan Gloria N. Bulecheck.2004.Nursing  Interventions Classification (NIC) Fifth Edision.USE
Kasron. 2012. Buku ajar: Gangguan Sistem KARDIOVASKULER. Yogyakarta: Nuha Medika
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit JANTUNG  Pencegahan Serta Pengobatanya. Yogyakarta: Nuha Medika
Moorhead, Sue dkk.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edision.USE
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Nanda Internasional.2011. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. Jakarta: FKUI

No comments:

Post a Comment

Trimakasih Atas Kunjungan Anda