Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan

Zogie Ari Effendi | Kumpulan Materi Perkuliahan Keperawatan
Stikes ICME Jombang

Friday 26 September 2014

Makalah Discharge Planning Pasien Denan Gangguan Penyakit Jantung Bawaan

MAKALAH
DISCHARGE PLANNING PASIEN
DENGAN GANGGUAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

/sdcard/.clipboard/poclip1/14/clipimg09.png






Disusun Oleh:
1. ZOGIE ARI EFFENDI 12321060

KELAS IV A
PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ”Makalah Discharge Planning Klien dengan gangguan Penyakit Jantung Bawaan” untuk memenuhi tugas Sistem kardiovaskuler I.
Makalah ini disusun dengan harapan agar  tiap mahasiswa mampu berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi masalah-masalah yang timbul di tengah masyarakat dan bisa berpartisipasi secara aktif. Dalam penyusunan makalah ini kami tidak luput dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1)Ketua STIKES ICME JOMBANG Drs. M. Zainul Arifin,M.Kes.
2)Kaprodi S1 Keperawatan Muarrofah, S.Kep.,Ns.M.Kes
3)Dosen pembimbing mata kuliah Sistem Kardiovaskuler I Anita Rahmawati, S.Kep.,Ns.
4)Teman teman sekelas kami yang telah membantu dan mendukung kami sehingga kami dapat menyelesaikan  tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kehidupan dan dalam proses belajar.

Jombang, 08 April  2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1Definisi Discharge Planning     .....................3
2.2Tujuan Discharge Planning......................................................................................4
2.3Keuntungan Discharge Planning4
2.4Tahap-tahap Discharge Planning5
BAB III DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
3.1Definisi Discharge Planning     .....................8
3.2Pengkajian....................................................................................9
3.3Diagnosa.....9
3.4Intervensi........10
3.5Evaluasi.........10
3.6Discharge Planning11

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan12
4.2 Saran12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perencanaan pemulangan merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit) dan untuk mempertahankan kontinuitas perawatan. Dalam pelaksanaan proses perencanaan sistematik tersebut perawat memiliki peranan penting. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien di Rumah Sakit .
Peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien penyakit jantung bawaan dapat dilihat dari bagaimana perawat melakukan pengkajian kebutuhan persiapan pulang pasien tersebut dengan memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga, melatih pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat, serta dalam menginformasikan rujukan.
Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pemulangan pada pasien penyakit jantung bawaan dilakukan dengan baik di Rumah Sakit. Untuk itu, perawat di Rumah Sakit   harus lebih memperhatikan pentingnya perencanaan pemulangan yang optimal bagi pasien penyakit jantung bawaan. Perawat juga harus lebih menyadari bahwa perencanaan pemulangan adalah hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit jantung bawaan setelah dipulangkan dari rumah sakit.

1.2Rumusan Masalah
1.Apa definisi dari discharge planning?
2.Apa tujuan dari discharge planning?
3.Apa saja keuntungan dari discharge planning?
4.Apa saja tahap-tahap discharge planning?
5.Bagaimana discharge planning pada pasien Penyakit jantung bawaan?




1.3Tujuan
1.Untuk memahami definisi dari discharge planning.
2.Untuk memahami tujuan dari discharge planning.
3.Untuk memahami keuntungan dari discharge planning.
4.Untuk memahami tahap-tahap discharge planning.
5.Untuk memahami discharge planning pada pasien Penyakit jantung bawaan.

























BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1Definisi Discharge Planning
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang laindi dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Sedangkan Jackson(1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah.
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatuagen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya.
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau.

2.2Tujuan Discharge Planning
Dapat meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat  mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui Discharge Planning ( Naylor, 1990 ).
Menurut Mamon et al (1992), pemberian discharge planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996)
Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning ( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).

2.3Keuntungan Discharge Planning
1.Bagi Pasien :
-Dapat memenuhi kebutuhan pasien
-Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
-Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
-Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
-Dapat memilih prosedur perawatannya
-Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubunginya.

2.Bagi Perawat :
-Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
-Menerima informasi kunci setiap waktu
-Memahami perannya dalam system
-Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
-Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda.
-Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

2.4Tahap-Tahap Discharge Planning
1.Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a.Data Kesehatan
b.Data Pribadi
c.Pemberi Perawatan
d.Lingkungan
e.Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau potensial.
3.Perencanaaan (hasil yang diharapkan)
Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a.Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b.Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
c.Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
d.Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.
e.Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f.Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya. 
4.Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien, factor social yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini.
5.Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
a.Derajat penyakit
b.Hasil yang diharapkan dari perawatan
c.Durasi perawatan yang dibutuhkan
d.Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e.Komplikasi tambahan
f.Ketersediaan sumber-sumber

 



















BAB III
DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

3.1Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab (Rahayoe, 2006).
Kelainan jantung kongenital atau bawaan adalah kelainan jantung atau malformasi yang muncul saat kelahiran, selain itu kelainan jantung kongenital merupakan kelainan anatomi jantung yang dibawa sejak dalam kandungan sampai dengan lahir. Kebanyakan kelainan jantung kongenital meliputi malformasi struktur di dalam jantung maupun pembuluh darah besar, baik yang meninggalkan maupun yang bermuara pada jantung (Nelson, 2000). Kelainan ini merupakan kelainan bawaan tersering pada anak, sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup.
Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung kongenital. Penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis dan vaskularisasi paru. Penggolongannya adalah sebagai berikut:
1.Penyakit jantung bawaan (PJB) non-sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya defek septum ventrikel (DSV), devek septum atrium (DSA), dan duktus arteriosus persisten.
Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kana karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
2.Penyakit jantung bawaan (PJB) non-sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada golongan ini termasuk stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal(SP), dan koarktasio aorta.
3.Penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada golongan ini yang paling banyak adalah tetralogi Fallot (TF).
4.Penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar (TAB).
3.2Pengkajian
Pengkajian fisik (warna, nadi, pernafasan, TD, auskultasi dada)
-          Riwayat Keluarga
-          Riwayat kehamilan
-          Pengkajian manifestasi penyakit jantung congenital
-          Kelainan jaringan kolagen
-          Komplikasi atau konsekuensi hipoksemia
-          Pembangunan tubuh lemah
-          Dispnea pada aktivitas
-          Keletihan

3.3Diagnosa
1.Penurunan Cardiac Output b.d penurunan kontraktilftas jantung, perubahan tekanan jantung.
2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan
3.Nyeri; dada b.d Iskemia miokard. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena, penurunan fungsi ginjal
4.Tidak efektif pola nafas b.d peningkatan resistensi vaskuler paru
5.Intoleran aktivitas b.d kelelahan
6.Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya inforrnasi

3.4Intervensi
Diagnosa 1
Penurunan Cardiac Output b.d penurunan kontraktilftas jantung, perubahan tekanan jantung.
Tujuan : Pasien dapat mentoleransi gejala-gej'ala yang ditimbulkan akibat penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung sehingga kekeadaan normal.
Intervensi
1.   Monitor tanda-tanda vital
2.   Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat
3.   Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
     .
4.   Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
5.   Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas
6.   Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin
     
Diagnosa 2
Nyeri dada b.d Iskemia miokard
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang
Intervensi:
1.   Selidiki adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis
2.   Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan
3.   Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan
4.   Anjurkan ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak

Diagnosa 3
Intoleran aktivitas b.d kelelahan
Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Intervensi:
1.   Kaji perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak
2.   Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya
3.   Support dalam nutrisi

3.5Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu tindakan pengujian ulang yang bertujuan untuk mengetahui suatu tindakan atau intervensi yang perlu dilakukan ulang untuk memenuhi kebutuhan pasien. Serta dalam hal ini evaluasi berfungsi untuk mengetahui keberhasilan dari setiap intervensi yang telah dilakukan





3.6Discharge Planning
·Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
·Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
·Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
·Teknik pemberian obat
·Teknik pemberian makanan
·Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang  mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.






















BAB IV
PENUTUP

4.1Kesimpulan
Discharge planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya.
Discharge planning pada pasien PJB diantaranya adalah dengan mengontrol sesuai waktu yang ditentukan
·Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
·Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
·Teknik pemberian obat
·Teknik pemberian makanan
·Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang  mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.

4.1Saran
Dari uraian makalah diatas, diharapkan bagi pembaca khususnya tenaga kesehatan dapat lebih memahami akan manfaat dan pentingnya discharge planning bagi klien agar dapat melakukan perawatan sebagaimana yang dilakukan sewaktu di Rumah Sakit.








DAFTAR PUSTAKA

Chum, Rudi. 2013. Makalah Discharge Planning.  http://rudichum.blogspot.com/2013/11/makalah-discharge-planning.html . Diakses pada tanggal 05 april 2014 pukul 10.08 wib.

Kurniadi, Rizky. 2012. Asuhan keperawatan Anak dengan CHD.  file:///G:/DISCARD%20PlANNING/Asuhan%20Keperawatan%20Aplikasi%20NANDA%20%20ASUHAN%20KEPERAWATAN%20ANAK%20DENGAN%20CHD.htm . Diakses pada tanggal 06 april 2014 pukul10.03 wib.
Nanda Internasional.2011. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Widyas, sallindry. 2013. Asuhan Keperawatan Pada PJB.  http://sallindrywidyas.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-pada-pasien-pjb.html . Diakses pada tanggal 06 april 2014 pukul 23.49 wib.


No comments:

Post a Comment

Trimakasih Atas Kunjungan Anda